Dalam branding yang baik, sebelum merancang kegiatan marcom atau promosi, seharusnya dilakukan riset  pemahaman permasalahan konsumen secara mendasar dan sampai ke akarnya. Mengapa sampai hari ini masih banyak hambatan sehingga ikan di rumahtangga belum mendapat porsi dikonsumsi sebanyak sumber protein hewani lainnnya (ayam, telur)?
Insights tentang permasalahan yang lebih mendalam dan merupakan akar persoalan diungkap dalam penelitian oleh ETNOMARK Consulting tahun lalu, seputar perilaku konsumen ikan di kota besar seperti Jakarta. Permasalahan yang dihadapi ternyata lebih mendalam dari keterbatasan para ibu rumah tangga dalam 'mengolah' menu masakan berbasis ikan.
Penelitian dengan metode etnografi pemasaran dilakukan di Jakarta dengan mengadakan serangkaian observasi, kunjungan langsung ke rumah-rumah konsumen, interview ibu rumah tangga di berbagai segmen dan kunjungan ke berbagai outlet penyedia ikan baik di pasar tradisional hingga di supermarket/toko modern.
Salah satu target dari studi adalah menjaring Customer Pain Points yaitu keluhan yang selama ini mungkin tidak terdeteksi dengan baik bila tidak dilakukan studi mendalam dengan metode etnografi. Insights yang tergali sangat menarik untuk dibagi disini karena akan menyadarkan para pelaku usaha dan pengambil kebijakan dan pengelola kegiatan seputar Ikan.
Permasalahan di tiap tipe hasil laut tidak bisa disamaratakan. Permasalahan di Jenis ikan FIN FISH (ikan bersirip) berbeda dengan permasalahan di hasil laut jenis crustachea (udang), di jenis Cephallopoda (cumi), bahkan Mollusca (kerang). FIN FISH yaitu jenis ikan bersirip sebagai salah satu tipe hasil laut yang cukup substantial menjadi fokus penelitian etnografi tersebut.
Insights utama dalam penelitian ETNOMARK menjelaskan bahwa yang dihadapi bukan hanya permasalahan di 'Makan Ikan' nya saja. Ternyata para ibu rumah tangga sebagai aktor utama dalam kehidupan dan interaksi dengan ikan, Â tanpa disadarinya, mengalami barrier yang berlapis-lapis. Permasalahan timbul di setiap tahapan, sejak dari proses membeli bahan hingga menghidangkan di meja makan dan membuat keluarga mau mengkonsumsinya.
Satu kata yang sering muncul pada saat berbicara dengan konsumen adalah 'RIBET'. Penelitian ini melakukan dekonstruksi istilah RIBET dan mengklasifikasikannya dalam 3 TOUCH POINT Â (saat interaksi konsumen dengan produk): (1) Touch point di saat tahap pembelian dan pemilihan Ikan segar (2) Touch point di saat tahap pengolahan dan pemasakan Ikan, (3) Touch Point membujuk anggota keluarga untuk mengkonsumsi IKAN yang sudah dihidangkan
- RIBET atau RUMIT di Tahap Pembelian dan Pemilihan IKAN.
 Ditemukan di lapangan bahwa konsumen mempunyai pemahaman yang rendah terhadap pemilihan dan seleksi ikan segar. Sehingga beberapa kali mengalami kesalahan dalam membeli bahan-bahan untuk memasak di rumah. Ikan ternyata berkualitas rendah dan kurang segar, tetapi tidak diketahui sebelumnya
Akibatnya: Konsumen menjadi enggan untuk belanja ikan lebih sering.
- RIBET atau RUMIT diTahap pengolahan dan pemasakan IKAN.