Dalam pembahasan nenek H.Siti Masyotih tidak mengenal kata "feminis" dan tidak pernah mempelajari pengetahuan ini sepanjang hidupnya, tetapi sepak terjangnya mencerminkan nilai-nilai feminism, seperti kemandirian dan kemerdekaan atas dirinya. Mungkin barangkali inilah yang disebut dengan "indigenous feminis", yaitu feminis yang tumbuh dari masyarakat local dan berbasis pada interaksi sehari-hari dalam kehidupan nyata seorang perempuan tanpa ia menyadari, mengenal dan menyebut dirinya feminisme. Dan hanya saja, terdapat kontribusi yang ia berikan ditengah-tengah masyarakat, terutama dalam dunia Pendidikan tidak pernah tertulis sebagai bagian dari sejarah hidupnya.
Sejarah hidupnya perempuan mapun sejaran dalam Pendidikan islam Sebetulnya bisa jadi terdapat kekurangan dari penulisan sejarah yang hanya menuliskan orang-orang yang berkuasa atau mereka yang memiliki akeses terhadap kekuasaan, sementara orang-orang yang secara nyata hidup dalam komunitas yang terpinggirkan, hanya bisu dan mempunyai kemampuan mengartikulasisakan sebuah peranan hidupnya yang amat sangat jarang tertulis sebagai bagian dari sejarah. Terakhir tulisan-tulisan sederhana ini dipersembahkan untuk mengukir berbagai perannya sebagai pendidik yang dengan segenap jiwa dan raganya memberikan dan diabadikan sepanjang hidupnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H