Mohon tunggu...
Anatasia Wahyudi
Anatasia Wahyudi Mohon Tunggu... Freelancer - i am dreamer!

Ordinary people and stubborn

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Belajar Filsafat Melalui Film "The Life of David Gale"

31 Januari 2021   13:00 Diperbarui: 31 Januari 2021   14:28 842
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.imdb.com/title/tt0289992/mediaviewer/rm3757086976/

Pendahuluan

Menurut Elgin F. Hunt metode ilmu (dalam ilmu sosial) meliputi 6 bagian, yaitu: (1) observasi, (2) perumusan masalah, (3) mengumpulkan dan mengklasifikasikan fakta tambahan yang baru, (4) mengadakan generalisasi, (5) perumusan hipotesis, dan (6) mengadakan testing dan verifikasi. 

Dalam Metode Ilmiah, proses yang tersusun yaitu; 1) pengumpulan daya dan fakta, 2) pengamatan data dan fakta, 3) pemilihan/seleksi data dan fakta, 4) penggolongan/ klarifikasi data dan fakta, 5) penafsiran/interpresrasi data dan fakta, 6) penarikan kesimpulan umum/generalisasi, 7) perumusan hipotesis, 8) pengujian/ verifikasi terhadap hipotesis melalui riset, empiris, dan eksperimen, 9) penilaian/ evaluasi, menerima atau menolak, atau menambah, atau mengubah hipotesis, 10) perumusan teori ilmu pengetahuan, dan 11) perumusan dalil atau hukum ilmu pengetahuan.

Al-Ustadz H. Abdullah bin Nuh menyampaikan saat berbicara tentang "Atheisme, Agama, dan Ilmu Pengetahuan": Karena itu jelaslah, bawa kata-kata seperti "kebenaran ilmiah" hanya mengandung arti yang sangat terbatas sekali, dan tidak boleh diambil arti yang sebenarnya, sebagaimana sering dilakukan oleh orang banyak. Sebetulnya tidak ada suatu kebenaran ilmiah dalam arti yang mutlak. Peribahasa Ad veritatem per scientiam (menuju kebenaran dengan ilmu pengetahuan) adalah hal yang mustahil.

Suatu kegiatan berpikir dapat dikatakan logis jika ditinjau dari  sudut logika tertentu, dan mungkin tidak logis bila ditinjau dari sudut logika yang lain.  Hal inilah yang menimbulkan gejala yang disebut sebagi kekacauan penalaran yang disebabkan oleh tidak konsisten ya dalam menggunakan pola berpikir tertentu. Sedangkan penalaran yang bersifat analitik adalah kegiatan berpikir dengan logika ilmiah dengan menggunakan langkah-langkah tertentu. 

Sifat analitik ini, jika lebih dalam menjadi konsekuensi dan adanya suatu pola berpikir tertentu. Tanpa adanya pola berpikir tersebut, maka tidak aka nada kegiatan analisis. Hal ini disebabkan hakikatnya merupakan suatu kegiatan berpikir berdasarkan langkah-langkah tertentu.

Dalam film The Life of David Gale diceritakan bahwa Gale adalah seorang profesor Filsafat yang tergabung dalam organisasi DeathWatch. Organisasi ini menolak hukuman mati. Gale dituduh melakukan pelecehan seksual terhadap salahsatu mahasiswinya. Dimana terdapat bukti cakaran pada punggung korban. 

Kenyataannya, cakaran itu merupakan permintaan mahasiswi tersebut terhadap Gale saat melakukan hubungan intim di dalam toilet. Atas tuduhan itu, ia dipecat dan ditinggalkan oleh istri serta anaknya. Hidup Gale pun hancur.

Bukan hanya itu saja. Tak lama kemudian, ia menjadi tersangka pemerkosaan serta pembunuhan terhadap temannya, Constance karena ditemukan sperma di dalam tubuh korban. 

Tidak adanya sidik jari, menurut pengadilan karena Gale menggunakan sarung tangan saat membunuh. Selama di dalam penjara, ia tidak mengatakan apapun. Ia menerima tuduhan itu.

Tiga hari sebelum eksekusi di lakukan, Gale meminta seorang jurnalis bernama Bitsy untuk menuliskan kisahnya. Awalnya, Bitsy menolak karena ia merupakan jurnalis yang fokus membela korban pelecehan seksual. Bitsy pun memikirkan penasaran dengan alasan Gale memilihnya.

Dengan rasa penasaran itu, Bitsy mendatangi Gale di penjara. Setelah bertemu Gale, ia menganggap bahwa Gale ialah ayah yang baik dan tidak mungkin ia membunuh sahabatnya sendiri. Dan saat itulah ia mulai penasaran tentang kebenaran dibalik  kematian Constance. Bitsy pun menemukan rekaman video saat Constance dibunuh. Video tersebut tak utuh. Ia pun mencari bukti tentang kebenaran kasus tersebut.

Bitsy pergi ke rumah Constance. Ia mencoba mempraktekkan yang dilakukan Constance dalam video. Ia pun yakin bahwa Constance mati bukan karena dibunuh, tetapi karena bunuh diri. Bitsy harus menemukan video yang utuh. Atas nalarnya, Bitsy meminta rekan jurnalisnya untuk mengulur waktu agar ia dapat menemukan bukti di rumah rekan Gale dan Constance. Dalam video yang ditemukan, benar adanya bahwa Constance bukanlah dibunuh melainkan  bunuh diri.

Sayangnya, saat tiba di penjara untuk membuktikan Gale tidak bersalah, Gale sudah dieksekusi. Gale dan Constance mengorbankan diri mereka untuk membuktikan vonis hukuman mati bisa saja dijatuhkan kepada orang yang tidak bersalah.

Dari film tersebut, dapat dipelajari pentingnya logika, penalaran dan bersikap kritis untuk menghindari kesalahan-kesalahan dalam berpikir.

Isi

  • Logika sebagai sarana berpikir Ilmiah

Secara harfiah, logika berasal dari Bahasa Latin yaitu logos yang berarti perkataan atau sabda. Kemudian diadaptasi ke Bahasa Arab dengan mantiq da nataqa artinya berucap atau berkata. Menurut Luis Ma'luf, kata Mantiq diartikan sebagai hukum yang memelihara hati Nurani dari kesalahan dalam berpikir.

Secara terminologis, logika didefinisikan sebagai teori tentang penyimpulan yang sah. Pada dasarnya penyimpulan bertitik tolak dari suatu pangkal pikir tertentu yang didasarkan pada suatu konsep yang dinyatan dalam bentuk kata atau istilah, dan dapat diungkapkan dalam bentuk himpunan sehingga setiap konsep memiliki himpunan, keluasan dengan dasar himpunan karena semua unsur penalaran dalam logika pembuktiannya menggunakan diagram himpunan, dan ini merupakan pembuktian secara formal. Jika diungkapkan dengan diagram himpunan sah dan tepat karena sah dan tepat pula penalaran tersebut.

Model dan Cara Kerja Logika

Logika Induktif yaitu cara berpikir dimana ditarik kesimpulan bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat individu. Dalam penarikan kesimpulan induktif, walaupun premis-premisnya benar dan prosedur penarikan kesimpulannya sah, belum tentu kesimpulannya benar.

Logika deduktif ialah kegiatan berpikir yang sebaliknya dari penalaran induktif. Deduksi ialah cara berpikir dimana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan kesumpulan ini biasanya menggunakan pola berpikir yang dinamakan sogismus.

Silogismus disusun dari dua buah pernyataan dan satu kesimpulan.

  • Kesalahan-Kesalahan Berpikir

Fallacy of Dramatic Instance berawal dari kecenderungan orang untuk melakukan apa yang dikenal dengan over-generalisation. Yaitu, penggunaan satu-dua kasus untuk mendukung argumen yang bersifat general atau umum. Seringkali kesimpulan itu merujuk pada pengalaman pribadi seseorang.

Fallacy of Retrospective Determinism atau dapat dijelaskan sebagai kebiasaan masyarakat yang menganggap masalah sosial yang sekarang terjadi sebagai sesuatu yang secara historis memang selalu ada, tidak bisa dihindari, dan merupakan akibat dari sejarah yang cukup panjang. Cara berpikir nin selalu mengacu pada "kembali ke belakang" atau "historis". Atau secara jelasnya disebutkan sebagai upaya kembali pada sesuatu yang seakan-akan sudah ditentukan dalam sejarah masa lalu.

Post Hoc Ergo Propter Hoc atau sesudah itu- karena itu- oleh sebab itu. Bila ada peristiwa yang terjadi dalam urutan temporal, maka dapat dinyatakan bahwa yang pertama adalah sebab dari yang kedua. Inti dari kesalahan berpikir ini ketika seseorang berargumentasi dengan menghubungkan sesuatu yang tidak berhubungan.

Fallacy of Misplaced Concretness adalah kesalahan berpikir yang muncul karena kita mengkonkretkan sesuatu yang sebenarnya adalah abstrak. Atau dapat dikatakan sebagai menganggap real seuatu yang sebetulnya hanya ada dalam pikiran kita.

Argumentum ad Verecundiam ialah berargumen dengan menggunakan otoritas, walaupun otoritas itu tidak relevan atau ambigu. Berargumentasi dengan menggunakan otoritas seseorang yang belum tentu benar atau berhubungan demi membela kepentingannya dalam hal ini kebenaran argumentasinya.

Fallacy of Composition adalah dugaan bahwa terapi yang berhasil untuk satu orang pasti juga berhasil untuk semua orang.

Circular Reasoning artinya pemikiran yang berputar-putar, menggunakan kesimpulan untuk mendukung asumsi yang digunakan lagi untuk mendukung kesimpulan semula.

Black and White Fallacy: Inti dari kesalahan berfikir ini ketika seseorang melakukan penilaian atau berargumentasi berdasarkan dua alternatif saja dan menafikan alternatif lain.

Argumentum Ad Miseria: Kesalahan berfikir karena menarik kesimpulan dengan berdasarkan rasa kasihan tanpa berdasarkan bukti.

The Fallacy Of The Undistrubed Midle Term: Kesalahan berfikir karena orang yang mengambil kesimpulan tidak melakukan sesuatu apapun selain menghubungkan dua ide dengan ide ketiga, dan dalam kesimpulannya orang yang mengambil ide mengklaim bahwa telah menghubungkan satu sama lain.

Fallacy Determinisme Paranoid: Pada umumnya istilah paranoid kita kenal dalam disiplin ilmu psikologi. Yaitu suatu kondisi kejiwaan seseorang yang merasakan rasa takut yang berlebihan tanpa alasan yang patut dibenarkan. 

Biasanya kasus ini kita temukan pada orang yang trauma atau memakai sabu-sabu (salah satu jenis narkoba). Tetapi dalam kesempatan ini kita membahas paranoid yang timbul karena kesalahan berfikir, yakni adanya rasa takut yang berlebihan karena tekanan kebodohannya.

  • Penalaran

Penalaran ialah proses berpikir atau kerangka berpikir menurut kerangka alur tertentu dalam merumuskan pengetahuan. Penalaran sangat erat kaitanya dengan pengertian atau konsep, proposisi atau pernyataan dan kenyataan. Untuk melakukan penalaran, diperlukan ketiga unsur tersebut. 

Pengertian ialah informasi atau data dalam proses berpikir. Sedangkan proposisi ialah rangkaian informasi-informasi tersebut. Tidak akan ada proposisi tanoa pengertian, tidak ada penalaran tanpa proposisi. Tanpa melalui ketiganya, manusia tidak mungkin memperoleh dan menghasilkan penalaran.

Kemampuan menalar hanya dimiliki oleh manusia. Akal yang menjadikan manusia berbeda dengan makhluk lainnya. Akal manusia yang punya kemampuan untuk menalar dan berpikir tentang segala hal yang mungkin adalah ciri spesifik yang dimilki oleh manusia yang mampu memiliki serta mengembagkan pengetahuannya berupa ilmu, seni, dan lainnya.

Penalaran adalah suatu proses berpikir atau kerangka berpikir menurut kerangka alur tertentu dalam merumuskan pengetahuan. Kaitan antara penalaran dengan pengertian atau konsep, proposisi atau pernyataan, dan kenyataan sangat erat. Untuk melakukan penalaran diperlukan ketiga unsur tersebut.  Pengertian yaitu informasi atau data dalam proses berpikir. 

Proposisi adalah rangkaian informasi-informasi tersebut karna tidak aka nada proposisi tanpa pengertian dan tidak ada penalaran tanpa proposisi. Tanpa ketiga unsur tersebuy, maka manusia tidak mungkin memiliki atau menghasilkan penalaran.

Penalaran ialah suatu kegiata berpikir yang menyandarkan diri kepada analisis dan kerangka berpikir dalam merumuskan pengertian sehingga pemikirannya bersifat analitik dan logis. Penalaran dapat disimpulkan sebagai suatu proses berpikir logis, dimana berpikir logis harus diartikan kegiatan berpikir menurut pola tertentu, atau dengan kata lain, menurut logika tertentu.

Ciri-ciri penalaran ialah pemikiran yang bersifat analitik dan logis. Suatu kegiatan berpikir dapat dkatakan logis jika ditinjau dari suatu hal tertentu dan mungkin tidak logis jika ditinjau dari suduut logika yang lain. 

Hal ini sering menimbulkan gejala yang dapat disebut kekacauan penalaran yang disebabkan oleh tidak konsistennya mempergunakan poli pikir tertentu. Sedangkan penalaran bersifat analitik adalah kegiatan berpikir yang menyandarkan diri pada logika ilmiah dengan menggunakan langkah-langkah tertentu. 

Sifat analitik ini, jika dikaji lebih dalam merupakan konsekuensi dan adanya suatu pola berpikir tertentu. Tanpa adanya pola berpikir tersebut, maka tidak aka nada kegiatan analisis. Sebab hakikat analisis ialah suatu kegiatan berpikir berdasarkan langkah-langkah tertentu.

  • Berpikir Kritis

Berpikir kritis ialah sebuah keterampilan kognitif ynag memungkinkan seseorang untuk menginvestigasi sebuah situasi, masalah, pertanyaan, atau fenomena agar dapat membuat sebuah penilaian atau keputusan. 

Berpikir kritis adalah kombinasi dan koordinasi semua aspek kognitif yang dihasilkan oleh super computer biologis yang ada dalam kepala kita yaitu persepsi, emosi, intuisi, mode berpikir linear, maupun non-linier juga penalaran induktif serta deduktif.

Vincent Ryan Ruggier dalam bukunya berjudul Beyond Feelings: A Guide to Critical Thinking disebutkan ada 3 aktivitas dasar yang terlibat dalam pemikiran kritis, yaitu: menemukan bukti, memutuskan arti bukti tersebut, dan mencapai kesimpulan berdasarkan bukti tersebut.

Untuk membiasakan diri berpikir kritis, ditempuh dengancara seperti berikut:

Melakukan tindakan untuk mengumpukan bukti-bukti. Bukti merupakan suatu hal yang bisa bersifat empiris ataupun berbagai bentuk fakta yang dapat diperoleh dari sebuah otoritas, kertas riset, testimoni, dan informasi lain. Namun, yang paling penting ialah mendapatkan bukti secara langsung karena bukti dari pihak kedua terkadang patut dicurigai. Bukti yang dapat ditemukan langsung dengan indera kita tidak dapat dibantah.

Menggunakan otak, bukan perasaan (berpikir logis). Membiasakan untuk berpikir logis merupakan bagian penting untuk menemukan pikiran kritis. Kebanyakan manusia belum mampu berpikir rasional, apalagi ditengah serangan irasionalitas media seperti saat ini. Logika hatus dilatih dan diperlajari baik dalam pendidikan formal maupun dalam kehidupan sehari-hari.

Skeptis ialah rasa ragu karena adanya kebutuhan atas bukti. Artinya tidak dapat percaya begitu saha sebelum menemukan bukti yang kuat. Ini adalah elemmen yang penting bagi pemikiran kritis. Skeptisisme adalah sebuah pembenaran bahwa ada kebenaran dan objektivitas di dunia ini, hanya saja sulit untuk ditemukan. Artinya, skeptisisme akan mendorong orang untuk mencari kebenaran.

Kesimpulan 

Dari film The Life of David Gale dapat dipelajari bahwa untuk membuktikan sesuatu diperlukan penalaran, logika, dan berpikir kritis agar tidak salah dalam membuat kesimpulan.

Memang, malam sebelum Constance ditemukan mati di rumahnya, Gale melakukan hubungan intim sehingga sperma yang ditemukan di jasad Constance adalah milik Gale. Namun, uji coba yang dilakukan oleh Bitsy yang diundang oleh Gale untuk menuliskan kisahnya di akhir hidupnya adalah hasil dari berpikir kritis. Ia juga tidak menggunakan perasaan sehingga hasil yang didapatkan logis.

Begitupun, ia dan kawannya dengan berani mencoba mencari video rekaman yang utuh dirumah salahsatu rekan Gale dan Constance untuk membuktikan bahwa Constance bunuh diri bukan di bunuh oleh Gale.

Di film tersebut terdapat kesalahan-kesalahan berpikir yaitu Fallacy of Dramatic Instance dimana Gale disimpulkan memperkosa serta membunuh Constance karena ia pernah dituduh melakukan tidak pemerkosaan terhadap salahsatu mahasiswinya. Padahal Gale tidak pernah melakukan tindakan pemerkosaan, ia hanya dituduh oleh mahasiswinya saat itu. Gale digoda mahasiswi tersebut saat dalam pengaruh alkohol.

Jika dipikirkan dengan seksama, Gale juga tidak mungkin membunuh karena ia tahu hukuman mati telah dilegalkan dan ia akan dijatuhi hukuman tersebut yang jelas-jelas ia adalah salahsatu aktivis yang menolak hukuman mati.

Karena itu, perlu menggunakan logika, penalaran, serta berpikir kritis untuk membuktikan sesuatu.

Seperti yang dikatakan oleh Abdullah bin Nuh mengatakan "Seorang sarjana ilmu pengetahuan harus mendekati tiap persoalan dengan bersifat suka ragu-ragu (skeptis); ia tidak boleh membuat atau menyampingkan bahan bukti untuk hipotesisnya, baik ilmiah maupun keagamaan, dan ia harus mengakui dengan jujur". 

Penyelidik mengumpulkan data secara obyektif, tidak berat sebelah dalam arti mengumpulkan hanya data yang menyokong kebenaran sebuah hipotesis dan mengabaikan data yang tidak sejalan dengan harapan-harapan peyelidik. Tekanan pengumpulan data adalah menguji, bukan mutlak membuktikan kebenaran atau ketidakbenaran hipotesa.

Di dalam teori kebenaran sendiri terdapat teori pragmatis yaitu suatu proposisi adalah benar sepanjang proposisi itu berlaku atau memuaskan, berlaku dan memuaskannya itu diuraikan dengan berbagai ragam oleh para pengamat teori tersebut. 

Menurut Schiller, apa yang diartikan dengan benar adalah yang berguna dan apa yang diartikan dengan salah yang tidak berguna. Sedangkan menurut Harold H. Titus, suatu idea atau teori ataupun hipotesis adalah benar bia ia dapat berlaku dalam praktek atau apabila ia membawa kepada hal yang memuaskan.

Dalam film ini The Life of David Gale digambarkan bahwa teori kebenaran pragmatis ini dilakukan dengan pembuktian bahwa kematian Constance adalah bunuh diri dan berguna untuk membuktikan bahwa tidak semua tersangka seperti Gale adalah benar terjadi.

Daftar Pustaka

Anshari, Endang Saifuddin. 2018. Ilmu, Filsafat, & Agama. Bandung: PT Dunia Pustaka Jaya.

Suriasumantri, S. Jujun. 2015. Ilmu dalam Perspektif: Sebuah Kumpulan Karangan Tentang Hakekah Ilmu. 2015. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Taufik, Ahmad. 2016. Filsafat Ilmu: Hakikat Mencari Pengetahuan. Yogyakarta: Deepublish.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun