Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan. Dengan adanya pendidikan dapat membentuk kualitas sumber daya manusia dan kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga dapat membantu individu berkembang menjadi lebih baik.
Dwi Loka Pangersa atau yang biasa dikenal dengan panggilan Dwi, merupakan anak kedua dari 3 bersaudara dari sebuah keluarga sederhana dan juga anak perempuan satu-satunya yang diandalkan dan memiliki tanggung jawab besar. Ia lahir di Bandung pada tanggal 15 Juni 2004 yang kini menginjak umur 20 tahun. Dwi merupakan mahasiswi semester 3 yang sedang menempuh pendidikan sarjananya di salah satu perguruan tinggi negeri di Bandung yaitu Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) jurusan psikologi. Selain menjadi mahasiswi, ia juga sekaligus bekerja sebagai pengajar. Dwi dikenal dengan kepribadiannya yang pintar, ambisius, konsisten, dan pantang menyerah. Selain itu, Dwi juga berperan aktif dalam bidang akademik maupun sosial dengan kemampuan dan pengetahuan akademik yang ia miliki. Mulai dari menjadi murid berprestasi yang tidak ragu membagikan ilmu yang ia miliki dengan teman-temannya hingga berperan aktif secara sosial di lingkungannya. Dwi adalah seorang perempuan muda yang berjuang dalam pendidikan tidak hanya untuk dirinya sendiri tapi juga untuk membantuk orang-orang disekitarnya.
Latar Belakang Keluarga dan Pendidikan
Dwi lahir dan tumbuh pada keluarga dengan kondisi ekonomi menengah, tidak terlalu religius, tidak terlalu menuntut dan selalu mendukung anak-anaknya. Keluarganya selalu mendukung apa pun yang menjadi minat dan pilihan yang Dwi inginkan sehingga dengan ini Dwi bebas melakukan dan mencoba apa yang ia inginkan. Keluarganya menganggap bahwa yang menjalani perkuliahan dan hidup adalah dirinya sendiri, sehingga keputusan dan pilihan hidup sepenuhnya ada di tangan Dwi. Orang tua Dwi percaya bahwa dengan memberi dukungan tanpa paksaan, Dwi akan lebih bertanggung jawab atas pilihan yang diambil. Meskipun tidak ada tuntutan yang spesifik terkait pendidikan, orang tua Dwi secara tidak langsung selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk pendidikan anak-anaknya.
Dwi menempuh pendidikan Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Kejurusan di Sekolah Swasta yang berada di Bandung dikarenakan ia selalu ditolak Sekolah Negeri tempat ia mendaftarkan diri. Pada saat masa sekolahnya ia dikenal sebagai murid yang pintar dan aktif.
Seperti Pada saat ia duduk di bangku Sekolah Dasar, ia selalu mendapatkan ranking 2 besar dikarenakan prestasi yang dimilikinya. Setelah lulus SD, Dwi melanjutkan Sekolah Menengah Pertamanya di Sekolah Swasta dikarenakan ia ditolak SMP favorit yang ia inginkan namun dengan demikian Dwi tetap bersemangat dengan prestasi yang ia miliki. Begitu juga ketika ia mendaftarkan diri ke Sekolah Menengah Atas Negeri, ia ditolak dikarenakan adanya beberapa hal seperti sistem zonasi yang membuatnya ditolak. Akhirnya Dwi melanjutkan pendidikannya di SMK swasta di Lembang yaitu SMK 45 Lembang jurusan keperawatan.
Setelah lulus SMK, pada tahun 2022 Dwi sempat ditolak beberapa Perguruan Tinggi Negeri yang ia inginkan seperti Universitas Gadjah Mada, Universitas Pendidikan Indonesia, dan Universitas Islam Negeri. Namun Dwi memiliki ambisi yang besar sehingga ia tidak mudah menyerah untuk melanjutkan pendidikannya ke Perguruan Tinggi Negeri. Pada tahun 2023, Dwi memantapkan diri untuk mendaftarkan dirinya ke Perguruan Tinggi Negeri Universitas Pendidikan Indonesia. Segala upaya ia lakukan demi diterima oleh Perguruan Tinggi Negeri yang ia inginkan, ia belajar dengan giat hingga malam hari secara mandiri seperti mencari materi sendiri dan mengerjakan latihan soal. Dengan usaha dan ambisi yang besar, Dwi akhirnya diterima di Perguruan Tinggi Negeri Universitas Pendidikan Indonesia di Bandung Jurusan Psikologi. Dwi memilih jurusan Psikologi dikarenakan ia merasa sangat tertarik dengan perilaku manusia, kesehatan jiwa, perkembangan anak kecil dan remaja, dan juga ia tertarik dengan komunikasi non verbal setiap orang.
Memiliki Tempat Bimbingan Belajar
Selain berfokus pada studinya, Dwi juga bekerja dan memiliki tempat bimbingan belajar sendiri. Hal ini merupakan salah satu bentuk dedikasi dirinya secara sosial di lingkungan masyarakat. Rumah Cendekia Lembang berlokasi di Lembang yaitu di rumah Dwi sendiri, merupakan tempat bimbingan belajar yang Dwi dirikan sekitar bulan Mei dan Juni yang lalu. Hal ini merupakan keinginan Dwi sejak dia bersekolah tepatnya disaat dia Lulus SMP dan Masuk SMK, ia memiliki ketertarikan dan merasa senang ketika mengajar seperti mengajari teman-temannya dan mengajar anak kecil di tempat pengajian. Dari situ, ia memiliki niat untuk menekuni dan lebih serius lagi dalam mengajar.
Sebelum mendirikan tempat bimbingan belajarnya sendiri, Dwi yang saat lulus SMK ditolak Perguruan Tinggi Negeri memiliki keputusan untuk mencari pengalaman yang cukup guna membangun tempat bimbingan belajar sendiri. Ia bekerja di tempat bimbingan belajar milik orang lain, disana ia sekaligus belajar bagaimana cara mengatur atau mengelola tempat bimbingan belajar yang baik yang tentunya akan ia terapkan pada tempat bimbingan belajar miliknya nanti. Selain itu, saat Dwi mengajar di tempat bimbingan belajar tersebut, ia merasa adanya ketidakselarasan pada visi misi tempat bimbingan belajar dimana ia bekerja. Maka dari itu Dwi membangun tempat bimbingan belajarnya yaitu Rumah Cendekia Lembang sekaligus juga tetap bekerja di tempat bimbingan belajar tersebut.
Dibangunnya tempat bimbingan belajar Rumah Cendekia Lembang ini merupakan usaha yang dilakukan Dwi untuk mendapatkan penghasilan di usianya yang muda dengan menggunakan dan memanfaatkan kemampuan akademik dalam mengajar yang ia miliki. Selain itu, adanya motif kepedulian Dwi terhadap sekitarnya dimana pada lingkungan di sekitarnya banyak orang tua yang kurang mampu dalam mengajar anak-anaknya terutama membaca. Dari sana Dwi merasa tergerak hatinya untuk membantu mengajarkan anak-anak dalam belajar.
Tentunya hal ini bukanlah hal mudah yang dialami oleh Dwi. Dalam membangun tempat bimbingan belajarnya sendiri. Dwi menghadapi rintangan demi rintangan yang harus ia lalui seperti adanya anak didik yang kurang bisa menyesuaikan diri dan anak-anak yang terlalu aktif. Berhadapan dengan masalah tersebut Dwi menggunakan pengetahuannya pada ilmu Psikologi yang ia pelajari, dan ia juga berbagi cerita dan meminta saran dari Dosennya di Perguruan Tinggi, lalu mempraktikkan kepada anak didiknya secara pelan-pelan.
Selain masalah internal yang dihadapinya, Dwi juga menghadapi masalah eksternal dimana banyaknya persaingan tempat bimbingan belajar lainnya seperti tempat bimbingan belajar dimana ia bekerja. Tempat bimbingan itu kerap menyindir usaha bimbingan belajar milik Dwi dan melakukan pemasaran sekaligus promosi besar-besaran ke berbagai sekolah yang berada di Lembang, berbeda dengan tempat bimbingan belajar Rumah Cendekia Lembang punya Dwi yang baru merintis. Melihat hal tersebut Dwi tidak ingin membuang waktunya sehingga ia hanya bisa fokus mengembangkan Rumah Cendekia Lembang miliknya menjadi lebih baik.
Sebagai mahasiswi sekaligus pengajar, Dwi juga harus mengatur waktunya agar semua kegiatan berjalan lancar dan efektif. Ia menyusun prioritasnya dan membagi kegiatannya sesuai dengan apa yang bisa ia lakukan terlebih dahulu. Dalam prioritasnya, Dwi menaruh kuliah dan kegiatan akademiknya seperti lomba pada posisi pertama karena Dwi merupakan seorang mahasiswi yang tugas utamanya adalah menuntut ilmu. Lalu yang kedua, Dwi memprioritaskan tempat bimbingan belajar miliknya yaitu Rumah Cendekia Lembang dengan menyesuaikan jadwal mengajar atas pertimbangan jadwal pribadi Dwi dengan anak didiknya, dan prioritas terakhir yaitu tempat bimbingan belajar tempat ia bekerja.
Dengan didirikannya Rumah Cendekia Lembang ini, Dwi ingin menumbuhkan dan mengembangkan rasa keingintahuan anak-anak agar tidak takut salah dalam belajar, agar anak-anak minimal ingin belajar demi melangkah dan kebaikan anak-anak itu sendiri sehingga terciptanyainsan yang cerdas dan masa depan yang baik.
Mengikuti Lomba Internasional
Di tengah kesibukannya belajar sekaligus mengajar, Dwi juga mengikuti lomba-lomba akademik, termasuk lomba internasional. Salah satu pengalaman berharga untuk Dwi yaitu ketika ia mengikuti "Climate Science Olimpiade" yang diselenggarakan oleh Cambridge University pada saat ia masih semester 2 di perguruan tinggi lebih tepatnya pada bulan Mei lalu. Meskipun ia hanya berhasil mencapai semifinal, Dwi merasa bangga dan terhormat dapat berkompetisi di tingkat internasional apalagi lomba ini diselenggarakan oleh kampus bergengsi yaitu Cambridge University, dan juga mengingat betapa sulitnya dan berbagai usaha yang ia lakukan untuk bisa lolos ke tahap tersebut.
Pada awalnya Dwi memang suka mengikuti lomba-lomba lainnya dikarenakan Dwi menghindari untuk bergabung pada BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) di kampusnya dikarenakan ia diajak oleh kakak tingkatnya untuk mengikuti lomba dan selain itu juga adanya motif personal yang membuatnya tidak merasa nyaman. Dan itulah motivasi Dwi sehingga pada akhirnya Dwi berkesempatan untuk mengikuti lomba “Climate Science Olimpiade” yang diselenggarakan oleh Cambridge University.
Persiapan yang dilakukan Dwi saat mengikuti lomba yaitu dengan menyiapkan diri sematang mungkin. Dikarenakan lomba internasional ini berbentuk essay, Dwi menyiapkan diri dengan membaca penelitian-penelitian. Dwi juga memiliki prinsip ketika mengikuti lomba yaitu “Kerjain, Submit, Lupakan” jika hasilnya menang bersyukur jika tidak harus tetap semangat dan terus mencoba.
Dengan adanya pengalaman mengikuti lomba internasional, Dwi merasa sangat bangga dan senang apalagi lolos hingga semifinal dengan semua usaha yang sudah ia lakukan. Dengan adanya pengalaman ini juga Dwi mendapatkan pembelajaran berharga dimana ia belajar bagaimana memanajemen waktu yaitu tidak menunda-nunda pekerjaan dan segala sesuatu. Dari situ juga ia merasa adanya peningkatan pada jiwa kompetitifnya yang tentunya dalam hal positif.
Mengajar Statistika di Universitas
Selain mengajar di bimbingan belajar, Dwi juga mendapatkan kesempatan untuk mengajar di kampus. Meskipun masih berstatus sebagai mahasiswi, Dwi dipercaya untuk menjadi tutor sebaya dalam mata kuliah statistika di kampusnya yaitu Universitas Pendidikan Indonesia. Kegiatan mengajar sebagai tutor sebaya ini bukanlah kegiatan yang rutin dilakukan oleh Dwi, kegiatan ini hanya dilakukan ketika menjelang UTS (Ujian Tengah Semester) dan UAS (Ujian Akhir Semester).
Pada awalnya Dwi suka membantu Dosennya dalam menyusun Power Point materi statistik dan Dwi juga aktif didalam kelas karena memang Dwi memiliki minat pada matematika sekaligus Dwi merupakan tutor matematika di tempat bimbingan belajar. Sehingga dikarenakan hal tersebut Dosen mulai lebih mengenal Dwi. Hingga di suatu saat Dwi yang memiliki kepentingan dengan Dosennya, menghubungi Dosen melalui WhatsApp dan tidak disangka oleh Dwi bahwa nomornya akan di simpan oleh Dosennya. Dwi yang suka berbagi momen kegiatannya saat mengajar matematika di statusnya, dilihat oleh Dosennya sehingga seminggu kemudian setelah kelas diumumkan adanya tutor sebaya dimana pada saat itu Dwi ditunjuk sebagai tutor yang memandu materi statistika untuk teman sekelasnya. Karena hal itu lah seangkatan tahu mengenai hal tersebut sehingga ia dipercaya oleh BEM untuk menjadi tutor sebaya memandu materi untuk seangkatan selama 2 semster berturut-turut.
Dwi merasa kaget dengan kepercayaan yang ia dapatkan tersebut apalagi ia juga sekarang menjadi tutor sebaya tidak hanya untuk angkatannya saja tetapi untuk adik tingkatnya juga. Ia juga merasa senang akan hal dan kesempatan tersebut tetapi di sisi lain ia memiliki rasa takut akan ekspektasi orang-orang yang diberikan kepadanya dikarenakan pada dasarnya dia juga mahasiswi yang masih belajar dan ia juga takut melakukan kesalahan disaat mengajarkan materi kepada teman-temannya.
Menanggapi rasa takutnya Dwi selalu belajar untuk tidak menyepelekan apapun terutama terkait dengan materi yang akan ia ajarkan kepada teman-temannya yang lain. Ia selalu belajar secara mengulang, selain itu ia juga sering berbicara kepada teman-temannya bahwa ia juga masih belajar dan dipercaya untuk mengajar menjadi tutor sebaya dan menganggap seperti berbagi sama-sama belajar atau diskusi terbuka.
Tentunya mengajar bukanlah hal yang baru bagi Dwi, apalagi mengajar mengenai statistika yang berhubungan dengan matematika. Pada dasarnya Dwi memang memiliki ketertarikan pada pelajaran matematika saat di bangku SMP (Sekolah Menengah Pertama), lalu ia juga memang merupakan tutor matematika di tempat bimbingan belajar dan ia juga suka mengajarkan matematika kepada teman-temannya. Ia merasa ketika mengajar matematika pikirannya lebih lancar daripada ketika ia mengajar selain matematika. Menurutnya juga matematika sangat menarik perhatiannya.
Dengan menjadi tutor sebaya, tentunya Dwi harus membangun hubungan dengan teman-temannya. Dwi berusaha agar teman-temannya terbuka dengannya sehingga dengan hal tersebut ia dapat mengetahui lebih dalam dan juga saling berbagi. Untuk gaya mengajar yang ia lakukan sama dengan biasanya tetapi ia biasanya mengubah teori yang cukup banyak dan kompleks menjadi teori dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami oleh teman-temannya sekaligus memberikan contoh dari suatu materi dari kehidupan nyata sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan mudah dan efektif.
Tentunya dengan segala pengalaman pada bidang pendidikan ini berdampak besar terhadap hidup Dwi sekarang hingga kedepannya. Dwi berencana untuk melanjutkan karier pada pendidikan meskipun karier atau cita-cita utama yang ia inginkan adalah sebagai Psikolog (klinis) namun jika tidak kesampaian ia akan melanjutkan di bidang pendidikan dengan banyaknya pengalaman yang ada pada dirinya.
Kehidupan Pribadi
Dwi yang sudah berjuang sejauh ini tentunya mengalami masa sulit dan rintangan demi rintangan yang harus ia hadapi. Berbagai rintangan yang datang darimana saja, ia akan berusaha untuk mengeluarkannya segera mungkin agar tidak mengganggu aktivitasnya yang lain. Tentunya dengan dukungan dari orang-orang sekitar memengaruhi dan membantu Dwi dalam menyelesaikan masalah yang ia hadapi. Selain itu Dwi juga sempat mengalami masalah kesehatan dikarenakan stressnya yang mengharuskannya di operasi. Dengan segala pengalamannya, Dwi menghadapi masalah dan memutuskan keputusan dengan baik.
Dengan segala pengalamannya juga, Dwi memiliki relasi yang luas dengan orang lain sehingga ia memiliki wawasan dan pengetahuan luas yang tentunya sangat berguna untuk dirinya dan kedepannya. Dan dengan segala pengalamannya ia juga dapat mengubah dan mengembangkan diri jauh lebih baik dari sebelumnya.
Dengan pengalaman-pengalaman yang dibagikan Dwi juga menyampaikan pembelajaran yang dibagikannya yaitu jangan pernah takut untuk mencoba, jangan lupa peduli terhadap diri sendiri dan menjaga kesehatan.
Dwi menunjukan rasa kepedulian antar sesama, ketekunan, dan semangat pantang menyerah sebagai mahasiswi sekaligus pekerja dan anak perempuan yang memiliki tanggung jawab besar dalam menghadapi berbagai tantangan dan hambatan yang dialami dalam hidupnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H