Mohon tunggu...
Amelia
Amelia Mohon Tunggu... Tutor - Menulis Dengan Tujuan

Penulis amatir , mencari inspirasi dan terinspirasi

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Confession of White Collar Fashion (Cerita tentang Batu Karas)

5 April 2024   15:23 Diperbarui: 5 April 2024   18:43 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Canva edit by Amelia (Foto : GQ men) 

"Iya juga sih, tapi tar gw DM mas Aryo atau Wa aja bahas soal ini.."

Terkadang, aku merasa Diana seperti mengejar - ngejar diriku dan siap menerkam. Kenapa juga aku merasa harus menyembunyikan hubungan ini?. 

"Gw sm Dave masih menyelidiki sesuatu hal tentang Diana. Tapi tenang, intel kita banyak. Tinggal tunggu aja.." , sahut Dimas. 

Kami masih dalam perjalanan. Sepanjang perjalanan, kami melihat hamparan sawah yang sangat menyejukkan dan menenangkan. Tahun berapa ya terakhir aku melihat sawah?, haha...orang kota ke desa jadi berasa kampungan. Tak terasa perjalanan kami sudah sampai di daerah Rajapolah. Aku memantau nya dari google maps. Rajapolah - Tasikmalaya adalah sentra UMKM kerajinan tangan. Di sini banyak deretan toko - toko yang menjual hasil kerajinan tangan dari eceng gondok, seperti tas, taplak meja, wayang, pajangan dan lain - lain. Aku terpana melihat nya sehingga membuka kaca mobil. Aku lihat David yang duduk di sebelah ku sedang menikmati musik melalui ponsel nya. Ia memakai kacamata hitam Rayban wayfarer. Gaya nya sangat anak skateboard sekali. Seperti nya dia memang tulen bergaya 90 - an.

Rasa antusiasisme ini sangat membuncah. Seperti apa Batu Karas dan melihat langsung seorang pria yang aku tergila - gila pada nya bermain selancar.  Kami mulai memasuki perjalanan yang sempit dan bukan lagi melebar. Sepertinya sudah mau sampai. 

Dan benar saja. Sudah terlihat pemandangan pinggir pantai yang memukau. Membuat mata ku berkaca - kaca. Batu Karas. Bukan Bali. Sudah cukup bagiku. Memang benar kata nelayan yang membawa kami menuju Pantai Bira. Ia bilang, ombak di Pantai Utara cenderung tenang, tidak bergemuruh. Sedangkan ombak di Pantai Selatan cenderung tinggi. Ombak di Pulau Bira tidak bergelung tinggi. Bahkan bukan tipe pantai untuk berselancar. Sedangkan Pantai Batu Karas terkenal dengan sebutan mini Bali. Ombak nya tidak terlalu tinggi. Namun spot asyik untuk berselancar.

David memekik menyebut Batu Karas.... dia lebih tidak sabar daripada aku.

"Kita sampeeee Mandaaaaa....", tiba -tiba saja ia merangkulku. Dimas mencari tempat parkir. Kami tidak buru - buru mencari penginapan. Karena Dimas sudah mem booking penginapan kemarin. Beruntung ketika kami datang, pantai tidak dalam keadaan ramai. Ketika kami sampai, jam sudah menunjukkan pukul 11 pagi. Kemudian mereka menyapa beberapa orang di sekitar yang sudah David kenal sebelum nya karena minggu lalu ia syuting di sana. 

"Wah, a David dateng lagi, sama kabogoh..?", tanya salah satu kenalan David seorang surfer lokal sekitar, yang mana David akan meminjam papan surf dengan orang tersebut. 

"Hehe.. rahasia ah...",  jawab David. Pantai ini benar - benar lain. Berbeda dengan Pantai Utara. Ombak nya bergemuruh tidak menakuktkan. Pantai Bira , ombak nya nyaris berbisik.

Beruntung nya, pantai Batu Karas tidak ramai orang dan bukan musim liburan. Jadi gak banyak orang - orang sekitar yang kenal dengan David. Segera aku mengabadikan pantai Batu Karas ini dengan memotret nya. Perjalanan kali ini, aku sudah menyiapkan kamera digital beresolusi tinggi dan peralatan melukis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun