Jadi, bukan sekedar tas jinjing atau dompet, ada juga yang membuat maket-maket rumah dari bahan sisa kardus. Bahkan ada juga yang menjadikan limbah perca menjadi karya lukis abstrak. Dimana hasil karya kreativitas para pelajar ini kemudian dikemas dalam kegiatan festival seni.
Seperti di sekolah penulis, yang kerap mengadakan festival seni karya siswa secara rutin. Walau target pemasaran masih terbatas pada lingkungan sekolah, namun progresnya justru banyak diantara kita yang juga turut mempromosikannya melalui media digital.
Kegiatan yang dapat memberi pembelajaran positif tentunya bagi para pelajar di era digitalisasi saat ini. Bukan sekedar menjadi kreator konten yang umum, melainkan juga sebagai media edukasi bagi kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan.
Konsep ekonomi sirkular pun dapat diterapkan secara baik dan berkelanjutan. Dalam beberapa aspek, kegiatan positif ini juga mampu membangun semangat para pelajar untuk mandiri secara ekonomi.
Ekonomi Sirkular dan Tantangan Zaman
Dapat diterangkan bahwa dalam beberapa tahun kedepan, wacana krisis iklim semakin menguat. Termasuk dalam mengurai persoalan limbah plastik seperti yang telah diterangkan oleh penulis sebelumnya.
Untuk mengatasi masalah limbah ini, para siswa tentu dapat dilibatkan dalam program-program pengelolaan limbah yang kreatif dan edukatif. Baik melalui lembaga pendidikan, ataupun dari pihak-pihak terkait lainnya. Seperti yang dilakukan Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta.
Edukasi mengenai pentingnya menjaga lingkungan dapat terus disosialisasikan kepada generasi muda. Agar suatu waktu dapat menjadi kebiasaan positif, baik di lingkungan tempat tinggal atau dimanapun kita berada.
Penulis tentu saja memahami bagaimana tantangan besar dalam merealisasikan hal positif seperti ini. Khususnya dalam melihat realitas perkembangan zaman yang semakin modern dan digitalistik. Bukan sekedar melalui kajian teoritis tanpa ada aksi nyata dalam penyelesaiannya.
Maka, jika tantangan zaman ini tidak dapat terasosiasi dengan baik kedepannya, tentunya akan menjadi persoalan bagi lingkungan. Termasuk generasi muda yang tentunya khawatir, jikalau suatu saat nanti persoalan lingkungan dapat memicu terjadinya hal-hal negatif.
Termasuk tantangan era digital dalam proses marketing yang dirasa perlu ruang edukasi bagi generasi muda. Dalam hal ini, penulis sendiri pernah coba metode marketing secara live di media sosial, namun masyarakat digital justru kurang dalam apresiasi barang bekas berdayaguna ini.