Mohon tunggu...
Amidi
Amidi Mohon Tunggu... Dosen - bidang Ekonomi

Dosen dan Pengamat Ekonomi

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Mencermati Survei BI: Uang Masyarakat Miskin Habis untuk Cicilan

11 September 2024   19:04 Diperbarui: 12 September 2024   13:20 377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ILUSTRASI: Uang Masyarakat Miskin Habis untuk Cicilan. (Dok. Canva via Kompas.com)

Dengan demikian, bukan para pekerja tidak tahu atau tidak mau menjalankan prinsip pengeluaran yang disarankan oleh ahli keuangan. Idealnya hanya 30 persen saja dari gaji untuk digunakan membayar cicilan. Sisanya 40 persen untuk kebutuhan pokok, 30 persen untuk investasi.

Bagaimana mereka mau menerapkan prinsip pengeluaran tersebut kalau gaji mereka masih kecil? Yang ada jumlah cicilan mereka porsinya akan besar bahkan hampir seluruh gaji digunakan untuk mencicil.

Contoh saja, di kalangan kelas menengah, katakanlah mereka akan mencicil kendaraan (mobil) Rp, 4. Juta-an per bulan dan mencicil rumah (KPR) Rp. 2 juta-an per bulan. Maka untuk dua unit barang ini saja mereka harus mengalokasikan gajinya sekitar Rp. 6 sampai 8 juta per bulan. Jika ini yang terjadi, berarti gaji yang mereka harus dapatkan sekitar Rp. 20 juta sampai Rp. 25 juta per bulan ( 30 % X Rp. 20 juta = Rp. 6. Juta). Suatu angka sulit dicapai oleh banyak orang.

 

Menekan Cicilan.

Untuk menekan porsi cicilan, setidaknya, pekerja supaya dapat memperbesar pendapatan, pemberi kerja supaya menaikkan gaji pekerja secara berkala yang sesuai, pemerintah dan pemberi kerja sedapat mungkin berkolaborasi dapat membayar sesuai dengan UMR (misalnya pemerintah memberi insentif).

Bisa juga dari sisi pekerja harus mempunyai pekerjaan sampingan, atau adanya "passive income". Tidak mudah memperoleh pekerjaan sampingan, apalagi bila pekerja tersebut waktunya sudah terkuras untuk bekerja pada unit kerja-nya.

Jika mereka mau bekerja pada malam hari, tenaga mereka sudah terkuras pada tempat mereka bekerja, kalau ada yang fisiknya kuat, hanya ada beberapa orang saja, tentu tidak semua bisa.

Penghasilan tambahan itu bagi pekerja yang sudah menghabiskan waktunya di tempat bekerja, hanya bisa menungkinkan jika ia berusaha memperoleh "passive income".

Jika ini dilakukan, maka pekerja akan dapat menekan cicilannya. Artinya gaji yang merupakan pendapatan yang akan diterimanya bisa tidak terkuras oleh cicilan, karena mereka bisa menutupi cicilannya dari penghasilan tambahan tersebut. Jika penghasilan tambahan tersebut mencukupi, bisa saja  semua cicilan akan mereka bayar melalui penghasilan tambahan tersebut.

Menghindari gaya hidup mewah. Sebenarnya, walupun mereka tidak terjebak dengan gaya hidup mewah (hedonis dan glamor) pun, kebayakan pekerja kita sudah dihantui oleh berbagai cicilan. Apalagi jika mereka sudah terjerembak ke dalam gaya hidup mewah, maka beban cicilan mereka bisa saja akan semakin besar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun