Mohon tunggu...
Ananda Pradipa
Ananda Pradipa Mohon Tunggu... Lainnya - .....

buat tugas

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jadi Anak Kembar

19 November 2020   23:25 Diperbarui: 19 November 2020   23:33 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dan lagi-lagi mamah yang menjawab pertanyaan tuan rumah "ini yang Nanda, ini yang Anin" biasanya juga mereka minta foto bareng sama kita berdua. Kadang untuk membedakan kami berdua, mereka membandingkan postur tubuh kami.

Aku sepertinya ikut keturunan ayahku yang mempunyai postur tubuh gagah tinggi, sedangakan Anin sepertinya lebih ikut keturunan mamahku yang berpostur tubuh sedikit mungil dan tidak terlalu tinggi. Mungkin terdengar seperti bodyshamming, namun hal seperti itu dibawa santai saja. 

Aku nggak tahu apa yang ada di pikiran mereka, entah pertanyaan konyol tersebut dibikin untuk mencairkan suasana atau bagaimana, padahal dalam hatiku yang paling dalam nih sebal dan sayangnya nggak bisa untuk aku lampiaskan karena kata mamah, mereka hanya bercanda saja.

Kalau untuk kebiasaan, aku cenderung sama seperti mamah yang tegas, disiplin, dan perfeksionis. Sedangkan Anin cendurung sama seperti ayah yang lebih cuek dan tidak peduli dengan sekitar.

Kalau masalah nilai akademik, jelas aku yang paling unggul. Dari kecil nilai akademisku selalu berada jauh diatas nilai Anin. Namun untuk nilai non akademis seperti menggambar, menanyanyi, menari, olahraga, dan melukis Anin lah juaranya.

Walau begitu kedua orang tua kami tidak pernah membanding-bandingkan kami dan malah mendukung apa bakat kami masing-masing. Aku dan anin mempunyai sedikit keunikan, bahasa kerennya sih telepati begitu.

Pernah suatu ketika kita ada ditempat umum ada orang yang kita rasa penampilannya lucu atau menonjol. Aku seperti bisa membaca apa yang Anin pikirkan pun sebaliknya, Anin juga seperti bisa membaca apa yang aku pikirkan. Kita pun tertawa bersamaan apa yang sama-sama kita pikirkan. Apalagi kalau ada orang yang tidak kami suka, hanya dengan tatapan kami bisa saling tau apa yang sedang kami pikirkan.

Aku dan Anin ini tidur beda kamar, dulu waktu kecil sampai SMP kelas 8 kami masih satu kamar. Tapi setelah Anin punya cowo kita pun pisah kamar, mungkin supaya Anin lebih nyaman video call dengan cowonya itu.

Walau serumah kita berdua jarang sekali ngobrol, kalau ada apa-apa biasanya kita chattingan saja kecuali kalau penting sekali baru kami ngobrol langsung. Kalau masalah cowo bisa dibilang Anin pemenangnya.

Entah kenapa kalau masalah cowo atau pasangan aku agak kurang minat, ada sih beberapa yang ngajak serius tapi ya balik lagi akunya belum minat. Bahasa kerennya sih pengin bahagiain diri sendiri dan orang tua. Berbeda dengan Anin yang kalau sudah putus langsung cari yang baru lagi. Ya mungkin bahagia Anin dengan seperti itu.

Kalau untuk sekarang Anin sudah punya lelaki yang diperjuangkan. Aku kenal baik dengan lelaki itu, lelaki itu teman dekatku. Banyak teman-teman yang tanya "Anin sudah punya cowo, Nandanya kok masih sendiri" ya gimana lagi namanya juga belum minat hehe.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun