Dari sudut ini cerita bisa mengalir jauh seputar pertanian, tentang sosiologi, tentang budaya agraris setempat. Tentu ceritanya bisa ditarik dari jaman atau tahun seberapa kita mampu mengumpulkan informasi.
Apalagi kalau ternyata leluhur kita pendatang misalnya, maka aspek geografi yang menceritakan kenapa mereka dulu mau pindah itu sudah bisa menjadi cerita tersendiri.
Apakah itu bisa disebut sejarah?
Tentu saja bisa kalau cerita/tulisan yang kita susun memberi informasi yang cukup tentang periode atau penjelasan tentang waktu kejadian dari setiap perubahan yang terjadi. Tambahkan sumber rujukan, itu sudah bisa memenuhi kaidah untuk menjadi kajian selanjutnya.
Jangan dikira semua yang ditulis orang tentang sesuatu peristiwa tertentu pasti benar! Kekuatan dokumentasi dan bukti lah yang menjadi penentu kalau mau diteruskan menjadi kajian sejarah dan itu biasanya akan dilakukan dan dipertajam oleh orang lain.
Perhatikan mitos atau legenda yang berkembang dalam masyarakat dan dituturkan turun-temurun sehingga sering dipandang sebagai bagian dari sejarah lokal. Sumber informasi seperti ini sering disebut sebagai "oral history" yaitu sejarah yang dituturkan secara lisan dan hidup dalam memori masyarakat.
Mau lebih spesifik lagi karena bukti, akademisi dan praktisi sering menyebutnya artefak, yang ada hanya alat bajak tradisional sederhana misalnya?
Apalagi kalau alat bajaknya sudah tidak utuh dan tidak bisa dipakai karena sekarang keluarga kita sudah menggunakan traktor untuk membajak sawah. Perubahan dari bajak tradisional plus kerbau menjadi traktor itu pun sudah bisa menjadi bahan tulisan.
Bayangkan kalau kita berhasil menyusun silsilah keluarga yang lengkap dengan penjelasan tentang pekerjaan masing-masing nama yang muncul dalam silsilah tersebut.
Siapa tahu dalam silsilah keluarga ternyata dulu pernah ada yang menjadi kepala desa, menjadi penghulu adat, pengatur pembagian air di sawah-sawah masyarakat atau bahkan mungkin pangeran!
Sistem Subak di Bali yang sudah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda dunia oleh UNESCO juga didukung oleh dokumentasi, kisah dan penjelasan rinci dari warga petani di Bali yang menerapkannya atau informasi dari leluhur mereka yang pernah menerapkannya dahulu.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!