RUMAH itu masih seperti dulu. Ter bikin dari kayu dan beratapkan rum bia sedangkan dindingnya berbahan bambu.Â
Di sekitar rumah tua itu ada rumah warga yang lain. Letaknya berjauhan sehingga bila malam tiba suasananya berubah hening, sunyi dan mengerikan.
Selewat pukul delapan malam, warga desa tak berani melewati rumah itu. Selain sudah tidak ada penghuninya, karena tidak ada lampu, gelap gulita di sekelilingnya.
Suara-suara aneh mulai terdengar. Semakin lama semakin mengerikan karena dibarengi tawa cekikikan.
Pernah suatu kali ada beberapa remaja belasan tahun melewati tempat itu. Karena kemalaman nonton orkesan, sementara mobil angdes sudah tidak ada lagi, mereka terpaksa berjalan kaki. Sambil menghisap rokok dengan nikmatnya mereka bersenda gurau.Â
Sayangnya, senda gurau itu tidak berlangsung lama. Karena setelah mereka berada di dekat rumah tua tadi itu terlihat kepulan asap.Â
Mereka tercengang. Belum sempat bisik-bisikan sudah muncul lelaki menyeramkan. Baunya tengik, tanpa kepala, semua organ tubuhnya tercerai berai tak karuan.Â
Satu persatu 'raksasa' itu memakan tubuh remaja itu sampai kenyang tak bersisa lagi. Setelah itu dia menghilang entah kemana.
Beberapa hari kemudian warga desa dikejutkan bau anyir dari rumah tua itu. Karena penasaran, dikomandoi kepala desa, rombongan warga mendatangi rumah itu.
Betapa terkejutnya mereka setelah menyaksikan gelimpangan mayat tanpa kepala berjejer rapi di halaman belakang rumah.