Keanehan terjadi. Mbok Yem yang biasanya ramah, ia tidak berbicara apapun. Terlihat ia melayani pelanggan lain namun tidak ada siapapun di meja.
Setelah selesai makan, rombongan ini melanjutkan perjalanan untuk turun dari gunung lawu.
Sangat mengejutkan, suasana pagi hari yang biasanya ramai, kini tidak terlihat siapapun alias sunyi senyap.
Hingga tiba di pos tiga, Tama akhirnya beristirahat. Iksan mengungkap jika kondisi ini sudah tidak lazim. Ia menyarankan untuk membaca Al-Fatihah sebanyak 7 kali kemudian tertidur.
Betapa terkejutnya saat terbangun, Tama dan rombongan sudah ada di basecamp.
Kejadian ini sungguh mengerikan, ia sadar betul jika dirinya sedang dalam pendakian dan masih berada di pos 3.
Pendaki lain banyak yang mengelilinginya, mereka berkata kalau Tama dan rombongan sudah tertidur selama 3 hari.
Seorang ahli spiritual yang ada disana mengatakan jika yang mendaki adalah roh nya saja, Sementara raganya masih tertinggal di basecamp.
Terlepas dari segala misteri dan kekayaan fakta atau mitos yang dimiliki Gunung Lawu, hendaknya kita sebagai pendaki selalu waspada.
Waspada di sini bisa berarti untuk terus selalu menjaga sikap selama naik gunung. Hal-hal sederhana seperti tak berkata kasar, tidak berbuat senonoh, serta tidak membuang sampah sembarangan bisa jadi laku baik yang mesti para pendaki terapkan.
Lagipula sejatinya, bukankah perilaku terbaik tersebut memang mestinya telah mengada dalam laku sehari-hari kita sebagai manusia