Mohon tunggu...
Amelia
Amelia Mohon Tunggu... Tutor - Menulis Dengan Tujuan

Penulis amatir , mencari inspirasi dan terinspirasi

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Confession of White Collar Fashion (Cerita tentang Batu Karas)

5 April 2024   15:23 Diperbarui: 5 April 2024   18:43 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Canva edit by Amelia (Foto : GQ men) 

"Manda, main ke pantai aja cantik. Gak tertarik yaa belajar surfing...?",  tanya nya lagi. Hmmmm.... 

"Gw takut. Gak apa - apa kan?", tanya ku lagi pada nya.

"Ooh takut, yaudah gapapa, kan ada abang di sini....", jawab nya lagi.

"Bahagia , bisa ke Batu Karas lagi bareng orang yang gw sayang. Tapi sayang sih, dia takut ombak....", David memakai kacamata Rayban nya dan tertawa sambil menatap langit biru yang makin terik.

Hmmmm.... apa aku yang takut belajar berselancar itu menggangu pikiran nya?. Mengingat Agnes sangat getol ingin di ajarkan berselancar oleh nya. Overthingking. Kemudian aku kembali mewarnai gambarku. Tak lama David melihat hasil gambarku dan memuji nya. Ia kembali merebahkan tubuh nya di atas hamparan pasir yang hangat. Wajah nya tersenyum dan terkena pantulan sinar matahari.

Ia bercerita mengenai keinginan nya untuk bisa berselancar sedari kecil. Waktu kecil David besar di Turki. Di sana tidak banyak kegiatan seperti ini. David kecil terpana melihat orang bule bermain selancar di televisi. Sedangkan ayah nya tidak bisa mengajarkan berselancar. Jadi seperti nya berselancar ini adalah hal yang sentimentil buat nya. Lalu darimana ia bisa belajar berselancar?. Ketika , ia pindah dan menetap di Indonesia. Ada seorang surfer lokal yang mengajarkan nya. Dan David belajar secara diam - diam. Ibu dan ayah nya tidak mengetahui hal ini. Sepulang sekolah , ia diam - diam pergi ke pantai dan di ajarkan oleh abang surf, begitu ia memanggil orang tersebut. Ia bertekad mencari si abang surfer lokal yang mengajarkan nya surfing , karena sebelum ia menjadi tenar. Ia mencari orang tersebut sudah tidak ada. 

Hmmm... sepertinya hal ini sedikit mengusik nya. Aku tidak banyak berbicara dan tidak berkomentar apapun mendengar cerita nya. Yang aku lakukan , mengambil parfum D Honest dari tas ku. Aku ingin melakukan ini atas inisiatif sendiri. Melihat nya bercerita tentang kegetiran yang ia rasakan semasa kecil, menurut ku cerita nya membuat sedih siapa saja yang mendengarkan nya.

Aku lihat ia berusaha tegar bercerita mengenai masa kecil nya yang sulit, dimana ia adalah seorang anak dari ayah dan ibu yang berbeda negara. Menurut nya, hidup di Turki lebih nyaman. Berbeda dengan di Indonesia. Ketika pindah bersekolah di Indonesia, setiap hari selalu ada ledekan, bule - bule dari teman - teman nya yang lama - lama menjengkelkan.

Wajah David memang dominan mewarisi ketampanan ayah nya yang berdarah Turki, sinar mata nya tidak menunjukkan penyesalan dan kesedihan mengapa ia dulu sewaktu kecil hidup dalam keterbatasan. Itulah yang membuat nya giat bekerja keras. Kurang waktu istirahat dan berkumpul bersama ibu tercinta. 

Tak terasa dada ini terasa hangat. Dan aku membiarkan alam yang mendukung ku untuk melakukan sebuah bentuk perhatian dan kasih sayang. Mungkin Manda adalah cewek tomboi yang agresif. 

"Loh, wangi parfum ini..", tanya nya sedikit kaget. Tanpa pikir panjang, aku mengecup bibir nya dengan lembut. Sepersekian detik menjadi 1 menit. Dan sudah siap bertanggung jawab atas tindakan ini..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun