"Tiss, Â hah pentol loe udah habis," Liya terkejut, heran, melihat pentol kuahnya habis tak tersisa. Tissa benar-benar seperti tidak makan 3 hari lamanya,
"Hehe, gua benar-benar laper Lii, pentolnya enak lo," ucap Tissa, kemudian ia meletakkan bekas plastic pentol kuahnya  diatas meja.
"Tiss Loe dengar gak bapak itu bilang tadi, belum ada yang beli pentolnya selain kita" bisik Liya.
"Hah, masak sih, kasian banget bapaknya" ujar Tissa, berbeda dengan Liya, Tissa malah kasian kepada Bapak tua itu,
"Pak pesen satu lagi dong," seru Tissa. Bapak tua itu dengan cepat langsung membuatnya.
"Tiss, kok lo pesan lagi sih, lo gak ngerasa aneh ini tengah malam buta, kita orang pertama yang beli tau," Liya menggeram kesal. Tissa melirik ke arah bapak tua itu lagi. Muka Bapak tua benar-benar terlihat semakin pucat.
Tak lama Tissa berkata "Justru itu Liya, kasian bapaknya, dia sampai sekarang belum pulang karena belum ada yang beli sama sekali, mungkin dia gak punya uang untuk dikasih kekeluarganya, dia rela berjualan sampai tengah malam begini buat cari untuk keluarganya" jawab Tissa setengah berbisik dengan kalimat yang sedikit menyentuh.
"Tapi... " Liya tidak meneruskan kalimatnya sejenak "Iya juga sih, mungkin gue yang terlalu takut" perkataan Tissa sepertinya terdengar masuk akal.
Liya kembali melihat Bapak tua itu, dan sekitarnya, terlihat ukuran gerobak itu tergolong kecil, menggunakan payung warna warni yang besar, dan meja kayu persegi panjang, kemudian Ia melihat disudut dinding gerobak ada juga papan tipleks persegi empat yang sudah menempel, ternyata terdapat menu-menu berbagai varian rasa pentol yang ditulis tangan menggunakan Spidol,
 kenapa tadi bapak tidak bertanya mau beli pentol apa ya, Pikir Liya.  lalu Ia mengeja satu persatu.
ada Pentol Kuah, Pentol Pedas, Pentol bakar, dan terakhir adalah Pentol.....kematian, Liya mengerutkan dahinya, nafasnya mulai berdengus kencang. Ia berdiri sejenak memastikan tulisan  baris ke empat itu benar dengan apa yang barusan ia baca. Ternyata benar lebih tepatnya Pentol kematian jiwa. Liya sangat terkejut membaca tulisan itu dengan posisi badanya yang masih berdiri kaku Ia Lalu memanggil Tissa.