Melalui beragam inovasi, kreativitas, dan kepedulian terhadap lingkungan, Gen-Z dapat menjadi agen perubahan dalam mengubah paradigma ekonomi linier menjadi sirkuler yang lebih ramah lingkungan. Kreatifitas yang berdayaguna ekonomis melalui barang bekas.
Apalagi dalam realisasi projek revitalisasi barang bekas dapat dijadikan ajang pameran hasil karya pelajar setiap tengah semester. Tentu akan memacu tingkat kreatifitas pelajar dalam pemanfaatan barang bekas menjadi barang layak jual yang menguntungkan.
Realisasi Revitalisasi Sampah Plastik Berdayaguna
Gen-Z, yang mayoritas adalah para pelajar sekolah tingkat atas, memainkan peran penting dalam pembangunan karakter bangsa. Lingkungan pendidikan, khususnya sekolah, menjadi tempat di mana nilai-nilai dan karakter kemandirian dibentuk.
Salah satu aspek penting yang dapat dikembangkan adalah penerapan ekonomi sekuler yang berfokus pada pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya secara efisien, termasuk dalam hal pengelolaan limbah plastik yang ada di lingkungan para pelajar.
Melalui kegiatan rutin dalam festival seni, bazar, dan kegiatan ekstrakurikuler lainnya. Sesuai dengan Kurikulum Merdeka realisasi dari kegiatan P5, yakni kewirausahaan. Kegiatan yang rutin dilaksanakan dalam upaya pengembangan kreativitas dari para pelajar.
Limbah plastik dari kemasan minuman sachet dapat dijadikan bahan utama dalam pembuatan tas jinjing. Melalui kreativitas dalam seni kriya, kerajinan tangan dapat menjadi barang estetik yang menarik di pasaran. Walau masih terbatas dalam ruang jual beli secara langsung.
Selain tas jining ada juga dompet yang dapat dibuat dari bahan serupa. Hasil karya ini adalah contoh bagaimana pemanfaatan limbah menjadi barang yang berguna. Maupun pemanfaatan botol-botol bekas yang juga dapat dipergunakan menjadi barang kriya lainnya.
Seperti yang penulis lakukan secara langsung, dalam pemanfaatan bahan plastik bekas minuman sachet. Dengan mekanisme sterilisasi sebagai kegiatan awal, agar tidak ada sisa bubuk yang tertinggal dalam kemasan. Dimana selanjutnya dapat dijadikan berbagai bentuk sesuka hati kita.
Sistem rangkai yang dilakukan juga tidak serumit yang dibayangkan. Tinggal menyatukan bagian-bagian yang telah dibentuk sesuai dengan rencana, maka akan terbentuk wujud barang yang diinginkan. Paling mudah adalah tas jinjing, dengan beragam varian yang eksotik.
Penulis sendiri melakukan kegiatan serupa sebagai bentuk realisasi pembelajaran adaptif. Dengan pendekatan diferensiasi yang membebaskan para siswa mengapresiasikan ide-ide kreatifnya melalui beragam karya yang diinginkan.