Melani dan Ari saling toleh.
"Tidak. Papa saya sama sekali tidak mencari saya dan mama saya. Saya tak tahu dimana keberadaannya sekarang. Maka dari itu kami mencarinya di kota ini." kata Melani.
Satrio terlihat berpikir sejenak. "Bagaimana kalau kau coba telusuri Rumah Sakit Daerah. Siapa tahu mereka punya data mengenai ayahmu dan kemana perginya beliau. Walaupun sudah berapa puluh tahun lamanya, namun siapa tahu akan ada hasil..." sarannya.
Pencariannya belum berhasil membuat Melani makin putus asa. Terlihat dari guratan di wajahnya yang nampak sedih. Melani menjadi sangsi akan dapat menemukan ayahnya.
Ari yang melihat itu segera menggenggam tangan Melani. Ia berusaha menguatkan wanita itu. Melani sedikit terkejut. Ia memandangi tangan Ari yang menggenggam tangannya. Sedetik kemudian ia menoleh kepada Ari. Terlihat olehnya, Ari nampak tersenyum tipis.
---
Saat kendaraan berhenti di belakang garis zebra cross, Ari segera menyebrang jalan. Ia kembali berjalan di atas trotoar menuju rumahnya.
Ternyata mengobrol bersama Melani membuat hati Ari menjadi lebih tenang. Ia pikir takkan ada orang yang mengerti permasalahannya. Namun dengan sabar Melani mendengarkan semua curhatan Ari. Ari jadi merasa beban hidupnya berkurang setelah cerita kepada Melani.
Oleh karena itu Ari makin berjanji untuk membantu Melani menemukan ayahnya. Meski sulit. Namun ia takkan menyerah. Apalagi saat ini mereka sudah punya petunjuk baru mengenai keberadaan ayah Melani. Mereka berdua berencana besok pagi mendatangi Rumah Sakit Daerah Artapuri untuk menggali informasi lebih dalam lagi.
Langkah kaki Ari akhirnya tiba di rumah. Dengan gerakan pelan-pelan Ari membuka pintu, masuk ke dalam rumah, lalu tak lupa menguncinya kembali. Ia berjalan melewati pintu ruang makan yang terbuka lebar.
Ternyata Rita sedang terlelap sambil duduk di kursi meja makan. Kepalanya ia baringkan di atas permukaan meja. Rita terlihat kelelahan.