Mohon tunggu...
Andinda Azzahra
Andinda Azzahra Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Sosiologi

FISIP UIN JKT'18

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Review Buku "Islam, Kepemimpinan Perempuan, dan Seksualitas"

16 November 2019   17:27 Diperbarui: 16 November 2019   17:35 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertanyaan yang harus di ingat adalah, apakah tidak terlalu murah sebuah ayat suci ditafsirkan untuk kepentingan politik dan golongan tertentu?, yah, barangkali distop sajalah perdebatan kepemimpinan perempuan atas dasar diskriminasi gender dan isu agama, tapi mari kita mulai dengan standar kemampuan setiap kualitas diri manusia.

Kita sering mendengar bahwa dunia  politik kesannya itu keras dan kotor. Apakah tetapi benarkah anggapan tersebut. Menurut penulis, politik adalah sebagai sebuah profesi yang netral. Sebagai profesi, ia bisa bersih dan bisa kotor, atau bahkan berada di antara keduanya. Hanya saja, 'kotornya' politik itu sangat begitu transparan, dan lebih transparan dibandingkan profesi-profesi lainya.

Sebetulnya politik akan menjadi 'kotor' ketika para pelaku politik (baca:politis) yang mencampuradukan kepentingan bangsa dengan kepentingan pribadi atau golongannya, sehingga berlakulah sebuah penghalalan segala cara, termasuk politik uang, pemaksaan,keculasan dan sejenisnya. Padahal bisa dilihat dari sejarah, kemerdekaan bangsa ini diperoleh dan diupayakan melalui politik. Bahkan Hatta Sjahrir adalah pemain politik handal, tetapui tidak ada sejarah yang mencatat bahwa keduanya melakukan tindak kekerasan dalam berpolitik. Bahkan malah startegi yang dibangunnya didasarkan pada kecantikan sebagai seorang cendikia

Penulis pun mengkritis, bahkan jangan-jangan bahwa politik itu kotor karena kita sudah sekian lama hidup dalam alam yang a politis. Bahkan kita bisa melihat seperti organisasi extra kampus dan pemuda, tidak lagi menjadi ajang pencerahan kreativitas dan idealisme anak muda. Tetapi kelihatanya lebih tampak sebagai perpajangan dan model para penguasa. Keangotannya lebih banyak bersofat 'petasan', yakni hanya Nampak gebyar sesaat, sementara ruangn perenungan untuk mempertanyakan kemapan demi sebuah perubahan yang lebih besar terasa begitu sempit. Lalu terdapat banyak  perkataan yang kerap kita dengar ketika itu, pejabat yang berusaha jujur pada nalurinya, akan tersingkir kepinggir. Untuk lebih menyelamatkan posisinya, dengan cara berbaiklah pada atasan. Bahkan juka perlu, berjalan pun harus membungkuk atau tunduk.

Lantas di masa perempuan ketika itu terjadi? Perempuan diatur sedemikian rupa oleh alat negara tang bernama Dharma Wanita. jika pun ada pemimpin perempuan yang begitu menonjol, maka akan langsung disingkirkan sekuat-kuatnya keluar arena. Untuk menutupi bahwa negara ini bukan negara patriaki, maka diangkatlah Menteri peranan wanita Sekarang adalah masa dimana situasi negara sedang gamang, carut-meraut mengenai persolan bangsa tak dapat direlakan. Bahkan kekerasan merupakan pandangan yang sudah sangat biasa. Mak pada saat itulah , bangsa ini dan rasanya kita akan sangat merindukan kepemimpinan yang memiik watak yang disteotioekan sebagai sosok seorang Ibu sejati, yakni yang mendengarkan keluhan suara anak manusia, mengayomi, memberikan kehangatan dan ketudakan, tulus dan berskipa tegas, dan tentu saja memiliki akhlak yang baik.

Awal terdapat sebuah kepengapan pola kepemimpinan yang sentralistik. Semua diatur oleh pusat, para pengampil jabatan didaerah hanya pelaksanan dari apa yang digariskan oleh pusat. Lalu terasa dari berbagai 'mudharat' yang sangat dirasakan dan dialami sepanjang pemerintahan yang sentralistik ini, dan muncul suatu gagasan dan tidak bisa membentuk pemerintahan yang lalu dilanjutkan.

Harus tedapat model baru dimana masyakarat Indonesia, bahwa perempuan dan laki-laki, dapat mengatur dan membentuk dirinya sendiri bahkan bisa menunjuk pemimpin yang mereka percya dan terlibat dalam suatu proses pengambilan keputusan yang sangat berkaitan dengan daerahnya.Terdapat semangat-semangat yang dibangun dari otonomi daerah ini. Misalnya dari bidang politik, otonimi daerah bertujuan membuka pintu ruang bagi lahirnya proses pemilihan kepala pemerintahn daerah secara demokratis. Dan menjadikan berlangsungnya penyelengaraan pemerintahan yang responsive terhadap sebuah kepentingan rakyat dan memelihara suatu mekanisme pengambilan keputusan yang kuat pada asas pertanggungjawaban public. Demokratis disini pemerintah juga harus dangat transparansi dalam setiap kebijakan. Semua harus disampaikan kepada masyarakat daerah agar dapat dikontrol dan diketahui.

Selanjutnya ada dalam bidang ekonomi, daerah sangat mempunyai peluang mengembangkan kebijakan local dalam mengoptimalkan hal pemanfaatan potensi ekonimo daerahnya. Maka dapar ditarik kesimpulannya, otonomi daerah akan memberikan peluang kepada masyarakat yang ada di daerah untuk mengurus dirinya tentang apa yang mereka mau dan apa yang mereka tuju.

Bisa dikatakan dengan kata lain" jika anda menginginkan sesutau, usahakan oleh dirimu keinnginan itu". Karna Allah menciptakan sesuatu tidak ada yang sia-sia,semuanya pasti memiliki manfaat.Dalam kaitannya denan perempuan, selama ini potensi dan kreativitas perempuan, terutama diberbagai daerah yang belum sepenuhnya di berdayakan. Nah makan dari itu semangat otonomi daerah, sebagaimana yang tertulis dalam UU No 22 tahun 1999, bahwa potensi dan kreativitas perempuan harus kita gali Bersama dan dapat menyongsongkan kemajuan agama, daerah, dan bangsa kit

Pada bulan April kita pada lazimnya atau bahkan seluruh masyarakat Indonesia memperingati hari Kartini. Dan biasanya kita membahawa Kartini perihal pendidikannya, disini penulis ingin menuliskan kerja-kerja seseorang yang tidak dikenal secara luas, tetapi sepanjang hidupnya menjadi pusat perhatian utama dari perjuangan Kartini, iyalah adalah nenek dari sang penulis sendiri H.Siti Masyotih.

Meski ia tidak menempuh pendidik formal yang dibuat belanda, di karenankan ia tida bisa menulis huruf-huruf latin, tetapi sepanjang hidupnya ia selalu dan mengajar dan mendirikan sekolah dasar Islam di beberapa tempat dengan harta yang ia miliki. Bahkan sampai saat ini sekolahnya masih terjaga dengan sangat baik. Penulis mencerikan bawah neneknya mengetahui bagiamana beratnya tantangan yang ia hadapai saat mendirikan sekolah. H.Siti Masyotih adalah seorang guru yang sangat berdedikasi kegiatan ia lebih habiskaan untuk mengajar dan taat kepada aturan dan perintah agam. Terdapat pendapat para peserta didik bahwa nenek Siti adalah seorang guru yang sangat berpengaruh ia mempunya charisma yang baik dan indah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun