Mohon tunggu...
Alya Febrianty
Alya Febrianty Mohon Tunggu... Lainnya - Baru mulai terjun di dunia kepenulisan

INFJ

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen Tentang Menggapai Mimpi - JOKO TINGTUR

23 November 2024   19:46 Diperbarui: 23 November 2024   22:48 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ada 3 kelompok manusia di dunia ini dalam menyikapi hujan. Kelompok yang pertama akan menari di bawah rintik hujan, yang kedua akan meringkuk di bawah selimut yang hangat, sedangkan sisanya akan berjongkok di bawah talang air sambil menghirup bau yang muncul ketika hujan turun seperti yang dilakukan oleh Joko.

“Kebiasaan kamu, Jok! Lama-lama tak cebokin sisan kamu pake air comberan”

Kedatangan Lik Prayit memecah kesyahduan Joko dalam menghirup petrikor, aroma tanah yang basah karena disiram air hujan sore itu di depan warung soto milik Lik Prayit yang juga tempat Joko bekerja sejak 8 tahun lalu.

Selepas tamat SD, Joko terpaksa ikut Lik Prayit merantau 780 km dari Dusun Kemloko menuju Tangerang Selatan, salah satu kota penyangga Ibu Kota Jakarta. Lik Prayit sudah terlebih dahulu merantau dan sukses mendirikan warung soto surabaya, meskipun sebatas warung makan kecil-kecilan di pinggir kampung padat penduduk tepat di samping sebuah kampus islam yang berdiri megah di tengah hiruk pikuk kota.

Langganan warung soto Lik Prayit tentunya para mahasiswa yang setiap pagi mengisi bahan bakar otaknya sebelum bertempur dengan angka-angka dan tulisan di kampus sana. Cukup membayar 8 ribu rupiah, niscaya otak dan lambung mereka mampu bertahan setidaknya hingga jam makan siang nanti.

Warung soto Lik Prayit hanya buka dari jam 6 pagi hingga 2 siang, setiap hari, dan hanya libur jika Lik Prayit berkehendak. Biasanya karena Lik Prayit masuk angin, pulang kampung karena kangen anak bojo, musim libur lebaran, atau ada kerabatnya yang meninggal dan Lik Prayit harus berangkat takziah. Karyawannya hanya ada Joko seorang.

Meskipun sudah 8 tahun mengabdi, Lik Prayit tetap tak mampu mempercayakan warungnya kepada Joko sendirian. Alasannya “Beda tangan, beda rasa. Tikus yo emoh makan soto buatanmu, Jok!” Namun Joko tak pernah mempermasalahkan hal itu, sebab hari libur adalah hari yang paling ditunggu-tunggu.

Setiap libur sejak 2 tahun belakangan, Joko menyempatkan diri untuk mengunjungi lapak Pak Sahroni; seorang penjual baju koko, kopiah, sajadah, tasbih, dan minyak wangi oleh-oleh khas Arab; meskipun Pak Sahroni sendiri membelinya dari lapak-lapak yang ada di Tanah Abang.

Semerbak asiri yang menguar dari minyak wangi arab adalah tujuan utama Joko. Hidungnya seakan sedang berekreasi setelah seharian berkelahi dengan wewangian kuah soto.

Apapun akan Joko lakukan untuk Pak Sahroni, demi indra penciumannya bisa memadu kasih dengan wewangian khas arab yang dijual di lapak Pak Sahroni. termasuk menjadi sales minyak wangi dadakan setiap ada pembeli yang mampir di lapak kecil milik Pak Sahroni yang tak jauh dari kampus islam itu berdiri.

“Pak, ada minyak wangi yang bisa bikin cewek kelepek-kelepek gak?” tanya seorang mahasiswa lelaki yang datang ke lapak Pak Sahroni.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun