"Waduh mir... klo ngajak suami kayaknya ga sekarang deh, gw ikutan, tapi ntar gw pulang duluan ya."
Dengan perasaan tak enak, akhirnya kuterima juga ajakan mereka. Tak beberapa lama kemudian kulihat HandPhone ku bergetar di atas meja. Satria is calling.. Langsung saja aku meraihnya dan meng- non active kannya. Aku belum mau membahasnya sekarang. Pikirku.
*****
Waktu sudah memasuki pukul 11 malam, komplek perumahanku sudah kelihatan sepi, tak ada lagi suara-suara manusia atau orang yang berlalu lalang. Kulihat pagar rumah juga telah terkunci. Terpaksa aku harus turun dan membukanya dengan kunci cadanganku. Kulajukan mobil perlahan memasuki garasi. 'Ugh... jadi pulang telat deh, seharusnya tadi aku tidak usah ikutan aja' gerutuku dalam hati. Kulihat motor suamiku yang telah terparkir di dihadapanku. Dengan perlahan aku menutup pintu mobil dengan harapan tidak ada orang rumah yang sadar akan kepulanganku, dengan mengendap-ngendap kulangkahkan kaki menuju tangga kamarku. Kudapati suamiku yang sedang khusyu' mengaji di kamar tidur kami. Terasa teduh dan menyentuh hati. Tanpa sadar aku sudah terduduk di belakangnya. Kupandangi punggungnya dan kuresapi setiap ayat-ayat yang di bacanya. "Sudah berapa lama dia mengaji seperti ini? Bukankah waktu sholat Insya sudah berlalu hampir tiga jam lalu?" Pikirku.
"Kamu sudah sholat?" Tanya suamiku sambil menutup Al-qur'an yang dibacanya.
"Masih halangan"
Hening sebentar.
"Tadi abang coba hubungin tapi HP ade mati. Abang khawatir terjadi sesuatu dengan kamu."
Astaga... aku lupa mengaktifkan kembali HP yang sengaja aku non-aktifkan itu.
"eum... tadi HP Ama habis baterai" Tak berani rasanya ku menatap matanya, aku takut ia mengetahui ketidakjujuranku.
"Maaf sudah membuat abang khawatir"