Lantas, di mana wanita masa depanku? Saya hanya berharap, dia baik-baik saja.
Saya tak keberatan dan rela bila dia mempercayakan hatinya pada pria lain di masa-masa saya mengejar kemustahilan mimpiku. Pikirku, toh saya sudah teruji di masa Sekolah Menengah Pertama dulu, meskipun dengan perasaan cemburu yang luar biasa.
Apa dayaku?!
Saat ini, saya pun tak mampu untuk menjaga dan menemani wanitaku meyusuri kehidupan ini. Saya memang benar-benar payah.
Tetapi bila saatku tiba, saat di mana mimpi yang mustahil itu, sebuah mimpi tentang meyelesaikan studi di universitas, benar-benar dikabulkan Tuhan, saya akan datang padanya dengan kepala tegak, dan mengatakan padanya "aku mencintaimu dengan seluruh diriku. Hiduplah bersamaku hingga tua nanti".
Saya juga akan mengucapkan terimakasihku dengan ikhlas pada dia yang telah dengan rela memberikan hatinya untuk menjaga dan melindungi wanita masa depanku.
III
Tiada yang mustahil. Akhir Juni tahun 2009, saya dinyatakan finish di universitas itu. Walau dengan keperihan yang luar biasa, dipadu perjuangan yang nyaris ambruk, mimpi yang nampak mustahil itu benar-benar menjadi kenyataan. Tuhannya orang Kristen bilang, "...Bagi Allah tiada yang mustahil."
Petualangan hidup yang benar-benar aneh. Saya melonjak kegirangan di hari penuh kemenangan akademis itu.
Dalam cerita biblis, Sarah menjadi bisu ketika ia mendapat kabar gembira bahwa ia akan mengandung dan melahirkan seorang putra di masa tuanya. Juga, Zakharia yang menjadi bisu ketika menerima kabar sukacita dari malaikat Tuhan bahwa di masa tuanya ia dan Elisabeth istrinya akan mendapatkan seorang putra. Demikian pun saya. Saya terkesima di hari penuh keajaiban itu.
Lantas, apa yang saya pikirkan saat itu? Hanya satu. Wanita masa depanku.