"Ya, benar, Undang-undang buatan ayahku. Dan, takkan ku biarkan orang-orang seperti mu secara serampangan menafsirkan warisan ayahku itu dengan seenak jidat."
"Buka matamu, Rigi! Tanton dikenal sebagai gudangnya penyair, pelukis, pemahat, dan penulis ternama dunia. Lagi pula, sejauh ini belum ada masyarakat atau wisatawan yang memperkarakan mural, entah itu mural yang bermuatan kritik sosial hingga politik, justru mereka lah yang paling gencar mendukung keberadaan lukisan di tembok. Baru kau seorang yang bertindak berlawanan."
"Tanton maju sebab demokrasi, dan kau harus ingat, negara kita sekarang menganut sistem itu. UU dibuat sesuai dengan keinginan rakyat, bukan keinginan tiran seperti 33 tahun lalu." sambung Virgil.
"Dasar kau liberal tengik, pengkhianat negara. Jangan harap hidupmu bakal tenang, camkan itu!" timpal Rigi penuh kesal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H