"Selalu ada sejarah dalam kehidupan manusia", kata William Shakespeare sastrawan Inggris legendaris.
Ketimbang sulit merangkai tulisan kalau berangkat dari tema yang berat-berat seperti filsafat, politik, kebudayaan dan sejenisnya, kenapa tidak berangkat dari sejarah yang dekat kita, seperti judul buku yang saya sitir di atas?
Justru dari tema yang dekat, sumber sejarah yang ada di sekitar kita, bahasan yang nyerempet-nyerempet hal berat seperti kebudayaan dapat kita sisipkan, sehingga konteks belajar sosiologi misalnya diperoleh sekaligus.
Keberhasilan menempatkan pendekatan budaya dalam menceritakan perubahan kehidupan petani, contoh di atas, bukankah sudah menjadi pendalaman pengenalan konsep kebudayaan?
Atau pengenalan musim dalam pola tanam pertanian itu sudah jadi contekan untuk pelajaran sosiologi, siklus ekonomi dan geografi misalnya. Bukan karena lingkup yang kita tulis kecil atau pelakunya bukan orang terkenal lalu tulisan jadi tidak bernilai!
Justru masa lalu kita sendiri dan narasi tentang orang yang dekat dengan kita, keluarga atau lingkungan sekitar, sebenarnya punya dampak besar terhadap hidup kita sekarang, baik disadari atau tidak. Memelajarinya membuat kita memiliki memori yang kuat dan belajar dari memori itu akan membantu dalam langkah kita ke depan.
Tentu saja agar memori tersebut tidak berserakan dan berterbangan akan lebih baik dan lebih bermanfaat kalau ditulis. Dalam tulisan itulah contekan dari pelajaran yang kita dapat dari sekolah dapat disisipkan. Peribahasa lama mengatakan membaca dapat memperluas pengetahuan, tapi tulislah agar pengetahuan itu dapat kita ikat dengan kuat.
Ya, contekan yang saya maksudkan tadi adalah mengenali kata kunci yang selanjutnya karena sudah pernah kita kupas dan tulis pasti gampang diuraikan kembali kalau ada tugas mengarang di sekolah.
Kembali ke tawaran tema sejarah.
Beberapa hal yang perlu jadi perhatian adalah ketelitian mengumpulkan data, informasi dan dokumentasi yang relevan. Tidak masalah pada banyak atau sedikitnya. Kesesuaian dengan apa yang akan kita tulislah yang menjadi ukuran.
Hati-hati ketika menyusunnya atau dalam istilah ilmu sejarah luangkan waktu dan perhatian untuk melakukan kritik sumber. Bukan untuk menyalahkan si sumber tapi untuk memeriksa kesesuaian atau korelasi antara sumber informasi dengan jenis informasi yang diberikan.