Mohon tunggu...
Ananda Firman
Ananda Firman Mohon Tunggu... Lainnya - Fasilitator pendidikan

Guru sebagaimana semua orang

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Istriku

11 Agustus 2012   01:57 Diperbarui: 20 Mei 2021   22:06 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

(1) Ingatkah kau saat senja di sudut waktu 

Kala hujan itu adalah awal kau menuduhku mencintaimu 

Kau menuntut dan memperkarakanku atas perhatian - perhatianku 

Dan aku pun juga meminta tanggung jawabmu atas rindu-rinduku

Setelah itu perjalanan menjadi kelana yang indah 

Kita sapa kehidupan dengan bentangan tangan yang mesra 

Kita berdua sama-sama penuh cinta pada hidup 

Dan tentu saja kita berdua pembenci sejati perampas hidup 

Istana kita indah 

Ada taman kecil di sudut halaman rumah 

Tetangga-tetangga kita ramah 

Karena kita suka tersenyum indah 

Tapi kadang kau menghardik "picik!" 

Saat tetangga kita mulai mudah menuduh 

Mereka sering mengutuk yang berbeda bentuk

 Dan menyumpah kafir karena tak sama dalam pikir 

Marahmu kau bawa di ranjang kita 

Kau bertanya dan terus bertanya 

Kau buat aku menjawab yang tak pernah kupikirkan sebelumnya 

Dan kau pun menuduhku serupa dengan tetangga 

Aku sakit mendengarnya Saat makianmu menghujat Tuhanku 

Tuduhmu pada yakinku membuat memar hatiku 

Biar saja kau hujat tapi tak perlu di telingaku

 Marahmu pada prasangka 

Marahmu pada kebencian 

Muakmu pada perang 

Muakmu pada pedang 

Saat itu agama di benakmu hanya penjara 

Tapi di benakku adalah cahaya 

Agama di pikirmu hanyalah candu 

Tapi itu penuntun langkahku 

Kaupun mengoceh tak karuan 

Apakah Tuhan ada? Untuk apa ada agama? Apakah karena kita ketakutan tanpa ada sebabnya? 

(2) 

Aku marah. 

Biarkan aku berjalan dengan damai 

Jangan kau marah pada langkahku 

Aku bosan dengan pertanyaanmu 

Karena akupun mencari jawaban itu 

Tak lama kau menjadi berhenti bertanya 

Kau tatap sujudku pada Tuhan yang kau benci itu 

Kau diam dalam seribu tanya 

Mengapa aku selalu saja menjilat Tuhan dalam doa? 

Kau semakin muak dengan diam dan yakinku

Kau anggap aku hanya beku dan kaku 

Tak berdaya memakai logika 

Sembunyi dalam takutku 

Dan selalu saja ada yang disalahkan 

Para pembunuh yang tidak tanpa sebab 

Dan hulu sebab kau tunjuk dengan telunjuk

 Tuhan yang tanpa tedeng aling-aling kau tuding 

(3)

 Kita tetap saja berjalan tanpa sejalan 

Kau diam akupun diam 

Tuhanku masih belum Tuhanmu 

Aku bersujud kau masih mengutuk 

Kau suka mencari tahu 

Segalanya kau jawab dengan ragu 

Tapi kau tak pernah ragu cintaku 

Karena aku bapak dari anak-anakmu

Anak-anak kita mulai berlarian di halaman

 Mulai banyak pertanyaan dibenakmu 

Dalam selimut diammu kau merumuskan sesuatu "Tiada agama untuk anak-anakku"ucapmu.

 (4) 

Aku berangan kau mulai menyapa diam kita akan sesuatu 

Sesuatu yang dulu pernah kita buat menjadi tabu 

Kau bertanya tentang Tuhan untuk anak-anak kita 

Inginkupun kau tanyakan dengan pelan dan dalam 

Dan aku akan berkata" Istriku, kau buat anak kita sehat, dan, pintar, baik budi dan penuh empati 

Mungkin perlu ada kitab suci tapi mungkin nanti 

Kau telah membawa mereka hidup dalam cinta

Mereka telah tumbuh merdeka 

Lesung pipit warisanku tentu bukan satu-satunya alasan mereka indah adanya 

Tapi karena darimu welas asih subur dalam benak-benak mereka 

Mereka  adalah cahaya Istriku, 

Tiada ketulusan yang tak menuntun keindahan

Dan Tuhan selalu bersama mereka yang penuh cinta 

Di pembaringanmu ini aku benar-benar yakin,

Setelah sangkakala nanti Tuhan Sang Maha mengerti  akan memelukmu mesra Istriku

Sepertimu, kini aku biarkan anak-anak  kita merdeka 

Dan aku biarkan mereka menatapku dan menatap kenanganmu apa adanya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun