Kita juga berharap memperoleh gambaran pandangan atau perspektif calon kepala daerah tentang isu lingkungan hidup, apakah mengikuti pandangan bahwa lingkungan hidup harus dipertahankan kelestariannya dengan menyesuaikan aktifitas ekonomi yang boleh dan bersesuaian atau sebaliknya pertumbuhan ekonomi jauh lebih penting dengan melakukan langkah meminimalkan dampak lingkungannya.
Sepintas kedua kalimat itu sama namun sebenarnya menunjukkan kecenderung prioritas apa yang akan dilakukan terlebih dahulu dan juga yang tidak akan dilakukan nanti. Salah satu lanjutan kalimat dari Thomas R. Dye adalah kebijakan publik sesungguhnya tentang siapa mendapat apa, seberapa besar dan dengan cara apa.
Dalam kontek pembangunan daerah kalimat itu dapat diganti dengan apakah mendapatkan prestasi ekonomi dengan mengorbankan lingkungan hidup atau menjaga lingkungan hidup dan memilih manfaat jangka panjang dengan tidak mendapat prestasi ekonomi sesaat?
Upaya untuk menggabungkan keduanya dalam satu kalimat, misalnya pertumbuhan ekonoi berkualitas dengan menjaga kualitas lingkungan hidup lestari adalah contoh kalimat utopis belaka. Namun bagi calon yang faham cara berfikir Machiavelli, kalimat semacam ini dapat dibungkus sehingga kelihatan atau dianggap hebat.
Pilihan kembali kepada kita calon pemilih yang bisa saja tidak peduli dengan isu lingkungan hidup. Terdapat banyak variabel lain yang mungkin jadi pertimbangan pragmatis kita, misalnya janji posisi penting, calon yang maju adalah keluarga dekat, balas budi patron-klien dan sejenisnya.
Kita pun karenanya dapat menjadi pejabat publik sesaat karena kita memilih siapa yang kita dukung melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu.
Dampak jangka panjang serahkan saja kepada generasi berikut, karena mereka pasti akan memiliki cara dan teknologi sendiri untuk menjawab permasalahan mereka nanti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H