Mohon tunggu...
Healthy

Era Revolusi Industri 4.0 terhadap Dunia Farmasi

3 April 2019   18:38 Diperbarui: 3 April 2019   18:55 654
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Sedangkan Pabrik COD baru dapat menghasilkan 200 juta sachet/bulan dengan proses produksi full otomatis. Selain itu, pabrik COD baru memiliki gudang bahan baku dan bahan jadi, ruang pengemasan primer hingga tersier, gudang bahan kemas, ruang pembuatan cairan obat dalam, ruang persiapan bahan baku, dan ruang alat-alat utility. 

Selain penandatangan prasasti, peresmian pabrik juga ditandai dengan pengguntingan pita yang dilakukan bersama-sama oleh Menteri Perindustrian RI Airlangga Hartarto, Kepala Badan POM RI Dr. Ir. Penny K. Lukito, M.CP., Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Tengah Muhammad Arif Sambodo, SE, MSi, Staf Ahli Bupati Heru Purwantoro, SSos, MM, dan Direktur Sido Muncul Irwan Hidayat.

Selain berita mengenai pabrik yang mulai memasuki era revolusi industri 4.0, terdapat contoh-contoh lain yang terlihat yang menandakan Indonesia telah memasuki era revolusi industri 4.0. Seperti yang kita ketahui mengenai BPOM yang merupakan Badan Pengawas Obat dan Makanan telah bersiap menghadapi era revolusi industri 4.0. 

Seperti yang tertera pada artikel "BPOM Bersiap Hadapi Revolusi Industri 4.0" pada website BPOM, tertera Jakarta -- Dunia, termasuk Indonesia, saat ini telah memasuki era revolusi industri 4.0, yaitu era yang menekankan pada pola digital economi, artificial intelligence, big data, robotik, dan lain sebagainya. 

Revolusi industri ini telah turut mempengaruhi pola distribusi produk secara online, sehingga peredaran produk semakin masif dan luas ke seluruh negeri. Laporan Digital in 2018 in Southeast Asia menunjukkan penetrasi penggunaan internet di Indonesia mencapai 132,7 juta pengguna. 

"Sekitar 40% pengguna internet di Indonesia melakukan pembelian jasa maupun produk secara online (praktik e-commerce). Hal ini membuat tantangan pengawasan semakin besar seiring risiko peredaran produk palsu dan ilegal di jalur offline dan online." Demikian disampaikan Kepala BPOM RI, Penny K. Lukito saat membuka Sosialisasi Penerapan 2D Barcode Kepada Pelaku Usaha, Jumat (21/12). 

Berdasarkan evaluasi awal tentang kesiapan negara dalam menghadapi revolusi industri 4.0, Indonesia diperkirakan sebagai negara dengan potensi tinggi. Oleh karena itu, BPOM meningkatkan efektivitas pengawasan melalui intensifikasi penggunaan teknologi informasi dengan melibatkan pelaku usaha dan masyarakat. 

Salah satunya dengan menginisiasi terobosan 2D barcode dalam dua tahun terakhir untuk meminimalisir peredaran obat dan makanan palsu atau tidak memenuhi syarat. 

"Kami melakukan benchmarking penggunaan 2D barcode dalam pengawasan obat dan makanan di Turki dan Iran. Serta mengembangkan dan membahas konsep 2D barcode bersama stakeholder, para pakar, dan pelaku usaha untuk memastikan teknologi ini feasible dan siap diterapkan di Indonesia," ujar Penny K. Lukito. 

Melalui gadget dalam genggaman, konsumen lebih mudah untuk melakukan identifikasi dan otentikasi produk dengan memindai 2D barcode untuk mengidentifikasi legalitas nomor izin edar produk. 

Pada metode otentikasi, konsumen dapat membedakan antara produk asli dengan produk yang diduga palsu. Kode 2D barcode memuat identitas tertentu, misalnya nomor serial produk sebagai penanda keaslian produk. Identifikasi produk dengan 2D barcode diterapkan untuk obat bebas dan obat bebas terbatas, obat tradisional, suplemen kesehatan, kosmetik, dan pangan olahan. S

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun