Mohon tunggu...
Amidi
Amidi Mohon Tunggu... Dosen - bidang Ekonomi

Dosen dan Pengamat Ekonomi

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Artikel Utama

Kini Pasar Cendrung Sepi, Pelaku Usaha Mulai Ketar-Ketir?

23 Februari 2023   06:16 Diperbarui: 3 Maret 2023   14:46 1749
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi mal. (sumber: shironosov via kompas.com)

Sebelumnya beberapa negara besar di dunia memang sudah terlebih dahulu merasakan resesi ekonomi akibat pandemi covid 19, seperti Amerika Serikat (AS), Jepang, Korea Selatan dan Singapura.

Karena pada saat itu kinerja ekonomi kuartal II -- 2020 saja, negara - negara besar tersebut terus menyusut dan menunjukan pertumbuhan minus.

Sebagaimana sudah saya sampaikan sebelumnya bahwa bagi negeri ini (Indonesia) adanya resesi ekonomi yang melanda dunia tersebut sepertinya tidak perlu dikhawatirkan secara berlebihan, mengingat fundamental ekonomi negeri ini dapat dikatakan masih kuat. (Amidi dalam kompasiana.com, 30 Oktober 2022)

Walaupun resesi ekonomi tersebut belum berpengaruh secara signifikan terhadap perekonomian negeri ini, walaupun resesi ekonomi tersebut tidak perlu dikhawatirkan secara berlebihan, namun kita tetap waspada. 

Artinya, dampak resesi ekonomi tersebut sebelum berakumulasi sampai dengan memperlambat laju pertumbunhan ekonomi negeri ini.

Perlu langkah-langkah antisipasi, baik yang harus dilakukan pelaku usaha sendiri maupun pemerintah selaku pemegang kekuasaan dan atau pencipta regulasi, terutama dibidang ekonomi.

Memang belum begitu terasa betul dampak resesi ekonomi yang melanda berbagai negara tersebut bagi negeri ini, tetapi pandemi yang melada dunia termasuk melanda negeri ini lebih kurang dua (2) tahun tersebut, kini dampaknya masih terasa.

Berbagai fenomena dibelantika dunia usaha sudah mulai bermunculan, ada unit usaha yang tidak bisa bertahan, sehingga tutup. Kejadian ini tidak hanya terjadi di Pusat saja, Jakarta, tetapi melanda berbagai daerah, termasuk di Palembang.

Di Palembang, Ritel modern yang ada sudah tutup, seperti Giant, Ramayana dan beberapa unit usaha lain pun sudah tutup. Beberapa waktu ini kita dihebohkan dengan kasus pemilik Transmart menutup puluhan gerainya. 

Ditutupnya beberapa unit usaha tersebut, salah satu penyebabnya karena unit usaha tersebut tidak bisa bertahan di tengah berlangusngnya pandemi dan atau karena adanya imbas dari dampak pandemi yang melanda negeri ini, apalagi nanti adanya dampak resesi ekonomi tersebut.

Tidak hanya itu, kini kita bisa menyaksikan sendiri fenomena yang serupa. Belakangan ini muncul fenomena dinegeri ini Mal-Mal sepi, jaringan restoran tumbang, bahkan kini marak iklan pabrik-pabrik yang akan dijual. 

Seperti jaringan restoran Warunk Upnormal, kini sudah banyak yang tutup, dan konon Watrunk Upnonrmal tersebut satu per satu berguguran.

Sebelumnya kita setiap saat disuguhkan pemandangan konsumen antre untuk masuk atau makan di Warunk Upnolmal tersebut. Begitu juga konsumen antre diloket-loket kasir Transmart untuk melakukan pembayaran barang-barang yang mereka beli tersebut.

Disinyalir CNBC Indonesia, bahwa kini Warunk Upnomal menutup permanen sejumlah garainya diberbagai Kota. 

Sekretaris Jendral Perhimpunan Hotel dan Restoran (PHRI) Maulana Yusran mengungkapkan penyebab jaringan restoran tutup karena adanya peningkatan traffic yang tidak serta merta meningkatkan pendapatan. 

Peningkatan traffic juga diikuti peningkatan biaya operasional, seperti biaya listrik, biaya air, biaya perizinan,, dan biaya lain-lain (CNBCIndonesia, 17 Pebruari 2023).

Jaringan restorn Warunk Upnormal tersebut, di Palembang sudah lama tutup, begitu juga dengan di daerah atau Kota-Kota lain yang tersebar di negeri ini. Tidak hanya itu, tetapi tidak sedikit pula unit usaha yang sejenis yang sudah tutup.

Kini di Palembang sendiri, Mal-Mal cendrung sepi, penyewa besar atau tenant sudah banyak yang meninggalkan gerainya atau "petak"-nya, alias tidak meneruskan sewa, karena sepi pengunjung. 

Jika pada kondisi normal, untuk mendapatkan lokasi parkir dikawasan Mal saja susah setengah mati, kita harus berkeliling dua tiga kali baru memperoleh tempat parkir. 

Namun kini, jika kita ke Mal, tempat parkir tersedia banyak, kapan saja dan jam berapa saja tempat parkir tersedia.

Mengapa Sepi?

DI atas sudah disampaikan bahwa tutup-nya gerai dan atau unit usaha di negeri ini karena terimbas oleh dampak pandemi yang saat ini sudah mulai mereda dan mudah-mudahan sudah menjadi endemi. Kemudian akan disusul oleh adanya dampak resesi ekonomi yang ,melanda dunia belakangan ini.

Tidak hanya itu, bila kita cermati, ada beberapa penyebab lainnya yang merupakan efek domino dari pandemi dan atau resesi ekonomi yang mulai terasa tersebut.

Pandemi memberi dampak unit usaha melakukan tindakan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Denagan semakin banyaknya karyawan/pegawai pada unit usaha yang di PHK, maka semakin banyak anak negeri ini yang tidak memiliki pendapatan. 

Dampak selanjutnya adalah pendapatan per kapita turun, yang akan menekan daya beli (purchasing power). 

Akibat daya beli anak negeri ini turun, maka akan berdampak pada penurunan pendapatan pada unit usaha yang ada. Dampak berikutnya adalah pada unit usaha tersebut akan terjadi stagnan dan atau pengurangan volume produksi atau volume penjualan. 

Turunnya volume produksi atau penjualan tersebut, kembali akan menciptakan tindakan PHK kembali. Fenomena ini akan terus berputar bak lingkaran gajah (meminjam istilah Malaysia) atau bak lingkaran setan.

Langkah apa yang harus dilakukan?

Pertama. Unit usaha harus secepatnya melakukan langkah antisipasi yakni menekan biaya operasional dengan jalan penghematan di sana sini, baik dari sisi komponen biaya maupun dari sisi komponen beban. 

Misalnya, jika dirasakan biaya listrik bisa lebih hemat menggunakan listrik captive (pengadaan tenaga listrik sendiri atau non PLN), mengapa tidak kita gunakan.

Kedua. Berhubungan dengan efisiensi dari sisi biaya tersebut, maka pemerintah harus membantu meringankan pajak, biaya perizinan, dan sedapat mungkin diberikan berbgai ragam incentif kepada unit usaha, terutama unit usaha yang operasionalnya sudah mulai terganggu tersebut.

Ketiga. Perlu dilakukan ragam unit usaha. Unit usaha yang kita lakoni tersebut harus didampingi dengan unit usaha lain, untuk saling menutupi, Ini penting, jika terjadi kelesuan (baca:sepi) pada unit usaha yang satu, maka akan ditutupi oleh unit usaha yang lain. 

Bila perlu unit usaha besar kita didampingkan dengan unit-unit usaha kecil (UMKM), karena UMKM ampuh menghadapi resesi atau krisis ekonomi.

Keempat. Tidak ada salahnya pelaku usaha atau pemilik usaha terbuka dengan karyawan/pegawai tentang kesulitan yang sedang dihadapi. 

Misalnya menjelaskan kepada karyawan/pegawai bahwa pendapatan kita menurun, sehingga akan ada penyesuaian gaji/honor yang akan kita bayar kepada mereka. Ini penting, dalam rangka menjalin hubungan industrial Pancasila.

Kelima. Sedapatmungkin mengantisipsi resesi ekonomi yang melanda dunia saat ini dengan jalan mempersiapkan dana darurat, melakukan adaptasi bisnis, mengelola keuanagan, evaluasi bisnis, ciptakan jaringan lebih luas, cek kesehatan bisnis, buat laporan keuangan yang cermat dan beberapa langkah antisipasi lainnya (lebih lengkap lihat Libra.id)

Terakhir yang tidak kalah pentingnya adalah usahakanunit bisnis yang sedang kita jalankan tersebut tetap bertahan, sembari melakukan berbagai langkah di atas. 

Kemudian pemerintah segera merealisasikan berbgai bantuan sosial yang sudah dianggarkan kepada anak negeri ini, agar dapat mendongkrak daya beli.

Apalagi mengingat kini harga-harga barang cendrung naik serta pemerintah harus memperluas kesempatan/peluang kerja bagi naka negeri ini agar mereka yang menganggur memperoleh pendapatan dan pendapatan per kapita akan terdorong meningkat kembali. Selamat Berjuang!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun