Sebuah suara keras memecah keriangan mereka berdua. Oki, pembullynomor satu di kelas Totok tiba-tiba datang. Totokpun paham yang dimaksud tadi adalah dirinya. Entah berapa julukan yang dia punya, setiap hari selalu ada yang baru.
"Lo naruh apa di tas gue, hah?" Bentak Oki sambil menarik kasar kerah Totok.
"Apaan, bukan gue!" Totok membela diri.
"Nggak usah ngelak deh lo, siapa lagi kalau bukan lo!"
"Woy, lepasin!" Mendadak jiwa empati Titik keluar. Hatinya ikut sakit mendengar cacian Oki tadi. Teringat akan dirinya yang juga korban bully setiap hari.
"Siapa lo? Oh, si kawat jemuran uda punya bodyguardsekarang." Belum kering bibirnya mencela, julukan Totok sudah berubah lagi.
Buk! Sebuah kepalan tangan dari Titik melesat ke muka Oki. Darah segar mengalir dari hidungnya.
"Brengsek! Berani juga lo ama gu... "
Belum selesai bicara, pukulan kedua melayang ke pipi kiri Oki, membuatnya terpelanting ke lantai dan mengeluarkan bunyi bumm.
Â
Oki segera bangun tertatih lalu lari terbirit-birit. Beberapa anak di situ ketakutan melihat kemarahan monster sebesar Titik, pura-pura tidak melihat kejadian. Totok membenahi kerahnya, sedangkan Titik terduduk lagi di kursi, kriet.