Bab 3 : Mengapa Dia Berbeda?
Aya bertanya ke sana ke mari, tapi tak kunjung menemukan jawaban. Sebagian dari mereka yang Aya tanyai justru menganggap Aya perempuan gila sebab penampilannya yang acak-acakan: bajunya berlubang, rambutnya berantakan, dan kakinya berdarah karena tak memakai alas kaki.
"Pak, desa ini namanya desa apa, ya?" tanya Aya pada orang yang ke sekian.
"Pak? Sejak kapan saya nikah sama Ibumu?"
"M-maksudnya Paman." Aya menggaruk tengkuk yang tak gatal.
"Sejak kapan saya menikah dengan Bibimu?" Lelaki berperut buncit itu menoleh ke arah Aya sekilas lalu lanjut mengelus surai cokelat milik kudanya.
"Baiklah. Maksud saya, Desa ini namanya desa apa, ya, Tuan?"
Kali ini, lelaki itu menghadap Aya, lalu melihat Aya dari atas ke bawah seolah menilai.
"Desa Lunaris, masih dalam wilayah kerajaan Arcanum yang bertetangga dengan kerajaan Eldoria. Puas?"
Aya menggaruk dagu. Ekspresinya masam. Perasaannya tak enak. Kerajaan? Sejak kapan Indonesia jadi negara kerajaan? Kalau orang itu jawabnya Kerajaan Majapahit, Aya masih bisa mengerti. Aya masih bisa menebak kemungkinan bahwa dirinya mengalami time travel ke masa lalu. Lah ini?
"Kira-kira seberapa jauh dari kota J?" tanyanya, masih berusaha berpikir positif.
"Kota J? Saya belum pernah dengar. Apa kau berasal dari kerajaan tetangga?"