Pernah mengalami kesulitan saat Pelajaran Bahasa Indonesia diminta membuat karangan? Tidak tahu menulis apa, memulainya bagaimana dan apa jenis karangannya.Â
Sebaliknya saat Pelajaran Sains ketika diminta menjelaskan tentang suatu konsep, malah keahlian mengarang indah muncul! Ulangan atau ujian matematika atau fisika pun bisa menghadirkan sosok pengarang.
Aneh tapi nyata ketika diminta mengarang malah kesulitan menulis satu kalimat pun, namun saat tidak diminta mengarang malah karangan yang muncul. Saya pernah mengalaminya, bahkan sering melakukannya saat di bangku sekolah dulu, he he.
Saat ini ketika ada yang merasa bahwa menulis itu sulit, terkadang saya juga bingung. Ketika media sosial dan internet sudah menjadi hal yang lumrah dewasa ini, aktifitas menulis sebenarnya sangat sering kita lakukan, paling tidak memberi komen atau perbaharui status.
Sering tanpa sadar maupun karena dipaksa keadaan untuk merespons status mutakhir medsos seorang rekan atau rival (he he) kita lalu menulis. Lupa diri bahwa ketika Guru Bahasa Indonesia, Ekonomi atau Sejarah memberi tugas untuk menyusun karangan singkat, penyakit hilang ingatan sesaat itu sering muncul lagi!
Jadi kalau dipikir masalah sebenarnya ada pada respon terhadap kebutuhan. Tugas mengarang langsung menggiring pikiran kita untuk membayangkan artikel yang rapi, runtut (selaras atau bersesuaian) dan runut (alurnya jelas).
Bayangan tersebut sering membatasi kebebasan dan lalu tanpa sadar kita menarik diri karena merasa belum mampu untuk mengikuti pola tersebut.
Pada saat lain kita sering merasa atau ingin agar pikiran kita dapat difahami orang lain. Kita juga terkadang iri dengan rekan yang namanya gampang di-search di mesin pencari seperti Google misalnya. Jejak digitalnya kok banyak, dia tenar karena namanya banyak muncul di Google munken demikian gumam dalam hati.
Sebenarnya banyak artikel dan buku yang memberi saran dan trik bermanfaat perihal teknik menulis yang baik. Sebut saja buku lawas dari Arswendo Atmowiloto yang berjudul Mengarang itu Gampang atau yang lebih serius isinya buku Bambang Trim yang berjudul Menulispedia: Panduan Menulis untuk Mereka yang Insaf Menulis.
Eits, bukan berarti buku Arswendo itu tidak serius lho! Memang judulnya begitu, jadi terkesan kok tidak serius karena menggampangkan. Silancar lebih banyak di dunia maya maka kita akan temukan lebih "buuaanyaaak" lagi artikel atau blog yang mengupas hal serupa.