Mohon tunggu...
Amidi
Amidi Mohon Tunggu... Dosen - bidang Ekonomi

Dosen dan Pengamat Ekonomi

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Mencermati Survei BI: Uang Masyarakat Miskin Habis untuk Cicilan

11 September 2024   19:04 Diperbarui: 11 September 2024   19:06 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Entrepreneur. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcomp

 

 

Mengapa Cicilan Menjadi Momok?

Hal mendasar yang menyebabkan para pekerja dan atau kelas menegah  bawah harus mencicil  tersebut, karena gaji yang mereka peroleh tidak memungkinkan atau tidak cukup untuk membeli secara tunai (cash).

Gaji yang mereka terima sebagian besar masih tergolong "kecil" atau "pas-pas-an", bahkan ada yang masih dibawah Upah Minumum Regional (UMR). Contoh di salah satu kota yang UMR nya sudah mencapai angka Rp 3.500.000,- an per bulan, kebanyakan pekerjanya masih menerima gaji hanya berkisar padaa angka Rp. 2.000.000,- an per bulan, bahkan kurang.

Mengapa mereka mau menerima? karena mereka memahami bahwa mencari kerja itu tidak mudah. Mengapa yang mempekerjakan mereka membayar di bawah UMR? Karena mereka mempunyai alasan, mereka belum mampu membayar standar UMR, jika pekerja tidak menerima dibayar sebesar itu, mereka mempunyai anggapan orang lain banyak yang mau bekerja, penggangguran masih banyak. Memang, buah silmalakama!

Mereka mau menerima gaji sebesar itu, karena baru kesempatan itu yang mereka dapatkan, karena tidak ada peluang kerja lain bagi mereka, apa lagi jika mereka yang sedang mencari kerja tersebut belum mempunyai keahlian dan pengalaman.

Kemudian, para pekerja kebanyakan hanya mengandalkan gaji semata.  Mereka tidak mempunyai "passive income" atau pendapatan pasif, yakni pendapatan yang diperoleh dari sumber keuangan pasif atau tanpa bekerja secara aktif. Misalnya, pendapatan pasif dari menyewakan rumah/toko/dll, atau pendapatan  pasif dari investasi atau lainnya.

Kemudian, tidak sedikit pula para pekerja yang "tidak kreatif", sehabis pulang kerja mereka langsung istirahat, tidak melakukan aktivitas lain yang mendatangkan cuan/rupiah.

 

Dengan demikian, bukan para pekerja tidak tahu atau tidak mau menjalankan prinsif pengeluaran yang disarankan oleh ahli keuangan, idealnya hanya 30 persen saja dari gaji untuk digunakan membayar cicilan. Sisanya 40 persen untuk kebutuhan pokok, 30 persen untuk investasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun