...
      Aku bersiap-siap untuk ke sebuah Resto tempat dimana diadakan reuni. Seperti biasa aku berangkat menggunakan sepeda andalan ku. Di jalan aku bertemu dengan Brama. Ia melemparkan senyum saat mengendarai mobil pribadinya itu. Mungkin ia mempunyai tujuan sama denganku, yaitu memenuhi undangan reuni.
      Tiba-tiba ada suara yang memanggilku dari belakang. Sepertinya aku kenal, dan ternyata Brama. Aku sangka ia bakal meledek ku lagi tetapi kali ini tidak. Justru ia mengajakku masuk dan duduk bersamanya. Tawaran tersebut aku tolak lantaran aku masih menunggu teman. Aku terpaksa berbohong agar ia tidak mengganggui ku.
      "Kalau begitu aku masuk dulu. Tetapi boleh jika nanti aku ingin berbicara berdua dengan mu?" Kata Brama dengan nada mencurigakan.
      "Untuk apa? Kenapa tidak berbicara langsung saja di sini."
      "Tidak. Aku tunggu kamu di sana." Ucap Brama dengan menunjukkan sebuah tempat seperti taman kecil si sudut kanan Resto ini.
      Aku tidak tahu maksud dan tujuannnya. Akan tetapi, aku bingung untuk menanggapi raut wajahnya menunjukkan keseriusan.
...
      "Apakah aku boleh mencintai mu?
Brama, orang yang selama ini dikenal dingin dan tidak pernah berbicara banyak menanyakan hal demikian pada ku. Awalnya, aku menyangka ia sedang bergurau tetapi...
      "Kamu boleh tidak percaya dengan ku dan kamu juga boleh menjawab pertanyaan ini dengan kata tidak. Aku hanya ingin kamu menjawab saja. Apapun itu ra." Katanya memelas.