Untuk menwujudkan amanat tersebut di atas guru sebagai pembelajar harus diberi ruang kebebasan mengembangkan potensi, melalui talenta emosi, spirit dan intelektualitas yang dimiliki (Arifin; 2011: 3). Kebebasan itu diartikan bahwa para pembelajar dapat menuntut ilmu dalam keadaan senang dan gembira tanpa merasa tertekan atau ditekan oleh orang lain, pembelajar merasa di “ manusiakan” diakui keberadaanya dan diberikan hak-haknya termasuk hak untuk mengaktualisasikan diri.
Semua pembelajar memiliki hak dan kesempatan yang sama untuk belajar melalui cara belajarnya sendiri, cara belajar yang disukai sambil belajar bekerja dengan cara pembelajar lain yang mungkin tidak mereka sukai tapi perlu mereka kembangkan.
Guru sebagai motivator dan fasilitator merupakan salah satu (bukan satu-satunya) penentu keberhasilan pembelajaran. Oleh karenanya setiap inovasi pembelajaran selalu bermuara pada guru yang mampu mengikuti perkembangan strategi pembelajaran, mampu menemukan hal- hal baru, sanggup mencoba atau bereksperimen dengan hal- hal baru, sanggup mencoba atau bereksperimen dengan sesuatu yang baru yang kiranya akan memperbaiki cara atau metode mengajarnya.
Skenario pembelajaran “The Magic Learning Strategi” matematika adalah jawaban agar memudahkan daya serap pembelajar terhadap pelajaran, terutama pelajaran matematika. Skenariao pembelajaran matematika adalah kerangka untuk mendesain proses pembelajaran agar hak dan kesempatan pembelajar untuk belajar dengan cara yang paling disukai terpenuhi.
Kerangka proses pembelajaran yang di maksud di atas di desain sedemikian rupa agar mampu menjawab dan memenuhi hak- hak penbelajaran yang di maksud di atas di desain sedemikian rupa agar mampu menjawab dan memenuhi hak- hak pembelajaran, disusun dengan memperhatikan bervariasinya cara pembelajar memproses pilihan dan memperhatikan perbedaan tipe pelajar dari si pembelajar.
- Kerangka Desain Proses Pembelajaran Matematika.
Sebagai guru kita semua berusaha keras untuk menyempurnakan keterampilan kita dalam seni mengajar untuk “membekali” murid-murid kita derngan matematika yang sesuai dengan matematika kontemporer. Seperti yang dungkapkan oleh Sobel dan Maletsky ada tiga yang harus dimiliki guru dalam mengajar, yaitu: (1) guru harus mengetahui perlengkapan mereka, (2) guru harus mengenal murid yang sedang mereka ajar dan (3) guru harus megetahui bagaimana mengajar dengan baik (2004).
Dalam menyampaikan materi sering sekali kita menjumpai kerangka pembelajaran yang konvesional. Misalnya dalam menggunakan jam pelajaran 45 menit dengan kegiatan sebagai berikut:
30 menit ------ membahas tugas-tugas yang lalu
10 menit ------ memberi materi baru