Pendakian melalui Cemorokandang akan melewati 5 selter dengan jalur yang relatif telah tertata dengan baik.
Meskipun ketiga jalur pendakian tersebut sudah dikenal secara umum oleh kalangan awam para pendaki yang ingin mendaki Gunung Lawu, sebenarnya terdapat satu jalur pendakian lain yang memiliki keunikannya tersendiri. Jalur pendakian tersebut adalah Jalur Pendakian Klasik Gunung Lawu via Singolangu. Jalur pendakian ini berada di Singolangu, Kelurahan Sarangan, Kecamatan Plaosan, Kabupaten Magetan, Jawa Timur, atau sekitar 3 km dari Telaga Sarangan. Sesuai dengan namanya, jalur pendakian ini diyakini sebagai jalur pendakian tertua diantara semua jalur pendakian Gunung Lawu. Selain itu, jalur ini juga diyakini sebagai napak tilas Prabu Brawijaya V saat pergi ke Gunung Lawu untuk menghindari kejaran pasukan Raden Fatah. Di sepanjang jalur pendakian ini nantinya para pendaki akan menemukan beberapa situs yang diyakini sebagai petilasan Prabu Brawijaya V. Adanya situs-situs petilasan tersebut semakin membuktikan bahwa jalur ini merupakan jalur pendakian tertua dan sudah ada sejak lama.
Pendakian melalui Jalur Klasik via Singolangu akan melalui 5 pos, yakni Pos 1 Kerun-Kerun, Pos 2 Banyu Urip, Pos 3 Cemaran, Pos 4 Taman Edelweis, dan Pos 5 Cokro Paningalan. Setelah melalui kelima pos tersebut, para pendaki akan sampai di Sendang Drajat, sebelum mencapai puncak Hargo Dalem dan Hargo Dumilah. Medan yang akan dihadapi oleh para pendaki sangat komplet, mulai dari medan yang landai hingga curam. Selain itu di jalur pendakian ini kondisi alam sangatlah asri, dengan berbagai jenis vegetasi tumbuhan dan satwa yang dapat ditemui sepanjang perjalanan. Oleh karena itu, jalur pendakian Gunung Lawu via Singolangu memiliki daya tarik tersendiri untuk dicoba oleh para pendaki yang ingin mendaki Gunung Lawu.
Cerita horor Gunung Lawu masa lalu bagi para pendaki berkaitan dengan makhluk halus di Gunung Lawu semakin memantapkan pilihan untuk mendaki, terlebih pendakian ke Gunung Lawu juga sudah mulai dibuka di era normal ini.
Cerita horor ini seperti dirasakan oleh pendaki asal Jakarta bernama Faiz memiliki pengalaman menyeramkan ketika mendaki Gunung Lawu.
Faiz mengaku bahwa sudah merasakan keganjilan sejak awal ia mulai mendaki Gunung Lawu, ditambah lagi cuaca kala itu memang kurang mendukung sehingga membuat gunung tersebut lebih sepi dari biasanya oleh para pendaki lainnya.
Faiz bersama 5 orang temannya pada 2019 lalu, 4 dari Jakarta dan 1 dari Solo ketika diteror berbagai makhluk halus penghuni Gunung Lawu.
Tiba-tiba Faiz merasakan keberatan saat membawa tas ransel gunungnya, ia juga menyadari perbedaan drastis bobot tasnya tersebut sehingga membuatnya berkeringat banyak.
"Sampai temen bilang gue kayak lagi mandi keringat, ya memang gue akui itu. Terus tiba-tiba Mas Dias ngomong kalau tadi ada yang duduk di atas tas gue ngadep ke belakang," kata Faiz
"Gue enggak merasa ada hewan di situ, eh ternyata mas Dias ngasih tau yang duduk tadi, orangnya setinggi dengkul kaki gue. Oh, yaudah gue enggak mau tau, karena harus buang pikiran jauh-jauh yang seperti itu," tambah Faiz.
Ini pengalaman pertama yang cukup menyeramkan bagi Faiz beserta teman-temannya saat mendaki Gunung Lawu, kembali Faiz melanjutkan perjalanan bersama rombongan dan membuang pikiran jauh-jauh tentang hal gaib ini