Pertumbuhan dan perkembangan manusia ciptaan Allah SWT, yang unik dan beragam warna kulit dan wataknya, khususnya semasa remaja. Periodesasi masa remaja dalam psikologi islam disebut amrad, yaitu fase persiapan bagi manusia untuk melakukan peran sebagai kholifah Allah di bumi, adanya kesadaran akan tanggung jawab terhadap sesama makhluk, meneguhkan pengabdiannya kepada Allah melalui aktifitas amar ma'ruf nahi mungkar (Wiji Hidayati dan Sri Purnami, 2008 : 142). Dengan kata lain pemakain kata pubertas sama dengan remaja. Hurlock dan Root berpendapat sebagaimana yang telah dikutip oleh Muhammad al-mighwar bahwa (Muhammad Al-mighwar, 2006 : 17).Â
Masa puber adalah fase dalam rentang perkembangan ketika anak-anak berubah dari makhluk aseksual menjadi makhluk sesual. Masa puber adalah suatu tahap dalam perkembangan saat terjadi kematangan alat-alat seksual dan tercapai kemampuan reproduksi.Â
Tahap ini disertai dengan perubahan-perubahan dalam pertumbuhan somatis dan perspektif psikologi. Dari sudut umur, sulit untuk menentukan secara pasti siapa yang dianggap sebagai remaja, menurut Soerjono Soekanto bahwa masa remaja dapat digolongkan menjadi 2 golongan yaitu golongan remaja muda (13-17 tahun pada gadis dan 14-17 tahun pada laki-laki) dan golongan remaja lanjut (17-18 tahun) (Soerjono Soekanto, 1991 : 9).Â
Sedangkan Hurlock sebagaimana yang telah dikutip oleh Panut Panuju dan Ida Umami berpendapat bahwa: "rentangan usia remaja adalah antara 13-21 tahun, yang dibagi pula dalam masa remaja awal usia 13/14 tahun sampai 17 tahun dan remaja akhir 17 sampai 21 tahun" (Panut Panuju dan Ida Umami, 1999 : 5-6).
Dalam perkembangan kepribadian seseorang maka remaja mempunyai arti yang khusus, namun begitu masa remaja mempunyai tempat yang tidak jelas dalam rangkaian proses perkembangan seseorang. "Masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat-sifat masa transisi atau peralihan dari anak-anak menuju masa dewasa. Ia tidak termasuk golongan anak, tetapi ia tidak pula termasuk golongan orang dewasa" (F. J. Monks dan A.M.P. Knoers,yang diterjemahkan oleh Siti Rahayu Haditono, 2002 : 260). Sehingga remaja dapat dikelompokkan pada status interm sebagai akibat daripada posisi yang sebagian diberikan oleh orang tua danÂ
sebagian diperoleh melalui usaha sendiri yang selanjutnya memberikan prestise tertentu padanya.
"Ada seperangkat hal yang harus dimiliki dalam mempersiapkan diri memasuki kehidupan masa dewasa agar dia memiliki keutuhan pribadi dalam arti yang seluasluasnya. Banyak tuntutan dari faktor-faktor sosial, religius, serta norma yang mendorong remaja memikul beban dan tanggung jawab" (Al-Mighwar, 2006 : 149). Harapan dan tututan itulah yang melatar belakangi lahirya tugas-tugas perkembangan remaja.
Dengan pendekatan yang berbeda, sejumlah ahli sepakat dengan adanya kelaskelas sosial, tingkatan kelas sosial tidak hanya berpengaruh pada diri seseorang, tetapi juga berpengaruh terhadap pelaksanaan tugas-tugas perkembangan. Berikut rumusan Bernard yang telah dikutip oleh Muhammad Al-Mighwar tentang tugas-tugas perkembangan dan pemenuhannya dalam strata sosial.
Mencapai hubungan yang lebih matang dengan lawan jenis.
Belajar menerima posisi dirinya sebagai laki-laki atau perempuan.
Memanfaatkan kondisi fisiknya secara tepat dan mendayagunakannya sebagai modal kerja fisis.
Mencapai kebebasan dengan mengurangi kebergantungan pada orang dewasa.
Mengembangkan kepercayaan dalam kemampuan diri untuk berdiri sendiri dalam masalah finansial.
Merencanakan dan mempersiapkan diri untuk memasuki lapangan kerja pada masa depan.
Menentukan sikap dan memperoleh pengalaman yang berguna untuk pernikahan dan hidup berkeluarga.
Mengembangkan berbagai keterampilan dan konsep yang dibutuhkan untuk berpartisipasi dalam bernegaraan.
Merencanakan dasar-dasar untuk berperilaku yang bisa dipertanggungjawabkan secara soasial.
Mendapatkan nilai dan sikap yang menjadi pedoman berperilaku yang dapat diterima dan produktif.
Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak menuju dewasa, dan ini bisa membawa berbagai tantangan. Selama menjalankan tugas-tugas perkembangannya, remaja dapat mengalami kebahagiaan atau masalah, tergantung pada pengalaman positif atau negatif yang mereka alami. Kondisi ini sangat mempengaruhi kesehatan mental mereka. Berikut adalah beberapa masalah umum yang dihadapi oleh remaja:
Masalah Masa Depan: Setiap remaja sering memikirkan masa depan mereka dan merasa cemas tentang apa yang akan terjadi setelah mereka menyelesaikan sekolah. Ketidakpastian ini bisa menimbulkan tekanan dan kadang-kadang membuat mereka mudah terpengaruh oleh hal-hal negatif (Zakiyah Daradjat, 1976: 126)
Perubahan Fisik yang Cepat: Perubahan fisik yang cepat dapat menjadi masalah karena lingkungan sering kali memperlakukan mereka seperti orang dewasa berdasarkan penampilan fisik mereka. Namun, remaja mungkin belum siap untuk bertindak atau berperilaku seperti orang dewasa.
Krisis Identitas: Remaja sering mengalami krisis identitas karena mereka berada di antara fase anak-anak dan dewasa. Untuk mengatasi kebingungan ini, mereka cenderung mencari identitas mereka sendiri dengan bergabung dalam kelompok sebaya dan mengembangkan gaya atau budaya yang unik. Namun, nilai-nilai yang mereka anut seringkali berbeda dengan nilai-nilai masyarakat umum, yang bisa menimbulkan masalah baru.
Konflik dengan Orang Tua: Upaya remaja untuk mencari identitas mereka sendiri sering kali menyebabkan konflik dengan orang tua. Orang tua mungkin tidak menyetujui cara remaja mengekspresikan diri, karena dianggap bertentangan dengan nilai-nilai yang mereka anut sebelumnya.
Ketidakstabilan Emosi: Remaja sering mengalami ketidakstabilan emosi, yang dapat disebabkan oleh harapan masyarakat yang terlalu tinggi. Masyarakat sering melihat mereka secara fisik dewasa dan mengharapkan mereka bertindak dengan penuh tanggung jawab. Jika remaja merasa tidak mampu memenuhi harapan ini, mereka bisa merasa rendah diri, putus asa, dan sedih. Ini dapat menyebabkan perubahan suasana hati yang cepat.
Kenakalan Remaja: Kenakalan remaja merupakan masalah yang berbeda, yang lebih mempengaruhi lingkungan sekitar daripada remaja itu sendiri. Ini termasuk perilaku yang tidak sesuai dengan norma masyarakat dan bisa menyebabkan masalah lebih lanjut.
Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja adalah perilaku menyimpang yang sering dilakukan oleh remaja dan melanggar norma sosial, hukum, atau moral. Penyebab kenakalan remaja bisa berasal dari berbagai faktor. Dari segi keluarga, kurangnya perhatian dan kasih sayang orang tua bisa membuat remaja mencari perhatian di luar rumah. Lingkungan keluarga yang penuh kekerasan juga dapat mempengaruhi perkembangan emosional dan perilaku remaja.
Dari lingkungan, pengaruh teman sebaya sering kali menjadi faktor utama. Remaja cenderung mengikuti perilaku teman-temannya untuk mendapatkan penerimaan dalam kelompok. Lingkungan tempat tinggal yang tidak kondusif, seperti daerah dengan tingkat kriminalitas tinggi, juga bisa mempengaruhi perilaku remaja.
Secara pribadi, remaja sering mengalami krisis identitas, yang dapat mengarah pada perilaku kenakalan. Masalah psikologis seperti depresi atau gangguan kecemasan juga dapat mempengaruhi perilaku mereka. Kenakalan remaja dapat berupa perilaku kriminal seperti pencurian, perusakan properti, dan tindak kekerasan. Selain itu, pelanggaran norma sosial seperti membolos sekolah, berkelahi, dan penggunaan narkoba juga termasuk dalam kenakalan remaja. Perilaku berisiko lainnya meliputi seks bebas, mengonsumsi alkohol, dan balapan liar.
Dampak kenakalan remaja terhadap individu termasuk hilangnya kesempatan pendidikan dan pekerjaan serta masalah kesehatan fisik dan mental. Bagi keluarga, kenakalan remaja dapat menyebabkan ketegangan dan konflik, serta hilangnya kepercayaan dan rasa aman. Di tingkat masyarakat, meningkatnya angka kriminalitas dan biaya sosial serta ekonomi yang tinggi menjadi dampak dari kenakalan remaja.
Untuk menanggulangi kenakalan remaja, pendidikan dan penyuluhan tentang bahaya kenakalan remaja dan pentingnya membangun karakter yang positif sangat diperlukan. Penguatan keluarga melalui pelatihan bagi orang tua dalam meningkatkan keterampilan pengasuhan dan komunikasi juga penting. Memberikan layanan konseling bagi remaja yang bermasalah dapat membantu mereka mengatasi masalah yang dihadapi. Selain itu, menyediakan kegiatan ekstrakurikuler dan komunitas yang positif dapat mengalihkan perhatian remaja dari perilaku negatif.
Kenakalan remaja adalah masalah kompleks yang memerlukan perhatian dari berbagai pihak, termasuk keluarga, sekolah, dan masyarakat. Dengan pendekatan yang tepat, diharapkan dapat mengurangi dan mencegah perilaku kenakalan di kalangan remaja.
Penyebab Kenakalan Remaja
Faktor Keluarga:
Keluarga adalah unit sosial pertama yang dikenal oleh seorang anak. Jika keluarga tidak dapat memberikan kasih sayang, perhatian, dan pengawasan yang memadai, anak cenderung mencari kompensasi di luar rumah. Kurangnya komunikasi antara orang tua dan anak, perceraian, kekerasan dalam rumah tangga, dan pola asuh yang otoriter atau terlalu permisif dapat mendorong remaja untuk berperilaku nakal.
Faktor Lingkungan:
Lingkungan sekitar, termasuk teman sebaya, sekolah, dan komunitas, memainkan peran penting dalam membentuk perilaku remaja. Remaja yang tumbuh di lingkungan dengan tingkat kriminalitas tinggi atau memiliki akses mudah ke narkoba dan alkohol lebih rentan terpengaruh untuk terlibat dalam kenakalan. Pengaruh teman sebaya juga sangat besar; remaja sering kali terlibat dalam perilaku nakal untuk mendapatkan pengakuan dan penerimaan dari kelompok teman sebaya.
Faktor Pribadi:
Perubahan biologis dan psikologis yang terjadi selama masa remaja dapat menimbulkan krisis identitas. Remaja sering kali mengalami kebingungan dalam mencari jati diri dan mengalami tekanan untuk menyesuaikan diri
Bentuk- bentuk Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja dapat bervariasi mulai dari pelanggaran ringan hingga tindak kriminal serius. Beberapa bentuk kenakalan remaja meliputi:
Perilaku Kriminal: Pencurian, perusakan properti, vandalisme, dan kekerasan fisik.
Pelanggaran Norma Sosial: Membolos sekolah, merokok, menggunakan narkoba, dan minum minuman keras.
Perilaku Berisiko: Seks bebas, balapan liar, dan perilaku yang membahayakan diri sendiri atau orang lain.
Dampak Kenakalan Remaja: Kenakalan remaja memiliki dampak yang luas dan serius.
Terhadap Individu:
Remaja yang terlibat dalam kenakalan berisiko kehilangan kesempatan untuk mendapatkan pendidikan yang baik dan masa depan yang cerah. Mereka juga rentan mengalami masalah kesehatan fisik dan mental, serta terjebak dalam lingkaran
Terhadap Keluarga:
Keluarga sering kali merasakan dampak emosional dan finansial dari kenakalan remaja. Konflik dan ketegangan dalam keluarga bisa meningkat, dan kepercayaan antara anggota keluarga dapat rusak. Orang tua mungkin merasa gagal dalam mengasuh anak mereka, yang dapat menyebabkan rasa bersalah dan stres.
Terhadap Masyarakat:
Masyarakat juga menderita akibat kenakalan remaja melalui peningkatan angka kriminalitas dan kerusakan properti. Biaya sosial dan ekonomi untuk menangani kenakalan remaja, termasuk biaya penegakan hukum, perawatan kesehatan, dan program rehabilitasi, bisa sangat besar.
Konsep Dasar Bimbingan Konseling
Secara etimologis, kata "bimbingan" berasal dari bahasa Inggris "guidance," yang artinya menunjukkan, membimbing, menuntun, atau membantu. Meskipun ada berbagai pendapat dari para ahli tentang pengertian bimbingan secara terminologi, beberapa definisi umum dapat diberikan. Menurut Arthur J. Jones, sebagaimana dikutip oleh Hellen, bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain dalam membuat pilihan, menyesuaikan diri, dan menyelesaikan masalah.
Bimo Walgito mendefinisikan bimbingan sebagai bantuan yang diberikan kepada individu atau sekelompok individu untuk menghindari atau mengatasi kesulitan dalam kehidupan mereka, atau untuk mencapai kesejahteraan hidup (2004: 6). Dr. Rahman Natawijaya menyatakan bahwa bimbingan adalah proses pemberian bantuan secara terus-menerus kepada individu agar mereka dapat memahami diri mereka sendiri, sehingga mampu mengarahkan diri dan bertindak secara wajar sesuai dengan tuntutan lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat. Tujuan akhirnya adalah mencapai kebahagiaan dan memberikan kontribusi positif bagi masyarakat.
Dari berbagai definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa bimbingan adalah proses sistematis pemberian bantuan kepada individu atau kelompok untuk membantu mereka memahami diri sendiri dan mencapai kesejahteraan serta kebahagiaan dalam hidup. Konseling, yang berasal dari kata "counseling" dalam bahasa Inggris, juga dapat diartikan sebagai "suluh" atau obor, yang berarti penerang. Beberapa pendapat mengenai konseling adalah sebagai berikut:
- Arthur Jesones mengartikan konseling sebagai proses membantu individu menyelesaikan masalahnya melalui wawancara.
- I. Jumhur dan Moh. Surya menjelaskan bahwa konseling adalah salah satu teknik pelayanan dalam bimbingan, yang dilakukan melalui hubungan tatap muka (face to face).
- W. S. Winkel SJ menggambarkan konseling sebagai saluran untuk pemberian bimbingan, di mana terdapat diskusi antara konselor dan klien.
Dari berbagai definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa konseling adalah bentuk bimbingan yang dilakukan secara langsung (tatap muka) melaluiÂ
wawancara. Dalam menghadapi masalah yang kompleks, terutama pada masa remaja, bimbingan sangat diperlukan. Perubahan fisik pada masa remaja dapat berdampak besar pada kondisi psikologis mereka, terutama pada masa remaja awal. Tidak semua remaja mampu mengatasi masalah mereka dengan baik, sehingga bimbingan dari orang tua, guru, konselor, dan staf sekolah lainnya menjadi sangat penting. Tujuan dari bimbingan ini adalah agar remaja dapat memahami dan menerima diri mereka, serta mengambil keputusan dan tindakan yang tepat.
Prinsip-prinsip bimbingan dan konseling adalah aturan atau panduan yang harus diikuti dalam pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah. Menurut Walgito (2004: 28), prinsip-prinsip ini adalah hal-hal yang menjadi pegangan dalam proses bimbingan dan konseling. Hellen (2002: 63) menyebutkan bahwa prinsip-prinsip ini adalah landasan praktis yang harus diikuti dalam pelaksanaan program pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah. Prayitno dan Erman Amti, seperti yang dikutip oleh Hellen (2002: 64), menyatakan bahwa prinsip-prinsip bimbingan dan konseling berkaitan dengan sasaran pelayanan, masalah klien, tujuan dan proses penanganan masalah, program pelayanan, dan penyelenggaraan pelayanan.
MetodePenelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Metode ini bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang kondisi atau fenomena yang ada secara alami saat penelitian dilakukan. Menurut Suharsimi Arikunto (2010:3), "penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk menyelidiki keadaan, kondisi, atau hal-hal lain yang sudah disebutkan, yang hasilnya disajikan dalam bentuk laporan penelitian." Arief Furchan (2005:94) juga menyatakan bahwa "dalam penelitian deskriptif diperlukan penjelasan atau deskripsi mengenai subjek yang dijadikan bahan penelitian terkait dengan keadaan, fakta, dan kejadian yang terjadi saat penelitian berlangsung."
Penelitian deskriptif ini dirancang untuk mendapatkan informasi tentang status dan gejala yang ada saat penelitian dilakukan. Fokus penelitian ini adalah menetapkan karakteristik dari situasi yang sedang diselidiki. Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan data secara menyeluruh untuk menganalisis kenakalan siswa dan implikasinya dalam layanan bimbingan dan konseling di SMP Negeri 3 Kota Sorong melalui observasi dan wawancara.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pedoman wawancara terstruktur yang disiapkan sebelumnya. Pedoman wawancara ini berisi pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan kepada responden untuk mendapatkan informasi yang diperlukan. Selama wawancara, peneliti mengumpulkan sebanyak mungkin jawaban dari responden terkait topik penelitian yang sedang dipelajari. Setelah semua jawaban terkumpul, peneliti melakukan analisis data dan menarik kesimpulan dari hasil yang diperoleh.
Selain wawancara, peneliti juga menggunakan metode observasi. Peneliti mempersiapkan format informasi yang berisi variabel dan sub variabel terkait dengan objek yang akan diamati. Selama observasi, peneliti memberikan tanda cek () pada kolom yang sesuai saat objek yang diamati memenuhi standar dan syarat yang ditentukan dalam mendukung pelaksanaan pendidikan. Tanda cek () ini juga diberikan saat proses kegiatan bimbingan konseling berlangsung. Data yang terkumpul dari observasi ini kemudian diolah dengan menarik kesimpulan berdasarkan tanda cek () yang telah diberikan dalam format observasi yang disiapkan oleh peneliti.
Melalui pengolahan data yang cermat dan sistematis, peneliti memperoleh hasil yang akurat dan relevan dengan topik penelitian. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 3 Kota Sorong untuk mengidentifikasi bentuk-bentuk kenakalan siswa. Berikut beberapa temuan dari penelitian tersebut:
Membolos Dari observasi yang dilakukan pada tanggal 20 Juli 2024, ditemukan bahwa salah satu bentuk pelanggaran yang dilakukan siswa di SMP Negeri 3 Kota Sorong adalah membolos. Peneliti menemukan beberapa siswa yang berkeliaran di luar sekolah sekitar pukul 10.00, mengenakan seragam sekolah yang jelas menunjukkan identitas mereka sebagai siswa SMP Negeri 3 Kota Sorong.
Kurang Bersikap Hormat kepada Guru Pada saat peneliti mengamati pemeriksaan mendadak yang dilakukan di sekolah, ditemukan bahwa beberapa siswa tidak bersikap sopan ketika ditegur oleh guru karena berpakaian tidak pantas.
Datang Terlambat Pada tanggal yang sama, peneliti menemukan empat siswa yang datang terlambat dan harus mengisi buku poin di ruang BK sekitar pukul 09.15.
Ketiga bentuk kenakalan ini bersifat ringan dan normatif, tidak sampai melanggar hukum. Namun, kenakalan ini perlu segera dicegah dan ditangani agar tidak berkembang menjadi masalah yang lebih serius. Menurut Bambang Mulyono (1984:22-24) dalam bukunya "Pendekatan Analisis Kenakalan Remaja dan Penanggulangannya", kenakalan remaja dapat dibagi menjadi dua jenis: yang bersifat amoral tetapi tidak melanggar hukum, dan yang melanggar hukum.
Dari hasil wawancara, peneliti menyimpulkan bahwa bentuk-bentuk kenakalan yang terjadi di SMP Negeri 3 Kota Sorong masih bersifat ringan dan belum sampai melanggar hukum. Namun, jika tidak ditangani dengan baik, masalah ini dapat berkembang menjadi lebih serius. Untuk menangani kenakalan siswa, sekolah dapat memberikan nasihat, bimbingan, dan contoh yang baik, meningkatkan kegiatan keagamaan, dan melibatkan siswa dalam kegiatan positif. Jika metode tersebut tidak efektif, tindakan yang lebih tegas dapat diambil sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan.
Dalam wawancara dengan Ibu enni, guru BK di sekolah tersebut, beliau menyatakan bahwa penanganan kenakalan siswa memerlukan kerjasama antara pihak sekolah, masyarakat, guru, dan orang tua. Pihak BK tidak sepenuhnya bertanggung jawab dalam menangani kenakalan, tetapi membantu memecahkan masalah yang menjadi penyebab kenakalan. Pendekatan yang dilakukan termasuk memberikan rasa nyaman dan pengarahan khusus kepada siswa yang bermasalah, serta mengajarkan mata pelajaran psikologi yang relevan. Selain itu, kerjasama dengan pihak sekolah dalam kegiatan ekstrakurikuler diharapkan dapat memberikan kegiatan positif bagi siswa sehingga mereka dapat berkembang  memberikan kegiatan positif bagi siswa sehingga mereka dapat berkembang dengan baik Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H