Mohon tunggu...
Levianti
Levianti Mohon Tunggu... Psikolog - Psikolog, Dosen Psikologi Universitas Esa Unggul

Suka diam sejenak, refleksi, menulis, dan ngoepi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Idulfitri

26 April 2023   22:13 Diperbarui: 30 April 2023   08:38 413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: Canva

Kau bunuh anakku!

Lalu kau tuduh dia yang biang pelaku!

Kau palsukan bukti!

Asal kau selamat sendiri!

Baca juga: Diam

Sungguh, aku marah kepadamu!

Lukaku menganga dan membelenggu!

Hukuman mati pantas untukmu!

Baca juga: Puisi

Itu pun tak dapat menghapuskan kehilanganku!

Namun kau masih berani mencobaiku!

Mohon maaf, lahir batin, katamu!

Mengemis belas kasihanku!

Barangkali bisa ringan hukumanmu!

Agama mengajariku cinta dan keadilan!

Berani menegakkan keadilan sudah kutunaikan!

Cintaku kepadamu bentuknya hukuman!

Tuhan, mungkinkah itu kebenaran?!

Apa itu kebenaran?

Tidak ada jawaban.

Yang hadir gelombang keheningan.

Melepas ketegangan, pelan-pelan.

Aku tepekur diam.

Mengamati rentetan peristiwa seperti nonton sinema.

Ada aku, terpenjara oleh angkara murka.

Ada aku, terpenjara oleh ajaran agama.

Aku masih tepekur diam.

Ada aku, terpenjara dalam kerinduan memaafkan.

Ada aku, terpenjara dalam ketakutan.

Takut mendobrak tembok penjaraku sendiri, lapisan demi lapisan.

Aku tetap tepekur diam.

Yang hadir gelombang keheningan.

Memudarkan tembok penjara, lapisan demi lapisan.

Melahirkan kembali rahmat belas kasihan.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun