“Saya pikir akan ada terobosan baru dan cara baru. Sayang rupanya tidak ada,” ucap Yusril dalam akun twitter pribadinya, Kamis (6/11).
Jika memang rencana Jokowi menaikkan harga BBM terealisasi, Yusril menilai periode pemerintahan Jokowi saat ini sama dengan kebijakan presiden sebelumnya, belum mampu mengatasi masalah subsidi BBM. “Kalau demikian keadaannya, rupanya presiden baru belum punya cara baru mengatasi masalah subsidi BBM. Jadi masih sama dengan yang dulu,” ujar Yusril.
Parahnya, ada dugaan kuat, bahwa ngototnya JK menaikkan harga BBM memang nampaknya cenderung untuk keuntungan para pengusaha di lingkaran bisnis JK.
Sofjan Wanandi misalnya. Dikenal dekat dengan JK, pemilik Gemala Group tersebut sudah berancang-ancang untuk masuk dalam bisnis yang menjadi prioritas pemerintah. “Antara lain, sektor pertanian, energi, industri jasa, dan pasar keuangan,” kata Sofjan, seperti dikutip Kontan, Senin (20/10/2014).
Sofjan bahkan tak menampik bahwa bisnisnya akan ikut “mencicipi” berkah dari sektor-sektor tersebut. Begitu juga dengan pengusaha-pengusaha lain yang selama ini juga menjadi penyokong Jokowi-Kalla. Agar fair, dalam bisnis tersebut, tentu saja para pebisnis harus ‘bermain’ di bidang usaha mereka. “Kami siap dengan rencana dan proyek bisnis kami,” ujar Sofjan tak merinci proyek dan pembagiannya.
Sebelumnya, Sofjan Wanandi memang sudah mendesak JK agar harga BBM secepatnya segera dinaikkan. Sebab, menurut Sofjan, pihaknya akan susah jika harga BBM belum dinaikkan.
“Karena kita sudah lama menunggu, bahkan sebagian teman kita sudah naikkan barang-barang. Jadi kita perlu kepastian itu karena kalau tidak ada kepastian, kita susah. Maka itu kita minta makin cepat makin baik,” kata Sofjan di Istana Wakil Presiden Jakarta, Kamis (20/10/2014).
Sofjan juga pernah menyampaikan, Apindo menginginkan pemerintah segera menaikkan harga BBM agar bisa secepatnya membangun infrastruktur yang menunjang iklim usaha. Alokasi dana Rp 1 triliun per hari untuk subsidi BBM, menurut dia, bisa dialihkan untuk pembangunan infrastruktur.
Ada statement JK yang boleh dikata tidak hanya menggelitik tetapi juga dinilai bisa menyakiti hati rakyat. Yakni ia menyatakan, pemerintah tidak bermaksud menyulitkan masyarakat dengan menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi. (Rumus dari mana nih...???)
Parahnya, JK bahkan mengatakan, bahwa pengurangan subsidi BBM yang berakibat pada kenaikan harga BBM bersubsidi bertujuan untuk membahagiakan rakyat dengan mengurangi kemiskinan. (Rakyat mana yang bahagia dengan kenaikan BBM, pak JK..??? Kalau maksudnya membahagian Sofjan Wanandi dkk, mungkin iya pernyataan Bapak itu ga keliru..?!)
“Pindahkan subsidi BBM tidak berati pemerintah menyulitkan rakyat justru mebahagiakan rakyat mengurangi kemiskinan,” ujar JK dalam acara Big Ideas Conference, Bersama Mengatasi Kemiskinan dan Ketimpangan, di kawasan Kuningan, Jakarta, Selasa (23/9/2014).