Mohon tunggu...
Ananias Safira
Ananias Safira Mohon Tunggu... Akuntan - saya mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dampak Inflasi Perubahan Harga Crude Palm Oil (CPO) Dunia terhadap Volume Ekspor Komoditas Kelapa Sawit dan Perekonomian Indonesia

22 Mei 2023   19:53 Diperbarui: 22 Mei 2023   20:00 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kenaikan harga bahan baku tidak mempengaruhi total produksi. Mariati (2009) dalam penelitiannya menemukan bahwa kombinasi produksi domestik, konsumsi dunia dan harga pasar dunia berpengaruh signifikan terhadap ekspor CPO di Indonesia. Namun, hanya sebagian variabel produksi nasional dan harga pasar dunia yang berpengaruh signifikan terhadap ekspor CPO Indonesia.

 Berdasarkan uraian di atas, kepentingan penulis adalah untuk menguji apakah perubahan harga CPO pasar dunia berdampak pada neraca perdagangan (volume ekspor) produk kelapa sawit dan perekonomian Indonesia. Uji penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang hanya meneliti sebagian pengaruh perubahan harga CPO dunia dan hubungannya dengan beberapa faktor ekonomi makro.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perubahan  harga CPO pasar dunia terhadap volume ekspor bahan baku minyak sawit dan perekonomian Indonesia ditinjau dari pertumbuhan ekonomi,  inflasi, nilai tukar riil rupiah dan  uang  beredar. 

1.  Mekanisme transmisi harga minyak Banyak teori ekonomi memiliki setidaknya enam saluran yang dapat memediasi dampak guncangan harga minyak terhadap kegiatan ekonomi. Pertama, efek sisi penawaran (supply-side shock effect). Kenaikan harga minyak menyebabkan penurunan produksi, karena kenaikan harga berarti penurunan ketersediaan input produksi pokok. Akibatnya, laju pertumbuhan dan produktivitas menurun (Qianqian, 2011). Guncangan harga minyak dapat meningkatkan biaya marjinal produksi industri, yang mengurangi output dan meningkatkan pengangguran (Brown dan Ycel, 2002; Lardic dan Mignon, 2006, 2008; dan Dogrul dan Soytas, 2010).

Kedua, efek transfer kekayaan, yang menekankan transfer daya beli dari negara pengimpor minyak ke negara pengekspor minyak. Perubahan daya beli mengurangi permintaan konsumen akan minyak di negara-negara pengimpor minyak dan meningkatkan permintaan konsumen di negara-negara pengekspor. Akibatnya, permintaan konsumen global terhadap barang-barang yang diproduksi oleh negara-negara pengimpor minyak menurun dan persediaan tabungan dunia meningkat. 

Peningkatan penawaran tabungan menyebabkan tingkat bunga riil turun. Turunnya tingkat suku bunga dunia merangsang investasi untuk mengimbangi penurunan konsumsi sehingga total permintaan di negara pengimpor tidak berubah. Jika sulit menurunkan harga, penurunan permintaan produk dari negara penghasil minyak akan semakin menekan pertumbuhan PDB. Jika tingkat harga tidak dapat turun, pengeluaran konsumsi akan turun lebih dari

Peningkatan investasi, menyebabkan permintaan agregat turun dan selanjutnya mengekang pertumbuhan ekonomi (Brown dan Yucel, 2002; Berument dan Tasci, 2002; Lardic dan Mignon, 2006, 2008; dan Cologni dan Manera, 2008).

Ketiga, efek keseimbangan sejati (true equilibrium effect). Kenaikan harga minyak meningkatkan permintaan uang. Jika otoritas moneter tidak mampu meningkatkan jumlah uang beredar untuk memenuhi permintaan uang yang meningkat, keseimbangan riil akan turun, suku bunga akan naik, dan laju pertumbuhan ekonomi akan melambat.

 (Berument dan Tasci, 2002; Lardic dan Mignon, 2006, 2008; Cologni dan Manera, 2008 dan Tang et al., 2010).

 Keempat, pengaruh inflasi (inflation effect). Kenaikan harga minyak juga mendorong inflasi. Kenaikan harga minyak segera diikuti dengan kenaikan harga produk minyak bumi, seperti bensin dan minyak pemanas yang digunakan oleh konsumen. Selain itu, seiring dengan tergantikannya minyak bumi oleh bentuk energi lain, harga sumber energi alternatif juga akan meningkat. Selain efek inflasi langsung, efek tidak langsung terkait dengan reaksi dan perilaku karyawan terhadap perusahaan (second round effect). Perusahaan menyalurkan peningkatan biaya produksi ke harga konsumen yang lebih tinggi untuk barang atau jasa non-energi, sementara pekerja merespons biaya hidup yang lebih tinggi dengan menuntut upah yang lebih tinggi (Lardic dan Mignon, 2006, 2008; Berument dan Tasci, 2002). Kelima, dampak konsumsi, investasi dan harga saham. Naiknya harga minyak berdampak negatif pada konsumsi, investasi dan harga saham. Efek konsumsi mengacu pada penurunan pendapatan disposabel akibat kenaikan harga minyak, sedangkan investasi dipengaruhi oleh kenaikan biaya perusahaan (Sadorsky, 1999; Kilian, 2008, 2009 dan Henriques dan Sadorsky, 2011).

Keenam, pengaruh penyesuaian sektor tertentu (sector-specific adjustment). Guncangan harga minyak mempengaruhi pasar tenaga kerja melalui perubahan biaya produksi relatif sektor tersebut. Jika harga minyak naik secara berkelanjutan, struktur produksi akan berubah dan ini akan mempengaruhi pengangguran. Guncangan harga minyak dapat meningkatkan biaya produksi marjinal di banyak sektor intensif minyak dan mendorong perusahaan untuk mengadopsi metode produksi baru yang tidak terlalu intensif minyak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun