Raisa yang marah menyela, "Ada apa denganmu! Kita seharusnya mendukung Rina yang sedang sedih, bukan membanding-bandingkan. Pergilah jika kamu ingin bermain, bermain sendiri saja!"
"Baik. aku akan pergi!" ucap Aldo sambil mendengus dan meninggalkan teman-temannya, melangkah pergi.
Ia pulang ke rumah tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Dengan wajah kesal, ia duduk di kursi.
"Kenapa kau pulang begitu cepat, Nak?" tanya nenek heran. Doni yang kesal menghiraukan pertanyaan neneknya.
"Apa kamu mau sarapan?"
"..."
"Baiklah jika kamu tidak mau menjawab, maka nenek akan diam saja."
"Begini Nek, Tadi aku ke lapangan. Sesampainya di sana aku melihat Rina menangis. Setelah ditanyai, Rina mengatakan bahwa ia menangis karena merasa ayahnya tidak menyayanginya lagi. Aku pikir itu alasan remeh untuk menangis, jadi aku bilang untuk bermain saja. Namun, bukannya memulai permainan, teman-teman lain malah memarahi karena alasan tak jelas," jelas Aldo dengan cepat, ekspresi marah terpancar dari wajahnya.
"Baiklah, kalau begitu kita sarapan dulu. Nenek sudah membuat telur dadar dengan kecap di atasnya," jawab nenek dengan lembut, mencoba menenangkan Aldo.
"Baiklah," jawab Aldo singkat, karena masih merasa kesal dengan kejadian di lapangan tadi.
waktu berlalu kini perut Aldo telah terisi dengan makanan yang lezat. Dengan sukarela Aldo mulai mencuci piring untuk membantu neneknya yang duduk tenang di kursi. Setelah selesai membersihkan piring-piring tersebut, Aldo mengelap tangannya yang basah ke kain lap di sebelahnya. Tiba-tiba suara lembut nenek memanggilnya dari kursi.