Mohon tunggu...
Andi Wi
Andi Wi Mohon Tunggu... Penulis - Hai, salam!

Bermukim di Cilongok - Banyumas - Jawa Tengah. Kamu bisa mulai curigai saya melalui surel: andozshort@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

[HORORKOPLAK] Tersesat di Kampung Gubuk Derita

7 Januari 2017   16:11 Diperbarui: 7 Januari 2017   20:43 1571
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di balik tiang listrik, aku menunduk dan menghitung seluruh jari-jariku untuk menentukan jawabannya. Merasa kecewa dengan jawaban yang kudapat aku menambahkan satu lagi hitungan yakni dengan menambahkan tiang listrik di hadapanku.

Sudah kuputuskan. Aku mendongakkan kepala, tapi ketika aku melakukannya dan melihat wajah seseorang tepat di hadapanku, menyenderkan karungnya dengan tersenyum, degup jantungku rasanya ia copot. Saat itulah aku merasakah sensasi melayang untuk pertama kali.

Sepuluh menit kemudian, aku terbangun dan dalam keadaan baik-baik saja. Em, mengulurkan tangannya yang menggenggam sebuah gelas plastik berisi air putih, sementara di samping kananku, seorang penabung barang-barang bekas bertanya mengapa aku tiba-tiba pingsan.

Aku merasa kesulitan menjawabnya. Napasku tercekat. Tukang rongsok itu duduk dan menepuk pundakku. Dan dari dalam mulutnya keluar asap kretek yang membuatku seperti masih berada di dalam kabut. “Kau baik-baik saja kan?”

“Hampir,” kataku.

Lalu Em meminta maaf pada lelaki itu karena sudah merepotkannya dan tak lupa ia mengusulkan pada lelaki itu, untuk menjauhkan asap tembakaunya dariku. Ia segera bergeser.

Di tengah-tengah kebingunanku, aku juga sebenarnya ingin mengusulkan—tapi secara langsung—pada pegawai pemerintahan untuk membuat sebuah keputusan, bagi orang-orang yang mencari barang-barang bekas sambil memanggul-manggul karung di malam hari sebaiknya dimasukkan dalam tindakan ilegal. Namun dengan catatan pengecualian, mau bermurah hati menolong anak kecil yang tersesat. Dan kurasa, pemerintah dan segenap anak buahnya yang ceroboh, juga, harus perlu mempertimbangkan untuk mau menambahkan satu ayat lagi yang berisi: Bagi siapa pun yang hidup dan bernaung di negara ini, yang juga bisa disebut sebagai Kakak yang tidak mau mengijinkan Adiknya bermain bersamanya, maka hal itu bisa dikategorikan sebagai sebuah suatu tindak kriminal, yang tak terampuni.

Ilustrasi: Logo Koplak Yo Band
Ilustrasi: Logo Koplak Yo Band
Selamat Ulang Tahun untuk Koplak Yo Band yang kelima. Semoga sukses dan semakin jamu dalam melestarikan budaya tawa yang menyehatkan lingkungan.  \(*.*)/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun