Mohon tunggu...
Amidi
Amidi Mohon Tunggu... Dosen - bidang Ekonomi

Dosen dan Pengamat Ekonomi

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Artikel Utama

Memburu Konsumen (Pemilih) dengan Branding yang Sebenarnya

1 September 2023   06:31 Diperbarui: 2 September 2023   14:02 595
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Branding, menjaring konsumen. (Sumber: KOMPAS/DIDIE SRI WIDIYANTO)

Dalam tulisan saya pada kompasiana.com, 31 Juli 2023 sudah perah saya sampaikan bahwa bakal calon pemimpin Eksekutif (Presiden, Gubernur, Bupati, dan lainnya).

Ada pula bakal calon legeslatif DPR, DPRD, DPD yang jauh-jauh hari sudah mulai mem-branding diri melalui personal branding dengan memajang baliho, banner, spanduk yang berisikan gambar diri mereka tersebut, harus hati-hati, jangan sampai justru menimbulkan citra negatif dimata konsumen (pemilih).

Kini saya tertarik mengupas kembali permasalahan aktifitas branding yang dilakukan para calon trsebut, namun dari sisi yang berbeda. 

Saya melihat personal branding yang dilakukan para calon semua sama yakni memajang photo diri dengan media baliho, banner, spanduk dan sejenisnya di sudut-sudut kota, diruangan publik dan tempat-tempat strategis lainnya.

Saya melihat secara umum belum ada pembeda yang nyata antar bakal calon. Semua hampir sama, produk yang dijual adalah photo diri, hanya ukuran dan gaya nya saja yang berbeda. 

Jika ada produk yang ditampilkan dan atau program yang dijual, itu pun masih umum dan belum "membumi". Untuk itu melalui tulisan ini, saya akan mencermati branding yang bagaimana sebaiknya dilakukan oleh para calon tersebut.

Dalam ilmu pemasaran, secara sederhana branding dapat diartikan suatu proses atau cara untuk mengkomunikasikan pesan dari sebuah produk bisnis kepada para konsumennya. 

Bila dilakukan pendekatan dari sisi para calon, maka branding disini lebih kurang dapat diartikan bagaimana cara para calon mengkomunikasikan atau menjual produknya (programnya) kepada konsumen (pemilih).

Dalam ilmu pemasaran fungsi dan tujuan branding adalah; sebagai pembeda, promosi dan daya tarik, membangn citra, dan pengendalian pasar. 

Sementara manfaat branding adalah memberikan daya tarik bagi konsumen,memudahkan perusahaan mendapatkan loyalitas pelanggan, membuka peluang perusahaan untuk menetapkan harga jual yang tinggi, peluang untuk melakukan diferensiasi produk dan menjadi pembeda produk kita dengan yang lain (lebih lengkap lihat bbs.binus.ac.id, 01 Oktober 2023)

Dari uraian di atas, pemaknaan dan pemahaman kita tentang branding yang dilakukan para calon tersebut lebih kurang sama dengan apa yang digariskan dalam ilmu pemasaran pada umumnya.

Dengan demikian, branding yang dilakukan para calon tersebut, hendaknya merupakan kegiatan dalam rangka memburu konsumen (pemilih) sebanyak-banyak, sehingga para calon dapat menjaring suara dalam jumlah banyak yang pada akhirnya membuat para calon "terpilih" atau memenangkan kontestan.

Langkah Perlu Dilakukan

Menurut hemat saya setidaknya ada beberapa langkah yang harus dilakukan agar si calon dapat memburu konsumen (pemilih) sebanyak-banyak tersebut.

Memang personal branding dengan memajang photo melalui baliho, banner, spanduk dan lainnya tersebut masih dibutuhkan.

Dalam rangka memperkenalkan/mengkomunikasikan diri kita kepada konsumen (pemilih), dengan harapan pada saat mencoblos, konsumen (pemilih) masih ingat dengan nama dan gambar kita, syukur-syukur kalau nama dan gambar kita memang pada saat itu diingat oleh konsumen (pemilih).

Namun, akan lebih baik lagi, jika selain kita memajang nama dan photo tersebut, kita juga menambahkan pada baliho, banner, spanduk dan lainnya tersebut produk unggulan atau program unggulan yang akan kita usung dan akan kita jalankan pada saat kita sudah terpilih atau pada saat kita mengemban amanah nantinya.

Misalnya, jauh sebelumnya pernah dilakukan oleh calon Gubernur Sumatera Selatan. Beliau dalam proses pemilihan, menjual produk unggulannya atau program unggulannya berupa "berobat dan sekolah gratis". 

Tak ayal lagi, konsumen (pemilih) memburu atau memilih si calon dan pada akhirnya si calon memenangkan pemilihan/kontestan tersebut.

Sebetulnya tidak perlu banyak dan lengkap ragam produk atau ragam program yang akan kita jual/publis kepada konsumen (pemilih), cukup dengan produk unggulan atau program unggulan, khsususnya yang merakyat.

Maka diyakini produk unggulan atau program unggulan yang kita jual tersebut, akan diburu konsumen (pemilih), yang pada akhirnya kita akan memenangkan pemilihan tersebut.

Namun, yang perlu diingat, jangan kita mengulangi produk unggulan atau program unggulan yang sudah dijual oleh si calon sebelumnya (pemilu sebelumnya), kalau pun kita masih akan menjual hal sama, kita lihat dulu momennya.

Sebaiknya produk unggulan atau program unggulan yang baru yang sama sekali belum dijual oleh si calon sebelumnya atau si calon yang lain.

Misalnya, mensubsidi konpensasi (gaji/honor) karyawan swasta yang masih dibawah UMR/UMP untuk memenuhi ketentuan UMR/UMP. Intinya produk unggulan atau program unggulan tersebut konkret dan indikatornya jelas.

Jangan menjual produk atau program yang "ngambang", misalnya menekan jumlah pengangguran, membantu UMKM, dan lainnya. 

Program tersebut boleh saja, namun sebagai program pelengkap saja dan dipublis pada saat debat calon saja atau pada saat kampanye saja.

Hal ini perlu kita lakukan, sesuai dengan makna branding yang sebenarnya yakni baranding yang kita lakukan tersebut harus menjadi sesautu pembeda dengan yang lainnya, unik dan menonjol.

Kemudian yang tidak kalah petingnya adalah, mempublis prestasi yang sudah pernah kita raih selama ini. 

Bila si calon selaku LSM, apa yang sudah kita lakukan dalam membantu mayarakat, bila si calon selaku pimpinan daerah sebelumnya, apa yang sudah kita berikan kepada masyarakat dan daerah yang kita pimpin.

Pengalaman seorang teman saya, pada dasarnya ia sudah berbuat kepada suatu komunitas tertentu, membantu komunitas tersebut mendapatkan bantuan dana, memperjuangkan komunitas tersebut menjadi manusia yang manusiawi, dan bentuk perjuangan lainnya. Pada sautu saat ia mencalonkan diri ikut kontestan calon legeslatif, ternyata ia tidak terpilih. 

Bila dicermati, komunitas yang ia perjuangkan dan dibantu sebagaian besar tidak memilih tersebut, karena bantuan yang diberikan hanya terbatas pada unit kecil dan kurangnya komunikasi.

Selanjutnya yang tidak kalah pentingnya bahwa produk unggulan atau program unggulan yang kita jual tersebut harus diikuti dengan pelayanan purna jual, artinya kita harus menjamin bahwa produk atau program tersebut harus benar-benar berjalan. 

Ini penting, selain kita tidak dinilai "berbohong" atau ingkar janji, kita juga dapat menjadikan produk unggulan atau program unggulan tersebut untuk bekal konsumen (pembeli) masih setia dengan diri kita dimasa mendatang.

Selanjutnya, si calon perlu mem-branding diri dengan sesuatu yang unik. Misalnya memakai kostum/baju tertentu pada saat menawarkan diri atau kampanye, agar ada pembeda dengan calon yang lain. 

Sebagai contoh,ada salah seorang pelaku bisnis yang terkenal di negeri ini, ia selalu mengenakan celana pendek dan berkaos, sehingga yang demikian menjadi pembembeda dengan yang lain, karena pelaku bisnis lain biasanya terkesan berpakaian "necis", pakai jas yang "wah".

Kemudian, tim sukses harus dapat memproduksi produk atau program "jagoan" nya tersebut sesuai dengan makna branding yang sebenarnya tersebut. Harus kreatif, cerdas, dan cekatan dalam mendorong "jagoan" nya untuk mendapatkan suara sebanyak-banyaknya.

Terakhir, jika branding yang sebenarnya sudah kita lakukan, tinggal si calon dan tim sukses memantau perkembangan di lapangan sampai hari "H" nanti, sambil mempersiapkan segala sesuatunya. Namun ingat (maaf sekedar meggingatkan), jangan lakukan "money politic" dan kecurangan . 

Ini penting, selain untuk meminimalkan biaya politik, juga untuk memberi citra positif si calon dan menegakkan demokrasi di negeri ini. Selamat Berjuang!!!!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun