Konservasi sebagian besarnya berhubungan dengan sikap budaya generasi hari ini dalam menentukan bangunan tua tertentu yang harus dilindungi.Â
Bahkan konservasi suatu warisan sejarah pada dasarnya merupakan bentuk negosiasi antar generasi untuk melakukan transisi dari masa lalu ke masa depan dan karenanya merupakan refleksi dari sikap budaya terhadap masa lalu.
Negosiasi antar generasi inilah yang tertangkap samar-samar dalam Kata Pengantar buku HANUA SINJAI. Negosiasi untuk memperkuat citra seorang tokoh dan meredupkan peran tokoh lain yang diusung oleh pihak yang merasa mewarisi satu cabang silsilah.Â
Sebagian lontara yang juga jadi salah satu sumber primer dalam penulisan HANUA SINJAU ini berisi tentang silsilah yang tentu isinya menyajikan perspektif, latar dan kebutuhan penulisannya.
Perspektif menjaga kemurnian garis darah dan karena akan berkorelasi dengan hak turun-temurun dalam pewarisan kekuasaan adalah satu variabel dalam penulisan sejarah lokal ketika hak-hak kekuasaan tradisional meredup seturut diterimanya demokrasi sebagai salah satu prinsip dalam pengelolaan komunitas bernama negara dan daerah.
Siapa bisa membendung atau menghilangkan romantisme masa lalu dari keturunan tersisa hari dan juga para pendaku keturunan?
Romantisme itu muncul atau diam-diam menyusup ketika sejarah suatu komunitas ditulis hari ini. Romantisme bisa mewarnai alasan apologetik saat tafsiran hari ini tidak sejalan dengan kondisi ideal yang tercitrakan dari tatanan masa lalu.Â
Romantisme juga bisa muncul ketika ada interes teleologis bahwa penyusunan uraian hari ini akan membawa dampak menguntungkan hari ini dan masa depan. Entah dalam bentuk manfaat ekonomi maupun manfaat politis.
Tak percaya?
Cobalah perhatikan saat kontestasi politik lokal, bukankah banyak yang menggali dan berupaya menyambungkan garis keturunannnya dengan silsilah dari penguasa atau tokoh penting dari masa lalu?Â
Praktik semacam ini tentu dengan harapan mendapatkan legitimasi sosial dan kultur bahwa yang bersangkutan memiliki DNA dan karenanya pantas untuk menjadi pemimpin hari ini. Dalam bahasa ringkasnya adalah yang bersangkutan bukanlah orang biasa-biasa saja.
Tidak boleh dinafikan juga dalam setiap kegiatan selalu akan ada pihak yang berperspektif oportunis mencari keuntungan ekonomi sesaat.