Apakah anda penggemar film superhero? Film yang menceritakan tentang tokoh "Pahlawan Super" memang populer dalam waktu hampir dua dekade ini, dengan beragam judul yang menghiasi perfilman di seluruh dunia. Biasanya film tersebut diangkat dari komik yang sebelumnya telah populer terlebih dulu di masyarakat.
Di antara sekian banyak judul film superhero populer dunia yang diadaptasi dari komik ini didominasi oleh dua perusahaan raksasa, yaitu DC Comics dan Marvel.
DC Comics menghadirkan tokoh superhero andalan mereka, mulai dari Superman, Batman, Wonder Woman, Cat Woman, Â Aquaman, The Flash, dan sebagainya. Tak lupa perusahaan tersebut pun menghadirkan Justice League sebagai ikon gabungan tokoh superhero jagoan mereka.
Adapula film "Suicide Squad" yang menceritakan gabungan tokoh "jahat" yang direkrut dalam misi menciptakan perdamaian dunia. Bahkan DC Comics tak lupa menghadirkan tokoh antagonis legendaris mereka, seperti Lex Luthor dalam cerita Superman, dan Joker dalam cerita Batman.
Sedangkan Marvel, perusahaan ini menghadirkan tokoh dan cerita superhero yang diangkat ke layar lebar yang jumlahnya lebih banyak dari DC Comics, mulai dari Thor, Iron Man, Captain America, Spiderman, Hulk, Guardians Of The Galaxy, Black Panther, Ant-Man, dan sebagainya. Dan tak lupa mereka pun menghadirkan film "Avengers" sebagai gabungan dari para tokoh superhero andalan mereka.
Baik DC Comics maupun Marvel memiliki ciri khas dan keunikan masing-masing. Jika DC Comics identik dengan nuansa kelam, kuno, misterius, dingin, penuh intrik, dan konflik humanis, dan cenderung lebih sulit dicerna, Sedangkan Marvel justru sebaliknya. Menghadirkan kesan yang cerah, warna-warni, modern, hangat, humoris, segar, dan mudah dicerna.Â
Dalam satu dekade terakhir ini, film-film superhero dari Marvel sangat produktif dan masif, hingga sukses merajai box office dunia sekaligus sukses mencuri hati banyak orang, terutama dari kalangan anak muda dan anak-anak zaman sekarang. Khusus untuk film "Avengers" yang telah hadir dalam beberapa edisi, bisa dibilang menjadi film yang sangat populer dan sulit disaingi oleh film dari DC Comics yang justru baru menghadirkan film "Justice League" dalam satu kali edisi.
Lalu apa film superhero yang anda sukai? Kalau saya pribadi, bisa dibilang termasuk orang yang menggilai film superhero trilogi "The Dark Knight" yang dibintangi oleh Christian Bale dan digarap oleh Christopher Nolan.
Mulai dari film edisi pertama "Batman Begins" pada tahun 2005, yang diperankan juga oleh Katie Holmes, Michael Caine, Liam Nelson dan Morgan Freeman ini, seolah menghadirkan tokoh Batman era baru. Ya, Batman yang sebelumnya terkesan kekanakan, berubah menjadi tokoh yang berwibawa, kelam, dan misterius.
Selain tentunya menghadirkan sosok Bruce Wayne, seorang miliarder muda yang berbadan tinggi, tampan, dermawan, namun terkesan playboy dan suka kemewahan. Di Film ini diceritakan tentang sejarah hidup Bruce Wayne dari semasa kecil hingga dewasa dan perjuangannya untuk menjadi seorang Batman dengan segala rintangan yang ia hadapi.
Lalu dilanjutkan pada edisi kedua yang berjudul "The Dark Knight" pada tahun 2008. Film ini bisa dibilang film DC Comics yang paling sukses dan meraih beberapa penghargaan Oscar, yaitu "Best Sound Editing" dan "Best Supporting Actor" yang diraih oleh aktor Heath Ledger yang berperan sebagai tokoh "Joker" yang fenomenal dengan gaya dan sikapnya yang nyentrik namun sadis dan menyeramkan (namun si aktor meninggal karena overdosis narkoba).
Cerita di film ini sangat menarik, penuh intrik, konflik, dan klimaks yang cukup menegangkan dan tak bisa ditebak. Hingga pada akhir cerita film, Batman mengorbankan dirinya untuk dituduh sebagai orang yang bertanggung jawab atas pembunuhan massal yang dilakukan oleh Jaksa Wilayah Harvey Dent sekaligus dituduh membunuhnya.
Hal itu dilakukan demi mempertahankan citra heroik Harvey Dent dan menyelamatkan sistem keadilan di kota Gotham yang telah diporakporandakan oleh Joker.
Dan trilogy film The Dark Knight
ini ditutup oleh film "The Dark Knight Rises" pada tahun 2012, yang tak kalah seru dan menegangkan, sekaligus penuh intrik, konflik, dan klimaks yang tak bisa ditebak. Seperti edisi sebelumnya, kesan gelap, misterius, dingin, dan membuat jantung berdegup keras juga menyelimuti aura film ini.
Selain karena cukup banyak menampilkan adegan yang sadistis dan hiperbola, tokoh penjahat bernama Bane yang dihadirkan pun tak kalah menyeramkan dibandingkan Joker.
Bahkan meskipun wajahnya tertutup masker, namun postur tubuh, karakter, dan suara yang terdengar bisa dibilang menampilkam kesan yang lebih brutal dan lebih canggih. Namun berkat kehadiran tokoh Cat Woman yang licik namun cantik, lincah, dan jenaka yang diperankan oleh Anne Hathaway, film ini menjadi sedikit mencair dan lebih segar.
Selain tokoh perempuan kaya raya yang cantik dan innocent bernama Miranda Tate, semakin membuat film ini terlihat tidak membosankan.
Terus terang, diantara ketiga film trilogi The Dark Knight, film ketiga inilah yang justru paling saya sukai. Selain tokoh dan cerita yang ditampilkannya lebih kompleks, klimaks dan akhir cerita film ini pun sangat misterius dan tidak bisa ditebak, juga terdapat banyak filosofi hidup yang tersurat dalam film ini.
Termasuk ketika Batman dimasukkan ke dalam sumur gelap dan sangat dalam setelah disiksa oleh penjahat Bane, dan perjuangan Batman untuk bisa keluar dari sumur tersebut, lalu kembali ke Kota Gotham dan akhirnya ia berhasil menyelamatkan kota dari aksi kejam Bane dan Miranda Tate (yang ternyata ia dalang kejahatan dan putri dari Ra'S Al Ghul).
Cuplikat kalimat yang mengandung Filosofi yang selalu saya ingat dari film tersebut adalah: "Orang lain bisa menghancurkan ragamu, namun jangan biarkan mereka menghancurkan jiwamu, semangatmu".
Pertanyaannya, mengapa saya membandingkan Prabowo Subianto dengan tokoh "The Dark Knight"? Alasannya sederhana, karena menurut saya, tokoh nasional tersebut memiliki kemiripan dalam hal "Citra", (baik yang ia tampilkan oleh dirinya maupun penilaian publik), dan juga spirit dan dedikasinya untuk orang banyak dan tanah air.
Tokoh yang bernama lengkap Prabowo Subianto Djojohadikoesoemo dan lahir di Jakarta, 17 Oktober 1951 ini seolah lekat dengan citra berwibawa, tampan, kuno, gagah, dingin, misterius, beraksi dalam sepi, dan kontroversial.
Ia juga berasal dari keluarga kaya dan terpandang. Ayahnya adalah seorang begawan ekonomi bernama Soemitro Djojohadikoesoemo. Ia lebih banyak menghabiskan waktu sekolahnya di luar negeri mengikuti orangtuanya, hingga akhirnya masuk ke Akademi Militer Magelang pada tahun 1969 dan lulus pada tahun 1974.
Karir dan sepak terjangnya selama puluhan tahun (1974-1998) di bidang militer inilah yang membuat seorang Prabowo Subianto seakan menjadi tokoh kontroversial.
Berbagai tugas yang ia jalankan di medan tempur dan jabatan strategis yang ia raih di bidang militer (jabatan terakhirnya adalah Pangkostrad pada tahun 1998, setelah sebelumnya menjabat sebagai Kopassus), seolah menjadi dua sisi mata uang.
Di satu sisi ia dikagumi sebagai seorang prajurit dan komandan yang gagah berani dan pantang menyerah dalam bertugas, juga meraih banyak prestasi cemerlang dan mendapat penghargaan prestisius, namun di sisi lain, ia juga banyak dihujat dan dihantam dalam kasus penculikan aktivis, pelanggaran HAM, pembunuhan massal, hingga isu kudeta.
Ia pun harus berseteru dengan banyak pihak, termasuk dengan Wiranto, yang merupakan atasannya saat itu karena menjabat sebagai Panglima TNI.
Hingga akhirnya ia pensiun dini tepatnya pada tanggal 22 Mei 1998. Lalu ia meninggalkan Indonesia dan terbang ke Amman, Yordania, dan tinggal di sana selama beberapa tahun. Hingga akhirnya ia kembali lagi pada November 2001.
Setelah berhenti dari karir militer dengan pangkat terakhir Letnan Jenderal, ia lebih banyak berkutat di bidang bisnis, mengikuti jejak adiknya yaitu Hashim Djojohadikoesoemo.
Sedikitnya Prabowo memiliki 27 Perusahaan yang bergerak di berbagai sektor berbeda, baik di Indonesia maupun di luar negeri. Ia adalah Presiden dan CEO PT Tidar Kerinci Agung yang bergerak dalam bidang produksi kelapa sawit, lalu PT Nusantara Energy yang bergerak di bidang migas, pertambangan, pertanian, kehutanan, dan pulp, juga PT Jaladri Nusantara yang bergerak di bidang perikanan.
Ia pun aktif dalam berorganisasi di luar pemerintah. Mulai dari menjabat sebagai Ketua HKTI (Himpunan Kerukunan Tani Indonesia) pada tahun 2004-2009, Asosiasi Petani Indonesia, Asosiasi Pedagang Pasar Tradisional Indonesia(2008-2013), dan Presiden Ikatan Pencak Silat Indonesia sejak tahun 2004 sampai dengan sekarang.
Selain aktif berbisnis dan berorganisasi, ia pun tertarik terjun ke dunia politik. Namun citra negatif yang terlanjur bertubi-tubi ditujukan kepada dirinya, membuat ia harus "babak belur" dan berkali-kali gagal dalam kancah politik nasional.
Ia pertama kali maju pada Konvensi Calon Presiden Partai Golkar pada tahun 2004. Ia terpilih hingga babak akhir namun kalah suara dari "rival abadinya" yaitu Wiranto, yang akhirnya menjadi Calon Presiden dari Partai Golkar untuk mengikuti Pilpres 2004 (yang merupakan Pemilihan Presiden pertama yang dipilih langsung oleh rakyat).
Meski akhirnya Wiranto sendiri gagal keluar sebagai pemenang, ia yang saat itu berpasangan dengan Sallahudin Wahid hanya berada di urutan ketiga, kalah suara dari Susilo Bambang Yudhoyono yang berpasangan dengan Jusuf Kalla, dan Megawati Soekarnoputri yang berpasangan dengan Hashim Muzadi.
Hingga akhirnya setelah Pilpres berlangsung dua putaran, SBY dan Jusuf Kallalah yang saat itu keluar menjadi pemenang, dan menjadi Presiden dan Wakil Presiden terpilih tahun 2004-2009.
Namun Prabowo tak patah arang. Ia kemudian mendirikan sebuah partai politik bernama Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) pada tanggal 6 Februari 2008, bersama adiknya Hashim Djojohadikoesoemo, mantan Aktivis Mahasiswa Fadli Zon, mantan Deputi Badan Intelegen Nasional (BIN) bidang Penggalangan Muchdi Prandjono, dan tokoh lainnya.
Ketika Pilpres tahun 2009, Prabowo yang semula dicalonkan partainya sebagai Capres, bersedia menjadi Cawapres Megawati Soekarnoputri. Namun pada Pilpres saat itu, lagi-lagi dimenangkan oleh SBY yang kala itu berpasangan dengan Boediono.
Lalu pada Pilpres 2014, Prabowo kembali menjadi Capres dan berpasangan dengan Hatta Radjasa. Sebenarnya peluang Prabowo saat itu bisa dibilang besar, meski terjadi persaingan sengit dengan tokoh "debutan" yang mendadak populer dan kariernya pun meroket cepat, dari mulai Walikoto Solo, lalu Gubernur DKI yang kemudian dicalonkan sebagai Calon Presiden yang bernama Joko Widodo, yang saat itu berpasangan dengan tokoh "veteran" yaitu Jusuf Kalla.Â
Namun lagi-lagi, citra negatif dan isu lama seputar HAM di bidang militer  terus membayanginya dan dijadikan "senjata ampuh" kubu lawan untuk menyerang dan menjatuhkan namanya.
Sosoknya dianggap Anti HAM, diktator, kejam, dingin, dan sebagainya. Sedangkan kubu lawan justru menampilkan citra yang merakyat, humoris, banyak tertawa, sederhana, dan lainnya.
Hal itu semakin diperparah dengan isu kehidupan pribadi yang menyangkut statusnya sebagai duda sejak ia berpisah dengan Titiek Soeharto pada tahun 1998, membuat ia menjadi sasaran empuk kubu lawan yang justru terus berusaha menampilkan pencitraan positif kepada masyarakat bersama keluarga lengkapnya.Â
Hingga akhirnya ia pun kalah tipis dalam Pilpres 2014 yang hanya diikuti oleh dua pasang calon tersebut. Namun lagi-lagi, Prabowo tidak menyerah. Ia yang menjadi tokoh oposisi kembali mencalonkan diri sebagai Calon Presiden pada Pilpres 2019 mendatang, kali ini bersama tokoh muda Sandiaga Uno, yang sebelumnya terpilih sebagai Wakil Gubernur DKI (namun ia langsung mundur dari jabatannya sebelum mendaftarkan diri ke KPU).
Dan lagi-lagi, kali ini pun Prabowo harus terus dihantam bertubi-tubi oleh citra negatif dan isu lama di bidang militer dan kemanusiaan, juga oleh status "lajang" dan harta kekayaannya yang melimpah.
Meski berbeda bentuk dan cerita, namun di mata saya, apa yang dialami oleh Prabowo, dengan segala jatuh bangun yang ia alami selama perjalanan hidupnya, memiliki "benang merah" dan "esensi" seperti tokoh "The Dark Knight".
Seorang pria yang terlahir kaya raya, tampan, terpandang, namun seolah memiliki "dua sisi mata uang" dalam hidupnya.
Di satu sisi ia adalah superhero yang gagah berani dan rela mengorbankan apapun untuk orang banyak dan tanah air, namun di sisi lain, ia justru dianggap penjahat dan pengacau dunia karena berbagai masalah yang ia hadapi.Â
Dan sama seperti "The Dark Knight" yang tidak memiliki istri, hanya didukung oleh sedikit orang-orang setia dan kepercayaannya, dan sedikit "peralatan canggih" dan "persenjataan" yang dimiliki untuk melawan kejahatan dan menciptakan keadilan dan kedamaian kota, seperti itu juga Prabowo.
Ia hanya didukung oleh sedikit partai politik, dan juga  sedikit media massa untuk berjuang dalam Pilpres tahun depan, yang mungkin akan menjadi Pilpres terakhir yang ia ikuti mengingat faktor usia dan juga faktor regenerasi.Â
Namun sama seperti filosofi dalam film "The Dark Knight Rises", seperti itu pula spirit dan perjuangan seorang Prabowo. Ia tak kenal menyerah, jiwa dan spiritnya terus berkobar, meski bertahun-tahun ia mengalami "hantaman" bertubi-tubi yang menyerang karier, nama baik, kehormatan, citra, dan juga semua prestasi cemerlangnya.Â
Meski mungkin bagi sebagian orang ia dianggap sangat "ambisius" dan "gila jabatan" karena berkali-kali maju sebagai capres meski berkali-kali gagal, namun bagi saya semua yang dilakukan olehnya adalah sikap seorang ksatria sejati, yang terus berjuang tanpa henti untuk menegakkan prinsip keadilan untuk orang banyak dan tanah air, meski semua perjuangannya itu "sepi publikasi", jauh dari sorak sorai penonton dan gegap gempita lampu kamera, bahkan kerap menjadi cibiran dan hujatan.
Dan sama juga seperti "The Dark Knight" yang terkesan kuno dan konservatif, mungkin seperti itu juga seorang Prabowo. Ia seringkali dianggap terlalu paranoid dan skeptis dengan keadaan bangsa kita, yang seolah-olah masih berada dalam suasana perang, namun saya melihatnya itu sebagai sikap ekstra waspada yang justru diperlukan seorang pemimpin bangsa dalam melindungi dan memajukan bangsa dan masyarakatnya dari ancaman bangsa dan negara lain, termasuk soal ekonomi, hukum, dan sebagainya.
Meski memang banyak perbedaan mendasar antara "The Dark Knight" dengan seorang Prabowo, ia bukan playboy seperti Batman, dan juga termasuk soal pembawaan Prabowo yang senang berorasi dengan menggebu-gebu, tentu berbeda dengan Batman yang justru tidak banyak bicara, apalagi berorasi di depan banyak orang. Batman justru seorang yang pemurung dan penyendiri.
Namun ada satu pernyataan Prabowo yang cukup signifikan yang perlu saya sampaikan di sini terkait tuduhan kudeta yang ditujukan kepadanya saat tahun 1998 lalu. Pernyataannya itu berbunyi sebagai berikut:
"Keputusan mempercepat pensiun saya adalah sah. Saya tahu, ada banyak prajurit saya yang akan melakukan apa yang saya perintahkan. Tetapi saya tidak mau mereka mati berjuang demi jabatan saya. Saya ingin menunjukan bahwa saya menempatkan kebaikan bagi negeri saya dan rakyat di atas posisi diri saya sendiri. Saya adalah Prajurit yang setia. Setia kepada negara, setia kepada republik."
Semoga akhir cerita "The Dark Knight Rises" yang berhasil bangkit dari keterpurukan akan terjadi pula kepada seorang Prabowo Subianto.
Pada akhirnya, tidak salah bukan, jika saya menyukai film "The Dark Knight", dan mengibaratkan tokoh superhero tersebut kepada seorang Prabowo Subianto? Seperti anda juga yang mungkin menyukai film "Avengers", dan mendukung tokoh yang mengibaratkan dirinya sebagai karakter superhero tersebut?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI