Mohon tunggu...
Bagas De
Bagas De Mohon Tunggu... -

Buruh sosial. Tinggal dan bekerja di Slovakia-Eropa Tengah. Aslinya, Anak Kampung, dari Nehi-Enoraen, ntt. Laman blog pribadi: www.confessionoflife21.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tiang Gantung Penghakiman

29 Juli 2016   21:07 Diperbarui: 30 Juli 2016   01:11 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cintaku padanya membakar semangatku untuk sampai pada tingkat ini. Cintaku padanya mampu merubah hidup dan nasibku. Rasanya saya ingin memeluknya dan berbisik terimakasih padanya dan pada Tuhan untuk keterlahirannya. Mungkin ia tidak pernah memikirkanku, apalagi mencintaiku, tetapi dirinya telah menjadi energi di sepanjang hidupku.

Ia merubah banyak hal dalam hidupku. Saya ingin pulang padanya.

Yah, saya ingin pulang padanya saat itu tetapi saya "tersesat". Saya "tersesat" di jalan ini. Tersesat di jalan panggilan Tuhan. Saya sedang "terseret" masuk dalam suatu arus dan perasaan yang aneh luar biasa. Suatu perasaan gila, demikian kaum awam meyebutnya. Namun sejujurnya, saya telah mengenal wanitaku jauh sebelum Allah "mengenalku". Saya telah jatuh cinta pada wanitaku jauh sebelum Allah "jatuh cinta" padaku.

Kalau dulu Yunus, dalam kitab sucinya orang Kristen, melarikan diri dari hadapan Allah ketika dipanggil dan diutus ke umat-Nya di Niniwe, demikian pun saya. Saya pernah berlari dari hadapan Allah dan panggilan-Nya. Saya meninggalkan jalan panggilan Tuhan demi mencari wanitaku. Kemudian saya pergi ke tanah Jawa.

Mengapa Jawa?

Dari beberapa orang yang kutanyai, saya tahu bahwa wanita masa depanku ada di sana. Saya benar-benar marah dan kecewa sebab di sana tak kutemukan satu titik terang apapun tentang wanitaku. Saya kehilangan jejaknya. Saya menangis perih. Desember 2010 yang benar-benar menjengkelkan dan meyakitkan.

Akhirnya, seperti Yunus, saya pun kembali pada-Nya. Kembali pada-Nya dengan perasaan kecewa yang menggunung. Mengapa Tuhan meyembunyikan wanitaku? Tuhan tak menjawabku.

IV

Kembali ke jalan panggilan-Nya. Sejenak wanitaku kutinggal dalam diam yang panjang. Pikirku, ini yang terbaik untuk kami berdua. Toh dia tak pernah tahu bahwa betapa saya merindukannya, bahwa betapa saya mencintainya. Dan betapa saya membutuhkannya dalam hidupku.

Saya menghibur diriku sendiri, tidak wajib dia yang kita cintai mesti tahu bahwa kita mencintanya. Kepingan hatiku yang lain mendebat, "dia tidak mengharapkanmu, apalagi mencintaimu. Jadi, lupakanlah."

Kemudian, saya menenggelamkan diri dalam rutinitas panggilanku. Juga, saya mengejar peruntungan gelar magister di universitas itu lagi. Kesibukan ini membantuku mengusir ingatanku padanya. Saya benar-benar terlupa akan wanitaku saat itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun