Mohon tunggu...
Amel Widya
Amel Widya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PPNASN

Perempuan Berdarah Sunda Bermata Sendu. IG: @amelwidyaa Label Kompasiana: #berandaberahi

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Lima Resep Menata Cerita ala Seno

2 September 2018   00:33 Diperbarui: 2 September 2018   00:33 1494
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bertukar kata, berbagi cerita: sepenuh cinta [Foto: Bamby Cahyadi]

Lantaran tidak sanggup menanggung beban pikiran, si pengarang membawa bukunya ke sebuah kafe. Akibat banyak pikiran, manuskrip bukunya tertinggal di kafe. Keesokan harinya ia kembali ke kafe untuk mengambil manuskrip tersebut. Sayang, bukunya diamankan oleh seorang pelayan.

Pengarang itu kembali keesokan harinya. Kali ini ia mujur. Si Pelayan ada, tetapi buku ia pinjamkan kepada temannya. Pelayan itu mengatakan bahwa ia sangat ngeri membaca manuskrip itu, malah sampai termimpi-mimpi.

Keesokan harinya si Pengarang kembali ke kafe. Si Peminjam sudah ada dan mengembalikan manuskrip dengan mata berbinar-binar. Ia juga berterima kasih karena ia dan keluarganya sangat terhibur setelah membaca manuskrip tersebut.

Memang begitulah adanya. Tanggapan seorang pembaca pasti berbeda dengan pembaca yang lain. Kalaupun ada pembaca yang mencaci-caci tulisan kita, tersenyum saja. Tidak perlu sakit hati lalu berhenti menulis. Kendatipun ada pembaca yang memuji-muji tulisan kita, tersenyum saja. Tidak perlu menepuk dada lantas berhenti menulis.

Dan, resep kelima sudah tuntas.

Cacian dan pujian hanya riak kecil di tengah samudra kepenulisan. Tidak perlu terlalu diambil hati, nanti malah makan hati.

Selesai sudah sajian resep menata cerita ala Chef Papa Seno. Peserta kembali melanjutkan materi latihan menulis, sementara beliau pindah ke belakang untuk melayani permintaan tanda tangan dan foto bersama.

Saya tetap dengan gemuruh pertanyaan di kepala yang seperti gumpalan awan ingin segera menumpahkan hujan. Sebagaimana tersebut dalam tulisan saya sebelumnya, Penembak Misterius dan Seno Gumira Ajidarma, saya masih punya tiga pertanyaan untuk beliau.

Pertama, bagaimana nasib Pamuji dan mempertanyakan mengapa belum ada kelanjutan cerpen Bunyi Hujan di Atas Genting. Kedua, bagaimana beliau memindahkan fakta atau peristiwa ke dalam cerita. Ketiga, apakah beliau tidak takut menulis cerita sarat kritik pada orde yang dikomandani oleh seorang tiran.

Sayang sekali, beliau harus segera meninggalkan lokasi kelas. Ada jadwal lain yang harus beliau penuhi. Semoga masih ada kesempatan lain. Semoga Katahati Production kembali berjodoh dengan beliau untuk kelas menulis berikutnya.

Pada akhirnya, terima kasih Papa Seno. []

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun