Mohon tunggu...
Andi Astuti
Andi Astuti Mohon Tunggu... Penulis - Operator

Gadis desa yang hobi baca dan sesekali menulis fiksi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Malika

31 Oktober 2024   19:16 Diperbarui: 31 Oktober 2024   19:45 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gue ngelepas paksa tangan gue dari jeratan Karina, abis itu nyeka wajah gue yang abis kena cipratan ludahnya saat bicara. Bikin jijik aja ini orang.
"Lo tuh, ya! Pertama, gue lebih tua dari lo. Minimal sopan dikit, kek. Ke dua, lo minta maaf cuma karena dimarahin pak ketua lo?!"

"En-ggak, lah. Gue emang ngerasa bersalah banget. Apalagi lo pergi gitu aja kemarin, Kak. Kita-kita cuma ngerasa lucu aja sama suara Kak Mal. Serius."

"Basi." Gue lanjutin langkah gue, nggak lupa nyenggol bahu Karina dengan sengaja. Lewat sudut mata, gue bisa lihat wajahnya berubah kecut, persis kayak orang lagi nahan berak. Gue udah terlihat kayak pemeran antagonis yang abis menzalimi sang protagonis. Tapi gue nggak peduli. Bagi gue, mereka yang mengolok gue pas lagi mau belajar itu jauh lebih jahat.

"Kak Mal, Paketu bilang, lo dipindahin ke kelompok tahsin yang pembimbingnya Paketu sendiri." Gue nggak peduli teriakan Karina. Pokoknya niat gue udah mantap dalam hati, kalau sekali lagi gue bimbingan terus diketawain, gue benar-benar akan keluar dari organisasi. Gue akan cari organisasi yang betul-betul menghargai orang yang mau belajar.

***

Gue duduk bersila di teras masjid. Menunggu pembimbing tahsin gue yang katanya sekarang berubah menjadi Rijal--ketua LKQ yang jujur aja gue nggak tau orangnya yang mana. Gue lupa. Gue sengaja datang lebih awal, sekalian biar gue bisa nonton YT sepuasnya pakai wifi kampus.

Gue lagi nonton tutorial Irama Nahawand oleh Ustad Bilal Attaqi, sesekali juga versi Ustad Kris yang udah sering gue tonton, tapi belum pernah berhasil gue tiru. Alhamdulillah-nya, gue bisa niru tajwidnya dikit-dikit.

Gue lagik asyik menyimak bacaan ustad saat seseorang datang memberi salam.
"Wa'alaikum salaam warohmatullah." Gue menjawab sambil mendongak, dan seketika merasa kaget sekaligus berdebar pas tahu kalau yang datang itu adalah cowok ganteng dengan bibir berbentuk hati yang kemarin sempat gue tabrak di depan majelis. Dia duduk satu meter di sebelah gue.

"Gimana? Udah siap bimbingan?"

"Lo Rijal?"

Dia nggak jawab. Cuma liatin gue sekilas dengan wajah yang seolah bilang, "Lo beneran nggak kenal gue?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun