Mohon tunggu...
Amidi
Amidi Mohon Tunggu... Dosen - bidang Ekonomi

Dosen dan Pengamat Ekonomi

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Mengapa Aktivitas Bisnis Melimpah tetapi Pertumbuhan Ekonomi Stagnan?

16 Agustus 2024   05:45 Diperbarui: 16 Agustus 2024   13:43 951
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selanjutnya, multiplier effect dan nilai tambah yang tercipta sampai saat ini dirasakan belum maksimal. Kebanyakan pelaku bisnis menjual produk jadi,dan kegiatan ekspor yang mereka lakukan kebanyakan produk primer atau berupa bahan baku bukan produk jadi. Sehingga, nilai jual dari suatu produk primer tersebut jauh lebih kecil dibandingkan bila kita melakukan ekspor produk jadi. Belum lagi, kendala daya saing yang terus menghantui pelaku bisnis negeri ini. 

Solusi. 

Langkah utama harus dilakukan adalah memperbaiki kesalahan manajemen dalam pengelolaan potensi SDA yang ada di negeri ini dan sedapat mungkin melakukan perubahan sistem ekonomi yang kita lakoni ke sistem ekonomi yang dapat mendorong optimalisai potensi yang dimiliki.

Perlu adanya pengaturan dunia bisnis yang sedang marak saat ini, tidak salah jika kita terus menelorkan regulasi dan atau kebijakan yang mendorong terciptanya iklim bisnis yang kondusif dan berdaya saing sehat. 

Sedapat mungkin, mengatur unit bisnis baru dan yang sudah ada di negeri ini, agar tidak mematikan unit bisnis yang sudah ada dan agar unit bisnis baru tetap eksis dan "bermesraan" satu sama lainnya.

Kemudian agar pertumbuhan ekonomi naik, maka tambahan investasi mutlak harus dilakukan. Ekonom dan Co-founder Creco Research Institute M. Chatib Basri mengatakan negeri ini perlu adanya tambahan capital (investasi) baru yang dibutuhkan untuk menambah pertumbuhan PDB. Ia mensitir angka Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Indonesia 6,8 persen, maka untuk mendorong pertumbuhan ekonomi mencapai 7 persen perlu tambahan investasi sebesar 47 persen dari PDB (kompas.com, 22 November 2023)

Memang buah simalakama, disatu sisi pertumbuhan ekonomi tinggi tersebut membutuhkan tambahan investasi yang tidak kecil, sementara sumber dana yang kita miliki terbatas. 

Untuk memperoleh dana dari sumber utang, utang negeri ini sudah melebihi ambang batas, sementara untuk mendorong invesatsi dari luar, negara penyandang dana sedang mengalami kontraksi ekonomi, belum lagi adanya kendala daya darik invesatsi untuk masuk ke negeri ini.

Untuk itu, dalam jangka pendek, sedapat mungkin kita mendorong konsumsi kembali "moncer" dan meningkatkan multiplier effect serta meningkatkan nilai tambah yang akan tercipta, sembari terus berbenah memperbaiki manajemen dan sistem ekonomi dan pengelolaan negeri ini. Selamat Berjuang!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun