Mohon tunggu...
Andipati 2001
Andipati 2001 Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Suka nulis artikel random, cerpen dan puisi https://www.instagram.com/Andipati17/

Selanjutnya

Tutup

Horor Pilihan

Anomali Pocong

27 Agustus 2024   14:12 Diperbarui: 27 Agustus 2024   14:21 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.wattpad.com/Andipati2001

"Katanya sekarang banyak rumah di desa ini yang paginya berserakan bunga tujuh rupa di terasnya," ujar Pak Tarpan dengan nada penuh keyakinan. "Orang-orang mulai curiga, mungkin ada seseorang yang sengaja menebarkan bunga-bunga itu saat malam tiba."

Pak Udin, yang duduk di seberang meja, terperangah mendengar cerita tersebut. "Sing bener sira, Pan? (Yang benar kamu, Pan?)" tanyanya sambil mengerutkan dahi, tak percaya. Wajahnya yang biasanya tenang kini sedikit pucat. Bapaknya Samsul ini, meski berbadan besar dan terlihat garang, namun soal cerita seram begini, ia tetap bergidik ketakutan.

Pak Tarpan mengangguk mantap. "Bener, Pak Udin. Masa reang bobad sih? (Masa saya bohong sih?)" Ia meyakinkan Pak Udin, bapaknya Samsul, yang sejak tadi menyimak dengan cermat.

Samsul yang sedang sibuk mengelap gelas, piring, dan sendok yang sudah dicuci, mendengarkan percakapan itu dengan setengah hati. Meski tampak cuek, ia tak bisa menahan rasa ingin tahunya. Bunga tujuh rupa? Apa itu ada hubungannya dengan pocong yang dibicarakan kemarin?

Pak Dani, yang baru saja selesai makan siangnya, ikut nimbrung dalam percakapan. "Oh, pantesan tadi saya lewat rumah Pak Haji Somad, lihat beliau ngomel-ngomel ke pembantunya. Katanya, kok ada bunga tujuh rupa di terasnya. Pak Haji pikir itu ulah orang iseng," katanya sambil mengingat kejadian pagi tadi.

"Ih, serem pisan, wong ngilmu nantu ya? (Ih, serem banget, orang ngilmu kali ya?)" Pak Tarpan menambahkan, suaranya pelan, seolah takut ada yang mendengar.

Pak Jaka, yang paling tua di antara mereka, tampak terpana. Ia bahkan hampir menyemburkan nasi yang sedang dikunyahnya. "Wah, betul tuh! Jangan-jangan emang ada orang mau belajar ilmu hitam," ujarnya dengan nada was-was.

Keempat bapak-bapak itu, yaitu Pak Jaka, Pak Tarpan, Pak Dani, dan Pak Udin, segera terlibat dalam perbincangan panjang tentang hal-hal mistis yang membuat suasana warung semakin mencekam. Mereka saling melempar cerita dan dugaan, semakin membuat suasana siang itu terasa aneh dan penuh ketegangan.

Samsul menghembuskan napas panjang, merasa kesal. Apa yang lebih buruk dari mendengarkan bapak-bapak bergosip siang-siang? Samsul enggan menjawab pertanyaannya sendiri.

Kabar tentang adanya orang yang sedang mempraktikkan ilmu hitam atau memulai pesugihan dengan menaburkan bunga tujuh rupa di teras rumah-rumah warga desa menyebar dengan cepat. Desas-desus itu membuat warga semakin resah, takut jika hal-hal buruk akan menimpa mereka. Namun, di tengah kecemasan yang melanda, Samsul tetap skeptis. Baginya, cerita-cerita semacam itu hanya karangan orang iseng yang ingin menakut-nakuti.

Namun, keraguan Samsul mulai terkikis ketika ia mendengar kisah yang lebih mendetail dari tetangga-tetangga sekitar. Pada suatu hari, desas-desus tentang penaburan bunga di rumah warga kembali mencuat. Kali ini, ceritanya berasal dari Pak Jaka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun