Mohon tunggu...
Andi Astuti
Andi Astuti Mohon Tunggu... Penulis - Operator

Gadis desa yang hobi baca dan sesekali menulis fiksi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Malika

31 Oktober 2024   19:16 Diperbarui: 31 Oktober 2024   19:45 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kenalin, nama gue Malika. Gue manusia tulen, bukan kedelai hitam yang dibesarkan seperti anak sendiri. Nama gue emang pasaran, tapi gue jamin semua cewek yang namanya Malika itu cantik. Serius. Pot ong jari kelingking bapak lo kalau lo nemu cewek nama Malika yang nggak cantik.

Gue anaknya nggak baik-baik amat, tapi juga nggak jahat-jahat amat kek yang ada di pikiran para launty yang musuhin gue. Terkadang hati gue tergerak buat salat dan belajar ngaji, meski seringnya, sih, nggak jadi karena komenan 'tumben' dari keluarga gue. Atau kalimat lucknut semisal, "Lo, kok, tumben salat, Mal? Jangan-jangan udah mo mati, lo, ya?" dari para human yang ngakunya teman gue.

Bukannya apa, komenan semacam itu bikin gue nggak mood. Nggak tau kenapa. Tapi kali ini gue nggak mau mulut mereka menghalangi niat baik gue yang datangnya cuma seabad sekali. Makanya di semester 5 ini, gue mutusin buat masuk salah satu organisasi di kampus gue. Namanya LKQ atau Lembaga Kajian Qur'ani.

Namanya aja kedengeran religius banget, ya. Moga aja gue bisa jadi cewek salihah idaman si doi kalau join di sana. Eh, enggak, deng. Niat gue murni pengen belajar Al-Qur'an. Biar Al-Qur'an di kosan gue bisa jadi pedoman, bukan cuma pajangan. Biar Islam gue bukan cuma di KTP.

Ternyata nggak susah-susah amat buat join di LKQ. Gue cuman dites baca Qur'an bentar. Meski panitia yang ngetes itu songongnya minta ampun. Dia pikir gue nggak tahu apa, kalau dia nahan tawa pas dengar gue ngaji? Gue tahu tajwid gue masih berantakan, tapi gue yakin suara serak-serak becek gue nggak jelek jelek amat. Nggak sopan emang. Padahal umurnya masih tuaan aku, loh. Rasanya gatal banget ini tangan pengen nonj*k, tapi gue tahan aja. Anggap aja ini rintangan biar bisa jadi cewek salihah penghuni Surga. Fyuh ... sabar, sabar.

Tapi, eh, tapi, rintangan itu nggak sampai di situ aja. Hari ini, saat gue mau belajar lagi untuk ke sekian kalinya memperbaiki tajwid dan irama bacaan Qur'an gue di majelis, mereka pada nahan tawa bahkan saat gue baru aja mau buka mulut. Sebagiannya bahkan udah terang-terangan nutup mulut lalu munggungin gue. Asem emang. Padahal bilangnya, "Jangan malu. Namanya juga belajar."

Cih, gimana nggak malu kalau mereka kelakuannya kayak gitu. Alhasil, gue keluar gitu aja dari majelis. Tak lupa menendang pintu keras-keras sampai tulang kering gue rasanya mau copot. Sakit banget, tapi sebisa mungkin berlagak biasa aja biar mereka nggak tambah ngetawain gue.

Sialan. Nih air mata kenapa juga mesti keluar, sih? Gue, 'kan malu. Gue jalan sambil nunduk biar gak kegep lagi nangis, tapi karena itu gue malah nabrak orang.

"Sorry, tapi lo juga, sih, yang salah. Udah tau gue jalannya nunduk, lo malah jalan di jalur gue." Gue kelepasan ngegas sama orang. Bodoh amat, lah.

"Kamu nangis?" Suara serak nan maskulin itu bangunin gue dari posisi nunduk. Untuk beberapa detik, gue terpana sama bibirnya yang berbentuk hati. Gak tau kenapa tatapan gue langsung tertuju ke sana. Terus pas tatapan gue naik ke mata, dia malah berpaling. Gue tersinggung, tapi langsung teralihkan pas dia nanya lagi, "Kenapa nangis? Kamu anak LKQ, 'kan?"

Denger kata LKQ, kekesalan gue yang beberapa saat terlupakan akhirnya meluap lagi.
"Bukan urusan lo!" seruku sembari ngacungin jari kelingking dengan berapi-api. Kenapa jari kelingking? Karena dia terlalu tampan dan kharismatik buat gue acungin jari tengah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun