Mohon tunggu...
Amiruddin Zahri
Amiruddin Zahri Mohon Tunggu... -

menulis adalah hal yang menyenangkan dalam keseharian saya.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Mitos Gelas Kaca

20 Januari 2015   19:02 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:44 1132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

“Apa belum cukup apa yang aku kasih selama ini? Siapa lelaki itu?” Sanjaya pun muntab.

“Apa yang papa lihat?” hati Halimah bergemuruh. Ia menyadari sesuatu yang selama ini disembunyikan akhirnya terungkap.

“Jangan paksa aku menjelaskan gamblang kemesraan kalian, menjijikkan,” Sanjaya berdiri dan meninggalkan Halimah yang masih mematung.

Beberapa menit kemudian, Sanjaya keluar dengan membawa koper dan melemparkan ke depan Halimah. Perempuan tersebut kaget mendapati suaminya bertingkah demikian. Ia memang sadar ada hal yang seharusnya ia tak lakukan. Tetapi, ia memiliki alasan kuat kenapa semua itu bisa terjadi.

“Apa papa pikir selama ini mama robot yang tidak mempunyai perasaan. Papa sibuk kerja tanpa peduli kami di rumah,” ujar Halimah tak tahan melihat kelakukan suaminya.

“Pergi, jelaskan saja itu ke lelakimu.” Sanjaya tak mau mendengar apa pun yang dikatakan Halimah. Hatinya terlanjur tertutup oleh pandangan mata yang dilihat sebelumnya. Padahal belum tentu apa yang dilihatnya sesuai apa yang sebenarnya terjadi. Ia membuat keputusan cepat dan dianggapnya tepat.

“Aku bawa Radja,” Halimah akan memasuki rumah tetapi tertahan oleh genggaman tangan Sanjaya.

“Apa yang bisa kamu lakukan dengan lelaki penjual bunga itu, Radja bisa mendapatkan apa pun yang dia mau bersamaku,” Sanjaya menyombongkan diri.

“Kamu tega memisahkan kita,” Air mata Halimah akhirnya tumpah.

Keputusan Sanjaya tidak bisa ditawar. Radja yang menyaksikan langsung pertengkaran kedua orang tuanya tersebut hanya diam membeku. Hatinya berkata tidak mau kehilangan mamanya. Mama yang selama ini menyayanginya, mama yang memberi kehangatan rumah, dan mama yang melindunginya dari pecahan gelas kaca. Tetapi, papanya menahan. Ia memaksa Radja mengikuti kemauannya.

Seragam putih biru yang melekat tubuhnya tidak bisa dihindarkan bahwa kebutuhan pendidikan yang lebih tinggi harus ia dapatkan. Ia pun akhirnya terpengaruh oleh omongan papanya. Apalagi, papanya menyudutkan sikap mamanya yang tega menghancurkan keutuhan keluarga mereka. Di balik sikap santun mamanya, ternyata dia tega mengkhianati pengorbanan papanya, mamanya tersebut telah menjalin cinta dengan lelaki lain. Radja mengenalnya, tetapi Radja tak pernah berfikiran sampai ke sana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun