Mohon tunggu...
Amelia
Amelia Mohon Tunggu... Tutor - Menulis Dengan Tujuan

Penulis amatir , mencari inspirasi dan terinspirasi

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Confession of White Collar Fashion (Cerita tentang Batu Karas)

5 April 2024   15:23 Diperbarui: 5 April 2024   18:43 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Canva edit by Amelia (Foto : GQ men) 

Hari yang aku dan David tunggu - tunggu akhir nya datang. Hari ini aku, dan Duo-D (David dan Dimas), bertolak menuju Batu Karas - Pangandaran. Setelah meminta ijin dari ibu , kami pergi. Tidak banyak pertanyaan dari ibu. Dia hanya terkesima saja melihat David. 

'Asa kenal, tapi dimana ya...?', begitu pertanyaan ibu berulang. Sedangkan Arya histeris karena ia tau David itu public figure. Arya berbisik kepada ku. 

"Teh, ari eta teh yang di acara televisi travelling ?"... hihihi.... aku hanya mengganguk.  Biarlah mereka penasaran. Tidak sampai di situ, Arya mengirimkan pesan WhatsApp.

Teh, David itu temen teteh juga?. Apa gimana....? Pacar?

Hehe... mana mungkin?

Aku hanya sebatas menjawab seperti itu. 

Kasep teh, mana gaya nya kayak Kurt Cobain, beuuh.....

Kemudian aku menceritakan hal itu kepada David. Ia tertawa mendengar nya.

"Gw pengen banyak ngobrol sama nyokap lo Man, nanti deh...." ujar nya.

"Mau ngobrol apa?. Nyokap gw ribet ah, tar nanya yang aneh -aneh..", kataku.

"Yeeeeeeh... pamali ngomong gitu, neng... cowok kalo uda pengen ketemu orang tua pacar nya, arti nya dia uda niat serius, di terima niat nya...", sambung Dimas yang sedang menyetir.

"Iya gw uda 30, mau serius bina hubungan. Tapi santai aja, gausah buru -buru...", tukas David.

"Hmmm....iya gw juga mau serius, cuma gw liat nyokap dulu reaksi nya gimana. Terakhir dia bilang pengen punya mantu kayak ....", belum aku selesai berbicara, David meletakkan jari telunjuk nya di bibir ku dan mengusap rambutku.

"Udah, gausah di bahas ya, kita mau bahagia hari ini dan 3 hari ke depan.."

Perjalanan menuju Pantai Batu Karas menempuh sekitar 8 - 10 jam, jalur perjalanan yang di lalui melalui jalur Selatan. Jalur menuju Tasikmalaya, Ciamis dan berakhir di Pangandaran. Selama di perjalanan, kami berbicara mengenai hasil video syuting David episode Batu Karas. Bukan itu saja, ia juga terkejut, ternyata launching parfum nya mendapat antusiasme yang bagus dari masyarakat. Kemudian, kami membuka kolom komentar di IG terkait, banyak dari mereka yang ingin membeli sebuah parfum dari seorang David, sebagai seorang host program acara travelling. 

Jarang banget ada artis cowok Indonesia, bikin parfum buat cowok. Apalagi ini cowok nya anak extreme sport, wangi nya juga mantab bang David, laki banget tapi gak pasaran wangi nya. Bini gw masih bisa pake juga. Salah satu komentar netizen.

Asik, keren Vid!, tertarik gw bikinin iklan versi video klip nya, DM ya!. David membaca text tersebut sambil mengguncang bahu Dimas.

"Mas, mas Aryo minat kayak nya nih mau bikinin iklan parfum gw versi video klip, gimana menurut lo?", tanya David. 

"Hajaaaar..... DM , Vid.. tapi tetep Manda yang jadi model nya...", Dimas memberikan ide.

"Nah, gimana Man..?", tanya David padaku.

"Hmmm.. gw mau , tapi kerjaan kantor gw gimana ?"..

"Iya juga sih, tapi tar gw DM mas Aryo atau Wa aja bahas soal ini.."

Terkadang, aku merasa Diana seperti mengejar - ngejar diriku dan siap menerkam. Kenapa juga aku merasa harus menyembunyikan hubungan ini?. 

"Gw sm Dave masih menyelidiki sesuatu hal tentang Diana. Tapi tenang, intel kita banyak. Tinggal tunggu aja.." , sahut Dimas. 

Kami masih dalam perjalanan. Sepanjang perjalanan, kami melihat hamparan sawah yang sangat menyejukkan dan menenangkan. Tahun berapa ya terakhir aku melihat sawah?, haha...orang kota ke desa jadi berasa kampungan. Tak terasa perjalanan kami sudah sampai di daerah Rajapolah. Aku memantau nya dari google maps. Rajapolah - Tasikmalaya adalah sentra UMKM kerajinan tangan. Di sini banyak deretan toko - toko yang menjual hasil kerajinan tangan dari eceng gondok, seperti tas, taplak meja, wayang, pajangan dan lain - lain. Aku terpana melihat nya sehingga membuka kaca mobil. Aku lihat David yang duduk di sebelah ku sedang menikmati musik melalui ponsel nya. Ia memakai kacamata hitam Rayban wayfarer. Gaya nya sangat anak skateboard sekali. Seperti nya dia memang tulen bergaya 90 - an.

Rasa antusiasisme ini sangat membuncah. Seperti apa Batu Karas dan melihat langsung seorang pria yang aku tergila - gila pada nya bermain selancar.  Kami mulai memasuki perjalanan yang sempit dan bukan lagi melebar. Sepertinya sudah mau sampai. 

Dan benar saja. Sudah terlihat pemandangan pinggir pantai yang memukau. Membuat mata ku berkaca - kaca. Batu Karas. Bukan Bali. Sudah cukup bagiku. Memang benar kata nelayan yang membawa kami menuju Pantai Bira. Ia bilang, ombak di Pantai Utara cenderung tenang, tidak bergemuruh. Sedangkan ombak di Pantai Selatan cenderung tinggi. Ombak di Pulau Bira tidak bergelung tinggi. Bahkan bukan tipe pantai untuk berselancar. Sedangkan Pantai Batu Karas terkenal dengan sebutan mini Bali. Ombak nya tidak terlalu tinggi. Namun spot asyik untuk berselancar.

David memekik menyebut Batu Karas.... dia lebih tidak sabar daripada aku.

"Kita sampeeee Mandaaaaa....", tiba -tiba saja ia merangkulku. Dimas mencari tempat parkir. Kami tidak buru - buru mencari penginapan. Karena Dimas sudah mem booking penginapan kemarin. Beruntung ketika kami datang, pantai tidak dalam keadaan ramai. Ketika kami sampai, jam sudah menunjukkan pukul 11 pagi. Kemudian mereka menyapa beberapa orang di sekitar yang sudah David kenal sebelum nya karena minggu lalu ia syuting di sana. 

"Wah, a David dateng lagi, sama kabogoh..?", tanya salah satu kenalan David seorang surfer lokal sekitar, yang mana David akan meminjam papan surf dengan orang tersebut. 

"Hehe.. rahasia ah...",  jawab David. Pantai ini benar - benar lain. Berbeda dengan Pantai Utara. Ombak nya bergemuruh tidak menakuktkan. Pantai Bira , ombak nya nyaris berbisik.

Beruntung nya, pantai Batu Karas tidak ramai orang dan bukan musim liburan. Jadi gak banyak orang - orang sekitar yang kenal dengan David. Segera aku mengabadikan pantai Batu Karas ini dengan memotret nya. Perjalanan kali ini, aku sudah menyiapkan kamera digital beresolusi tinggi dan peralatan melukis.

David dan Dimas melakukan pemanasan sebelum mereka berselancar. Seperti nya mereka yang lebih gak tahan untuk segera berselancar. Mereka mengajakku untuk mencoba belajar berselancar,  namun aku menolak nya. Karena aku lebih menikmati melihat mereka berselancar. Ia memaksa dan terus membujukku. Begitu juga dengan Dimas. 

"Ayo Man.. kita belajar berselancar", ajak David dan Dimas. Ia serius dengan perkataan nya. Tapi aku tidak tertarik.

"Aku lebih suka melukis , gw uda bawa peralatan melukis. Soal berselancar memang David juara nya...", ia tersenyum padaku dan kemudian berlari mengejar ombak. Ia sama sekali tidak menguncir rambut nya,  memakai baju khusus untuk berselancar. Agar lebih safety. Begitu juga dengan Dimas. Sambil menikmati biru nya langit dan terik nya matahari yang tidak dapat ku tembus oleh kedua mata ku , karena silau. Aku memakai kacamata Rayban yang sama dengan David dan mulai menggambar. 

David sudah berlari mengejar ombak dan tidak terlihat. Kemudian tidak lama aku melihat nya mulai berselancar. Mata ini terpukau kepada apa yang aku lihat. Selama ini aku hanya melihat dari balik layar televisi. Hari ini aku melihat aksi nya berselancar. Ia berlari mengejar ombak, kemudian berenang menuju laut, menunggu ombak datang. Ketika ombak sudah datang, ia segera mengendalikan ombak tersebut dengan keahlian dan tanpa rasa takut. Keberanian itu yang tidak aku punya. 

Tidak perlu khawatir dengan terik nya matahari, karena sunscreen dan sunblock sudah ku gunakan di wajahku. Karena pergi ke pantai. Akan berhadapan dengan angin, sebelum berangkat, aku meminta ibu mengepang rambut ku. Walaupun ke pantai, aku tetap bermake up. Riasan smokey eyes yang mempermanis moment Batu Karas ini bersama David. Karena itu juga ingin mengabadikan moment ini di instagram. 

Kembali ke fokus menggambar. Tangan ini mulai membuat draft , menggambar pemandangan sekitar, pantai dan ombak. Melukis membuat ku yang introvert ini relaxing. Dan sukses tenggelam dalam fokus dan detail menorehkan setiap garis menjadi bentuk bentuk yang jelas. Ajaib nya setelah sekian lama aku tidak menggambar, dalam hitungan menit sudah terlihat bentuk apa yang aku gambar. Tinggal mewarnai nya saja. 

Untuk coloring, aku menggunakan cat air. Karena teknik ini akan menghasilkan efek yang dramatis. Di sela - sela menggambar, aku menghirup aroma laut yang menenangkan, mendengarkan deburan ombak yang tidak membuatku takut dan berlari menjauh. Tidak lama, David dan Dimas kembali dari berselancar. Berlari menuju ku dan merebahkan tubuh nya di atas pasir yang hangat. Aku memberikan minuman ion kepada mereka berdua.

David dan Dimas masih terengah - engah.

"Gw kangen calon bini gw, Kariiiin....", teriak Dimas. 

"Woi berisik, telpon sono.....", canda David mendorong bahu nya. Tidak lama, Dimas menelepon Karin dan mengobrol menjauh dari kami. Mereka menitipkan tas pinggang nya padaku.

Kemudian David membalikkan tubuh nya dan melihat ke arahku. 

"Manda, main ke pantai aja cantik. Gak tertarik yaa belajar surfing...?",  tanya nya lagi. Hmmmm.... 

"Gw takut. Gak apa - apa kan?", tanya ku lagi pada nya.

"Ooh takut, yaudah gapapa, kan ada abang di sini....", jawab nya lagi.

"Bahagia , bisa ke Batu Karas lagi bareng orang yang gw sayang. Tapi sayang sih, dia takut ombak....", David memakai kacamata Rayban nya dan tertawa sambil menatap langit biru yang makin terik.

Hmmmm.... apa aku yang takut belajar berselancar itu menggangu pikiran nya?. Mengingat Agnes sangat getol ingin di ajarkan berselancar oleh nya. Overthingking. Kemudian aku kembali mewarnai gambarku. Tak lama David melihat hasil gambarku dan memuji nya. Ia kembali merebahkan tubuh nya di atas hamparan pasir yang hangat. Wajah nya tersenyum dan terkena pantulan sinar matahari.

Ia bercerita mengenai keinginan nya untuk bisa berselancar sedari kecil. Waktu kecil David besar di Turki. Di sana tidak banyak kegiatan seperti ini. David kecil terpana melihat orang bule bermain selancar di televisi. Sedangkan ayah nya tidak bisa mengajarkan berselancar. Jadi seperti nya berselancar ini adalah hal yang sentimentil buat nya. Lalu darimana ia bisa belajar berselancar?. Ketika , ia pindah dan menetap di Indonesia. Ada seorang surfer lokal yang mengajarkan nya. Dan David belajar secara diam - diam. Ibu dan ayah nya tidak mengetahui hal ini. Sepulang sekolah , ia diam - diam pergi ke pantai dan di ajarkan oleh abang surf, begitu ia memanggil orang tersebut. Ia bertekad mencari si abang surfer lokal yang mengajarkan nya surfing , karena sebelum ia menjadi tenar. Ia mencari orang tersebut sudah tidak ada. 

Hmmm... sepertinya hal ini sedikit mengusik nya. Aku tidak banyak berbicara dan tidak berkomentar apapun mendengar cerita nya. Yang aku lakukan , mengambil parfum D Honest dari tas ku. Aku ingin melakukan ini atas inisiatif sendiri. Melihat nya bercerita tentang kegetiran yang ia rasakan semasa kecil, menurut ku cerita nya membuat sedih siapa saja yang mendengarkan nya.

Aku lihat ia berusaha tegar bercerita mengenai masa kecil nya yang sulit, dimana ia adalah seorang anak dari ayah dan ibu yang berbeda negara. Menurut nya, hidup di Turki lebih nyaman. Berbeda dengan di Indonesia. Ketika pindah bersekolah di Indonesia, setiap hari selalu ada ledekan, bule - bule dari teman - teman nya yang lama - lama menjengkelkan.

Wajah David memang dominan mewarisi ketampanan ayah nya yang berdarah Turki, sinar mata nya tidak menunjukkan penyesalan dan kesedihan mengapa ia dulu sewaktu kecil hidup dalam keterbatasan. Itulah yang membuat nya giat bekerja keras. Kurang waktu istirahat dan berkumpul bersama ibu tercinta. 

Tak terasa dada ini terasa hangat. Dan aku membiarkan alam yang mendukung ku untuk melakukan sebuah bentuk perhatian dan kasih sayang. Mungkin Manda adalah cewek tomboi yang agresif. 

"Loh, wangi parfum ini..", tanya nya sedikit kaget. Tanpa pikir panjang, aku mengecup bibir nya dengan lembut. Sepersekian detik menjadi 1 menit. Dan sudah siap bertanggung jawab atas tindakan ini..

"Maaf kalo gw baru tau soal berselancar itu adalah suatu hal yang istimewa buat seorang David. Tapi, gw takut jadi belum berani, suatu saat nanti kalau gw udah berani ya....", ujarku sembari menatap ke arah dagu nya. Ia terkejut, tidak bisa berkata apa - apa karena belum siap menerima 'serangan' dari ku secepat itu. 

Aku membuang wajahku berusaha menahan malu dan melihat ke arah bibir pantai Batu Karas. Hamparan langit dan laut yang luas membawa ku sampai sejauh ini. Kemudian, David merangkul dan mengusap rambut ku. Gestur yang ia suka lakukan, karena ia merasa nyaman denganku. 

"Maaf Manda , kalau gw agak maksa mau ajarin surfing, kalau takut yaudah enggak apa - apa kok...", ujar nya berbisik di telingaku. Aku tersenyum mendengar nya. Tidak lama Dimas datang menghampiri kami. 

Hari masih berlangsung 2 hari lagi. Rasa nya ingin semua berjalan lambat. Setelah selesai bermain di pantai. Kemudian kami mencari makan siang. Menikmati nasi liwet di pinggir pantai. David masih saja senyam senyum menatapku. Ia sepertinya merasa beruntung , karena dia tidak perlu make a move duluan. Tapi di luar dugaan, malah aku duluan yang mengecup nya. 

Karena aku tau, mungkin Agnes lebih antusias minta di ajarkan berselancar dengan diri nya, walaupun itu hanya modus belaka. Tapi seorang Amanda tidak ingin tidak peduli pada satu hal yang di cintai oleh kekasih, yaitu berselancar. 

Selama kami di Batu Karas , kami menikmati salah satu masakan khas Jawa Barat, Nasi Liwet. Yang bikin tambah nikmat nya memakan nasi ini di pinggir pantai sambil menikmati pemandangan laut.  Sangat berkesan dan belum tentu akan terulang kembali. Nasi liwet adalah sejenis nasi putih yang di masak bersama bawang merah dan putih, sereh, daun salam, cumi, ikan asin dan udang. Di masak dalam sebuah kuali kecil bernama, kastrol.

Cara memasak nya seperti menanak nasi dengan dandang. Biasanya aku memasak di rumah dengan menggunakan rice cooker. Tapi sangat berbeda jauh cita rasa nya. Lebih nikmat memasak nasi liwet dengan kastrol. Nasi ini sangat kaya akan gizi dan rasa. Dimas dan David sangat lahap memakan makan siang hari ini. Karena mereka lelah dengan kegiatan berselancar. Makan siang yang sangat berkesan.

Selama trip singkat ini, kami bertiga sangat menikmati waktu demi waktu yang berjalan. Selain itu, kami juga berdiskusi soal pekerjaan baru, yaitu rencana pembuatan iklan video klip yang di tawarkan oleh rekan kerja David, sangat menarik sekali. Ia mau aku yang menjadi model nya. Namun, kendala nya aku masih bekerja penuh waktu di kantor. Mereka memberikan saran agar aku menerima pekerjaan menjadi model video klip tersebut di tanggal merah dan hari libur saja. Saran ini sangat menenangkan ku. Rencana ini seperti nya akan kami jalankan. Tinggal menunggu waktu saja. 

Selain itu, David juga berpikir. Seperti nya sudah saat nya kami berdua go public saja soal hubungan kami di depan Diana cs. Toh, tidak akan mengubah apapun. Karena jujur saja, aku merasa tersiksa dengan sandiwara ini, aaaaah entahlah. 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun