Mohon tunggu...
Amidi
Amidi Mohon Tunggu... Dosen - bidang Ekonomi

Dosen dan Pengamat Ekonomi

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Pilkada Sudah Usai, Tinggal Menggapai Pertumbuhan 8 Persen Saja!

6 Desember 2024   07:30 Diperbarui: 9 Desember 2024   17:56 545
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Pertumbuhan ekonomi. (Sumber: SHUTTERSTOCK/DAVID CARILLET via kompas.com)

Seperti Provinsi Sumatera Selatan saja, berdasarkan data BPS dan atau Bank Indoensia perwakilan Sumatera Selatan pada tahun 2023 lalu hanya mampu mencapai pertumbuhan ekonomi 5,08 persen. Di triwulan III ini hanya dapat mencapai pertumbuhan  ekonomi 5,04 persen (Year-on-Year).

Untuk memacu pertumbuhan ekonomi, setidaknya ada tiga (3) faktor atau variabel ekonomi yang harus kita buru. Pertama adalah investasi, kedua adalah ekspor dan ketiga adalah konsumsi masyarakat.

Kemudian, kita juga harus memperhatikan dampak atau ekses yang timbul, apabila kita hanya terpaku  memburu pertumbuhan  ekonomi belaka, yakni akan terjadi gangguan variabel ekonomi lainnya. 

Bukan tidak mungkin dengan  memburu pertumbuhan ekonomi justru ketimpangan semakin tinggi, angka kemiskinan justru terus meningkat dan angka penganguran masih tetap tinggi.

Untuk itu, dalam  memburu pertumbuhan ekonomi, kita perlu berhati-hati. Bagaimana melakukan percepatan atau pergerakan ekonomi, bagimana memainkan variabel ekonomi yang satu agar tidak mengganggu variabel ekonomi yang lain.

Investasi yang kita buru, sebaiknya investasi yang mendatangkan benefit yang besar dan dapat menyerap tenaga kerja, bukan investasi yang berorientasi pada pembangunan infrastruktur yang menelan dana yang tidak kecil (ratusan trilun rupiah), namun tidak berdampak pada pengurangan angka pengangguran dan menekan angka kemiskinan.

Untuk itu, sebaiknya kita usahkan, investasi yang ada dan atau investasi yang masuk adalah investasi yang banyak  menyerap tenaga kerja, terutama tenaga kerja lokal/daerah, investasi yang dapat menekan angka kemiskinan  bukan sebaliknya investasi yang justru akan "memiskinkan" anak negeri ini.

Ekspor harus dilakukan dengan gencar. Bagimana memburu negara-negara tujuan yang tepat, bagaimana meningkatkan nilai tambah (value added) atau nilai jual produk ekspor. 

Selama ini, produk ekspor yang kita luncurkan ke negara-negara tujuan tersebut kebanyakan produk primer alias barang mentah, bukan barang setenga jadi atau barang jadi.

Kemudian produk yang kita luncurkan negara-negara tujuan tersebut kebanyakan produk yang berkualitas rendah, daya saing rendah. Untuk itu PR besar kita adalah bagimana melakukan ekspor atas produk jadi dan meningkatkan daya saing produk ekspor negeri ini.

Kemudian yang tidak kalah pentingnya adalah bagaimana kita mendorong kelas menengah dan bawah yang sedang menghadapi kondisi ekonomi sulit saat ini dapat bangkit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun